Hari ini aku tak masuk kuliah lagi, tapi kali ini untuk alasan yang sedikit masuk akal. Si jelek ini demam tinggi jadi aku harus merawatnya, padahal kalau mau, aku tinggal meletakkannya di rumah sakit dan membiarkan ia sembuh dengan sendirinya, namun, aku masih punya rasa tanggung jawab padanya.
Kini aku mengompres kepalanya dengan kain dan air dingin, dia tampak tertidur, mungkin untuk menetralisir rasa pusingnya.
Wajahnya tampak pucat dan dia seperti tak berdaya, mengapa aku jadi iba ya? Seharusnya aku senang karena dia sakit jadi aku tak perlu mendengar suaranya hari ini.
"Tuan, ini buburnya."Aku pun mengangguk lalu menerima mangkuk bubur itu.
"Hei bangun," aku menepuk-nepuk pipi nya. Dia langsung bangun dan menatapku lemah.
"Makan dulu," ucapku membantunya untuk duduk.
Dengan perlahan aku menyuapinya yang tak berselera makan hingga isi mangkuk tinggal setengah.
"Udah mas," ucapnya menolak saat aku menyuapinya lagi.
"Habisin! Lo harus banyak makan biar cepat sembuh," ucapku tegas. Dia pun kembali membuka mulutnya dan aku kembali menyuapinya sampai bubur itu habis.
"Mas gak kuliah?" tanyanya lemas.
Ku letakkan mangkuk bubur itu di atas nampan yang ada di nakas.
"Gimana gue bisa kuliah kalau lo sakit gini! Lo tuh nyusahin banget tau," jawabku ketus.
Diam tampak terdiam, matanya terlihat berkaca-kaca.
What? Dia mau nangis lagi? Gila, cengeng banget nih cewek.
"Kalau mas merasa kesusahan, biarin aja adek di sini. Adek gak apa-apa kok, adek bisa rawat diri sendiri," ucapnya lirih.
Aku pun memutar bola mataku, dia benar-benar sensitif banget.
"Udah-udah tidur sana biar cepat sembuh!" ucapku memaksanya berbaring.
"Adek gak mau nyusahin siapa-siapa, mas. Adek selalu berusaha untuk tak menyusahkan orang, kalau adek nyusahin mas, adek minta maaf," lanjutnya masih dengan tangisannya itu.
"Iya-iya gue maafin, sekarang tidur. Biar gue kompres lagi kepala lo," ucapku menyeka air matanya sembari mengelus kepalanya lembut. Aku pun mengambil kain kompres lalu mengompres kepalanya.
Semoga demamnya cepat turun.
*****
Setelah shalat Dzuhur, aku pun membawakan makan siang untuknya. Dia tampak sudah bangun dan terlihat lebih baik dari sebelumnya.
"Udah shalat?" tanyaku meletakkan makan siangnya di atas meja yang ada di sofa.
"Udah mas," jawabnya mendekat ke arahku.
"Mas udah makan?" tanyanya saat ia akan menyantap makan siangnya.
"Hm," jawabku sembari mengangguk. Aku pun memilih untuk tidur, aku lelah merawatnya, sudah waktunya aku istirahat.
****
Malam harinya.
Aku dikejutkan dengan sebuah pesan dari orang yang tak terduga.
Nadia.
Dia mengirimkan ku pesan untuk menyimpan nomornya. Aku pun bertanya dari mana dia mendapatkan nomorku dan dia bilang dari temannya.
Aku jadi bingung.
Dia saja tidak mengenal namaku, tapi mungkin dia juga tau namaku dari orang lain. Apa mungkin dia juga memiliki ketertarikan yang sama?
Aku pun menyimpan nomor Nadia sembari tak hentinya tersenyum.
"Mas," panggil Alia saat aku sedang berbalas pesan pada Nadia. Aku masih menanyakan siapa temannya itu, aku harus tau dari mana dia mendapatkan nomor ku.
"Hm?" aku tak menoleh ke arahnya, aku sedang menunggu pesan dari Nadia. Cukup membuat ku penasaran dengan siapa yang memberikan nomorku padanya.
"Kepala adek pusing," ucap Alia membuatku menoleh ke arahnya. Dia yang tengah berbaring di sampingku sembari memegang kepalanya.
Bukannya tadi sudah membaik, tapi kenapa sakit lagi.
