Bab 8. Panik.

Di kamar mandi.

"Udah turunin di sini aja." Kali ini aku menjadi suami yang penurut, ku turunkan ia di kamar mandi lalu membiarkan ia pergi buang air kecil sendiri dengan langkah yang tertatih-tatih.

Seharusnya aku buang saja dia ke kolam biar kakinya itu cepat sembuh.

Aku pun berdiri di dekat pintu kamar mandi, lama aku menunggu hingga pintu terbuka. Ternyata dia bisa berjalan sendiri, ngapain juga tadi minta tolong.

Dasar tukang cari perhatian.

Tapi, ketika aku melihatnya berjalan dengan tertatih dan wajahnya terlihat menahan sakit aku malah jadi kasihan.

Hei Reza! jangan kasihan padanya, biarkan saja dia seperti itu sampai kakinya hilang.

Namun, kata hati dan tubuhku sangatlah berbeda. Aku mendekatinya lalu menggendongnya dan membawanya ke ranjang.

Menyusahkan bukan?

Dan kenapa juga aku menunggunya, menggendongnya, kenapa aku jadi perhatian padanya? Aku kesal dengan diriku sendiri.

"Makasih mas," ucapnya pelan sembari membenarkan posisi tidurnya.

Aku hanya diam menatapnya yang juga menatapku. Kalau dilihat-lihat, bola matanya indah juga, dengan hidung mancung dan bibir mungil kemerahan.

Dia cantik juga.

"Astaghfirullah."

Aku langsung mengucap dan menjauh darinya.

"Kenapa mas?" tanyanya. Aku tak menjawab lalu keluar dari kamar, bisa-bisa aku terpikat padanya, ini pasti karena guna-guna itu.

Ampuh sekali ya.

Aku pun memilih ke belakang rumah dan duduk di tepi kolam renang sembari menatap lurus ke depan.

Bosan juga karena tak pergi kuliah, percuma aku pulang ke rumah, ini sama saja zonk. Aku tetap tak bisa pergi kuliah selama satu Minggu ini.

Akhhh kesal!

Drrrttt

Drrrttt

Saat aku sedang merenungi nasib ku, ponselku kembali bergetar. Ada telepon dari Doni, apalagi anak itu? menganggu saja.

Aku memilih mengabaikan panggilan darinya, saat ini aku tak mau dibuat pusing dengan urusan di luar rumah. Masalah di dalam rumah saja aku sudah hampir gila, apalagi jika di tambah dari luar rumah.

Bisa-bisa besok aku masuk RSJ.

Drrrttt

Drrrttt

Ponselku kembali bergetar, tetap aku abaikan. Biar saja dia menelepon ku sampai lelah, aku tak peduli.

Akhirnya ponselku diam juga, kelihatannya dia sudah lelah menghubungi ku. Baguslah.

Namun di saat aku tengah kembali merenung, aku di buat terkejut dengan suara teriakan yang memanggilku.

"Bang!" Aku tersentak mendengar teriakan itu. Aku pun langsung berdiri dan berlari ke ruang tengah.

Astaga!

"Lo kenapa gak angkat telepon gue?" tanya Doni dengan paper bag di tangannya.

"Lo, lo ngapain kemari?" tanyaku dengan jantung berdetak kencang.

Aku takut dia melihat Alia nanti. Tenang Reza, tenang. Alia sepertinya tidur, lagian kakinya sakit mana mungkin dia berkeliaran.

"Memangnya kenapa? Lo gak suka ya gue datang? Lo masih marah soal yang kemarin?" tanyanya duduk di sofa.

"Gue gak marah lagi kok, gue udah maafin lo." Aku harus segera mengusirnya dari sini. Bisa gawat kalau dia melihat Alia, walau kaki gadis itu sakit, tak menutup kemungkinan dia masih bisa berjalan keluar kamar.