Aku pun meletakkan ponselku di nakas lalu menggeser tubuh mendekat ke arahnya dan memijit kepalanya yang katanya sakit.
"Jangan menangis lagi," tegur ku saat matanya kembali berkaca-kaca.
"Adek mau pulang," ucapnya lirih di sela tangisnya.
Pulang kemana? Kerumahnya? Bagus juga sih, hanya saja itu bisa mencoreng nama baik ku karena membiarkan Istriku pulang dalam keadaan sakit.
"Lo masih sakit, gak usah banyak minta."
Dia pun kembali diam dan menutup matanya, cengeng banget sumpah!
Setelah beberapa menit memijit kepalanya, dia pun sudah tertidur. Aku memegang pipinya yang basah karena air mata lalu mengelapnya.
Tanpa komando, tiba-tiba saja aku mencium keningnya lalu mengusap lembut kepalanya dan ikut berbaring di sampingnya.
Sumpah ini bukan aku yang gerakkan ya, tubuh ku tiba-tiba reflek.
Ah sudahlah.
Sejenak aku melupakan ponselku yang masih berbunyi, sepertinya pesan dari Nadia.
Biarlah, toh besok aku masih bisa membacanya. Aku mengantuk dan memilih tidur sembari tanganku masih mengelus-elus lembut kepalanya.
******
Keesokan harinya.
Aku terbangun dari tidurku, kali ini sedikit telat karena di masjid sudah Adzan. Aku pun dengan segera bangun dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi, aku langsung memakai pakaian ku dan beranjak ke masjid.
"Hei bangun!" teriakku dari arah pintu lalu segera pergi ke masjid. Dia pasti bangun karena sudah ada alarm nantinya.
Setelah selesai shalat subuh aku langsung bergegas pulang dengan berjalan kaki.
Dengan langkah kaki yang lebar dan cepat, akhirnya aku sampai juga di rumah. Aku langsung ke kamar, saat masuk ke kamar kulihat Alia masih tidur.
Kenapa dia tidak bangun juga padahal alarm sudah berbunyi keras. Aku pun mendekatinya lalu duduk di tepi ranjang.
"Hei jelek, lo gak mau bangun ya? Udah waktunya shalat subuh," ucapku menepuk-nepuk pipinya.
Astaga! Badannya panas lagi, dia ini penyakitan atau apa ha?
Aku pun kembali membangunkan nya tapi ia tak kunjung bangun.
"Hei Alia! Lo jangan bercanda ya, gak lucu tau." Dia sama sekali tak bangun ataupun bergerak, ku periksa nadi dan nafasnya masih berdenyut dan berhembus.
Dia pingsan!
Aku pun panik dan langsung menggendongnya keluar dari kamar dengan masih menggunakan kain sarung
Aku membawanya ke parkiran lalu memasukkan nya ke mobil.
Aku harus membawanya ke rumah sakit!
Aku pikir dengan mengompres nya dia akan sembuh, malah makin parah.
Jangan mati dulu jelek, aku belum mau menduda.
Walau aku tak mengharapkannya tetap saja aku tak mau ditinggalkan secepat ini.
Beberapa menit kemudian.
Mobil pun sampai di kawasan rumah sakit, aku langsung menggendong Alia masuk ke sana dan beberapa perawat pun ikut membantu membaringkan Alia di brankar.
Dokter yang masih ada jam piket pun langsung memeriksa kondisi Alia. Setelah pemeriksaan, dokter mengatakan Alia hanya demam biasa saja, aku pun meminta agar istriku itu dipindahkan ke VIP.
Sepertinya dia harus rawat inap sampai sembuh.
_
_
_
_
_
_
Hm, Nadia dapat dari mana ya nomor nya Reza?
Terus kalau bukan Reza yang gerakkan tubuh, siapa dong yang gerakkan buat nyium kening Alia?😕😁
Yang mau double up komen ya, besok bakalan update bab nya lebih awal. Mungkin pagi atau siang🙃 itu kalau gak lama ya review nya🙃
Yang mau aja😁
Jangan bosan-bosan dukung author dengan like, komen dan juga votenya. Dukungan kalian sangatlah berarti 😘
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
exol
sudah jelas si Nadia wanita tidak baik
2023-01-03
0
v
semangat kak!!!
2022-12-22
0
Eman Sulaeman
sabar aliya
2022-10-17
0