"Nah gitu dong, ini buat lo. Ini kue dari Mama," ucapnya memberikan paper bag itu padaku.

"Makasih, lo mau ngapain lagi di sini?" Aku mengambil pemberiannya itu sembari duduk di sofa juga.

"Memangnya gue gak boleh di sini ya? Gue mau ketemu om sama tante," ucapnya semakin membuatku tak karuan. Sesekali aku menatap ke arah pintu kamar, takut Alia keluar.

"Kenapa gak kasih tau dulu kalau lo mau kemari?" tanyaku kesal.

"Lah itu yang gue telepon apa? Gak diangkat juga kan, jadi gue langsung pergi aja kemari," ucapnya dengan wajah tenang.

"Eh ada Doni, udah lama?" Mama keluar kamar dan menyapa temanku yang suka makan ini. Bakalan panjang nih.

"Iya Tante, barusan datang kok," sahut Doni menyalim mama dengan sopan.

"Loh kok gak di kasih minum, kamu ini gimana sih, Za? Teman datang bukannya di kasih minum," ucap mama menyadarkan ku dari lamunan ku.

"Eh iya, Reza lupa." Aku pun langsung pergi ke dapur meminta pembantu untuk membuat minuman dan juga cemilan.

Ku lihat Doni dan mama berbincang dengan santai, dijamin bakalan panjang nih kalau mereka berdua sedang ngobrol.

"Gue ke kamar bentar ya, Don. Lo tunggu di sini," ucapku pamit. Laki-laki itu pun mengangguk.

"Tante ambilin cemilan ya," ucap mama juga. Padahal aku sudah menyuruh pembantu, tetap saja mama turun tangan.

Aku pun menapaki anak tangga dengan cepat, aku harus mengunci pintu kamar.

"Bang," panggilnya membuat ku terkejut. aku tak sadar kalau dia sudah berada dibelakang ku. Ini anak udah kayak hantu, sumpah ngeselin banget.

"Lo ngapain ikutin gue?" tanya ku berusaha menutup kepanikan ku.

"Gue mau ke kamar mandi," ucapnya mendahuluiku.

Mati aku!

Aku pun langsung mencegatnya.

"Lo bisa pakai kamar mandi di kamar lain, Don." Keningnya berkerut menatap aneh ke arahku.

"Lo masih marah sama gue ya, sampai-sampai ke kamar mandi lo juga gue gak boleh," ucapnya membuat ku sulit menelan ludah ku sendiri.

"Bu-bukan gitu, Don. Gue juga mau ke kamar mandi soalnya," kilahku.

Aduh Doni, tolonglah.

"Gue gak mau tau! Gue bakalan tetap ke kamar mandi lo," ucapnya ngotot menepis tanganku.

Aku berusaha mencegatnya, namun pintu kamar malah terbuka. Bukan Doni yang membukanya, melainkan Alia.

Deg!

Gila! Habis aku.

Prang!

Gelas yang dipegang gadis itu terjatuh karena kaget melihat aku dan Doni di depan pintu sembari menatapnya. Gadis itu sudah memakai jilbab, namun tak pakai kaus kaki.

Dengan langkah yang tertatih-tatih, Alia menutup pintu dengan keras membuatku terkejut. Dia pasti kaget karena ada laki-laki lain di rumah ini, secara dia tak berbusana syar'i seperti biasanya keluar rumah.

Sekarang bukan itu yang penting. Ada Doni yang kini menatapku dengan tatapan menanti jawaban.

"Itu siapa, bang?" tanyanya membuat dadaku nyeri.

Mati aku, terbongkar juga akhirnya. Akhhh! Habislah aku!

Apa yang harus kukatakan pada Doni? Aku belum siap mengakui gadis itu adalah Istriku.

_

_

_

_

_

_

_

tbc.

Terpopuler

Comments

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

lanjut

2022-10-17

0

Aqilah

Aqilah

lanjut

2022-06-25

0

Ramadhania Muhammad

Ramadhania Muhammad

lanjut

2022-06-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan orang tua.
2 Bab 2. Pernikahan.
3 Bab 3. Panggilan Mas.
4 Bab 4. Kembali ke rumah.
5 Bab 5. Kata-kata pedas.
6 Bab 6. Tidur seranjang.
7 Bab 7. Memang menyusahkan.
8 Bab 8. Panik.
9 Bab 9. Sedikit tergoda.
10 Bab 10. Berkuliah.
11 Bab 11. Kenapa aku marah?
12 Bab 12. Bima menyukai Alia?
13 Bab 13. Dia menangis?
14 Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15 Bab 15. Menemui Bima.
16 Bab 16. Menemaninya.
17 Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18 Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19 Bab 19. Bima masih penasaran.
20 Bab 20. Sedikit melunak.
21 Bab 21. Tiket bulan madu.
22 Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23 Bab 23. Bulan madu #part 2
24 Bab 24. Bulan madu #part 3.
25 Bab 25. Bulan madu #part 4
26 Bab 26. Bulan madu #part 5.
27 Bab 27. Kembali memanas
28 Bab 28. Memaafkan lagi.
29 Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30 Bab 30. Bulan madu #part 6
31 Bab 31. Menolak kehadirannya.
32 Bab 32. Salah paham terbesar.
33 Bab 33. Menjadi kacau.
34 Bab 34. Mengikatmu.
35 Bab 35. Mencoba mencari bukti
36 Bab 36. Carilah bukti!
37 Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38 Bab 38. Support dari ibu mertua.
39 Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40 Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41 Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42 Bab 42. Memberitahu semua orang.
43 Bab 43. Membuat Bima panas.
44 Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45 Bab 45. Bermanja-manja
46 Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47 Bab 47. Luka tubuh dan hati
48 Bab 48. Membalas dengan brutal.
49 Bab 49. Menangkap Bima.
50 Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51 Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52 Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53 Bab 53. Camping #1
54 Bab 54. Camping #2
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Permintaan orang tua.
2
Bab 2. Pernikahan.
3
Bab 3. Panggilan Mas.
4
Bab 4. Kembali ke rumah.
5
Bab 5. Kata-kata pedas.
6
Bab 6. Tidur seranjang.
7
Bab 7. Memang menyusahkan.
8
Bab 8. Panik.
9
Bab 9. Sedikit tergoda.
10
Bab 10. Berkuliah.
11
Bab 11. Kenapa aku marah?
12
Bab 12. Bima menyukai Alia?
13
Bab 13. Dia menangis?
14
Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15
Bab 15. Menemui Bima.
16
Bab 16. Menemaninya.
17
Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18
Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19
Bab 19. Bima masih penasaran.
20
Bab 20. Sedikit melunak.
21
Bab 21. Tiket bulan madu.
22
Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23
Bab 23. Bulan madu #part 2
24
Bab 24. Bulan madu #part 3.
25
Bab 25. Bulan madu #part 4
26
Bab 26. Bulan madu #part 5.
27
Bab 27. Kembali memanas
28
Bab 28. Memaafkan lagi.
29
Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30
Bab 30. Bulan madu #part 6
31
Bab 31. Menolak kehadirannya.
32
Bab 32. Salah paham terbesar.
33
Bab 33. Menjadi kacau.
34
Bab 34. Mengikatmu.
35
Bab 35. Mencoba mencari bukti
36
Bab 36. Carilah bukti!
37
Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38
Bab 38. Support dari ibu mertua.
39
Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40
Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41
Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42
Bab 42. Memberitahu semua orang.
43
Bab 43. Membuat Bima panas.
44
Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45
Bab 45. Bermanja-manja
46
Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47
Bab 47. Luka tubuh dan hati
48
Bab 48. Membalas dengan brutal.
49
Bab 49. Menangkap Bima.
50
Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51
Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52
Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53
Bab 53. Camping #1
54
Bab 54. Camping #2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!