Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.

Hari ini aku tak masuk kuliah lagi, tapi kali ini untuk alasan yang sedikit masuk akal. Si jelek ini demam tinggi jadi aku harus merawatnya, padahal kalau mau, aku tinggal meletakkannya di rumah sakit dan membiarkan ia sembuh dengan sendirinya, namun, aku masih punya rasa tanggung jawab padanya.

Kini aku mengompres kepalanya dengan kain dan air dingin, dia tampak tertidur, mungkin untuk menetralisir rasa pusingnya.

Wajahnya tampak pucat dan dia seperti tak berdaya, mengapa aku jadi iba ya? Seharusnya aku senang karena dia sakit jadi aku tak perlu mendengar suaranya hari ini.

"Tuan, ini buburnya."Aku pun mengangguk lalu menerima mangkuk bubur itu.

"Hei bangun," aku menepuk-nepuk pipi nya. Dia langsung bangun dan menatapku lemah.

"Makan dulu," ucapku membantunya untuk duduk.

Dengan perlahan aku menyuapinya yang tak berselera makan hingga isi mangkuk tinggal setengah.

"Udah mas," ucapnya menolak saat aku menyuapinya lagi.

"Habisin! Lo harus banyak makan biar cepat sembuh," ucapku tegas. Dia pun kembali membuka mulutnya dan aku kembali menyuapinya sampai bubur itu habis.

"Mas gak kuliah?" tanyanya lemas.

Ku letakkan mangkuk bubur itu di atas nampan yang ada di nakas.

"Gimana gue bisa kuliah kalau lo sakit gini! Lo tuh nyusahin banget tau," jawabku ketus.

Diam tampak terdiam, matanya terlihat berkaca-kaca.

What? Dia mau nangis lagi? Gila, cengeng banget nih cewek.

"Kalau mas merasa kesusahan, biarin aja adek di sini. Adek gak apa-apa kok, adek bisa rawat diri sendiri," ucapnya lirih.

Aku pun memutar bola mataku, dia benar-benar sensitif banget.

"Udah-udah tidur sana biar cepat sembuh!" ucapku memaksanya berbaring.

"Adek gak mau nyusahin siapa-siapa, mas. Adek selalu berusaha untuk tak menyusahkan orang, kalau adek nyusahin mas, adek minta maaf," lanjutnya masih dengan tangisannya itu.

"Iya-iya gue maafin, sekarang tidur. Biar gue kompres lagi kepala lo," ucapku menyeka air matanya sembari mengelus kepalanya lembut. Aku pun mengambil kain kompres lalu mengompres kepalanya.

Semoga demamnya cepat turun.

*****

Setelah shalat Dzuhur, aku pun membawakan makan siang untuknya. Dia tampak sudah bangun dan terlihat lebih baik dari sebelumnya.

"Udah shalat?" tanyaku meletakkan makan siangnya di atas meja yang ada di sofa.

"Udah mas," jawabnya mendekat ke arahku.

"Mas udah makan?" tanyanya saat ia akan menyantap makan siangnya.

"Hm," jawabku sembari mengangguk. Aku pun memilih untuk tidur, aku lelah merawatnya, sudah waktunya aku istirahat.

****

Malam harinya.

Aku dikejutkan dengan sebuah pesan dari orang yang tak terduga.

Nadia.

Dia mengirimkan ku pesan untuk menyimpan nomornya. Aku pun bertanya dari mana dia mendapatkan nomorku dan dia bilang dari temannya.

Aku jadi bingung.

Dia saja tidak mengenal namaku, tapi mungkin dia juga tau namaku dari orang lain. Apa mungkin dia juga memiliki ketertarikan yang sama?

Aku pun menyimpan nomor Nadia sembari tak hentinya tersenyum.

"Mas," panggil Alia saat aku sedang berbalas pesan pada Nadia. Aku masih menanyakan siapa temannya itu, aku harus tau dari mana dia mendapatkan nomor ku.

"Hm?" aku tak menoleh ke arahnya, aku sedang menunggu pesan dari Nadia. Cukup membuat ku penasaran dengan siapa yang memberikan nomorku padanya.

"Kepala adek pusing," ucap Alia membuatku menoleh ke arahnya. Dia yang tengah berbaring di sampingku sembari memegang kepalanya.

Bukannya tadi sudah membaik, tapi kenapa sakit lagi.

Aku pun meletakkan ponselku di nakas lalu menggeser tubuh mendekat ke arahnya dan memijit kepalanya yang katanya sakit.

"Jangan menangis lagi," tegur ku saat matanya kembali berkaca-kaca.

"Adek mau pulang," ucapnya lirih di sela tangisnya.

Pulang kemana? Kerumahnya? Bagus juga sih, hanya saja itu bisa mencoreng nama baik ku karena membiarkan Istriku pulang dalam keadaan sakit.

"Lo masih sakit, gak usah banyak minta."

Dia pun kembali diam dan menutup matanya, cengeng banget sumpah!

Setelah beberapa menit memijit kepalanya, dia pun sudah tertidur. Aku memegang pipinya yang basah karena air mata lalu mengelapnya.

Tanpa komando, tiba-tiba saja aku mencium keningnya lalu mengusap lembut kepalanya dan ikut berbaring di sampingnya.

Sumpah ini bukan aku yang gerakkan ya, tubuh ku tiba-tiba reflek.

Ah sudahlah.

Sejenak aku melupakan ponselku yang masih berbunyi, sepertinya pesan dari Nadia.

Biarlah, toh besok aku masih bisa membacanya. Aku mengantuk dan memilih tidur sembari tanganku masih mengelus-elus lembut kepalanya.

******

Keesokan harinya.

Aku terbangun dari tidurku, kali ini sedikit telat karena di masjid sudah Adzan. Aku pun dengan segera bangun dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai mandi, aku langsung memakai pakaian ku dan beranjak ke masjid.

"Hei bangun!" teriakku dari arah pintu lalu segera pergi ke masjid. Dia pasti bangun karena sudah ada alarm nantinya.

Setelah selesai shalat subuh aku langsung bergegas pulang dengan berjalan kaki.

Dengan langkah kaki yang lebar dan cepat, akhirnya aku sampai juga di rumah. Aku langsung ke kamar, saat masuk ke kamar kulihat Alia masih tidur.

Kenapa dia tidak bangun juga padahal alarm sudah berbunyi keras. Aku pun mendekatinya lalu duduk di tepi ranjang.

"Hei jelek, lo gak mau bangun ya? Udah waktunya shalat subuh," ucapku menepuk-nepuk pipinya.

Astaga! Badannya panas lagi, dia ini penyakitan atau apa ha?

Aku pun kembali membangunkan nya tapi ia tak kunjung bangun.

"Hei Alia! Lo jangan bercanda ya, gak lucu tau." Dia sama sekali tak bangun ataupun bergerak, ku periksa nadi dan nafasnya masih berdenyut dan berhembus.

Dia pingsan!

Aku pun panik dan langsung menggendongnya keluar dari kamar dengan masih menggunakan kain sarung

Aku membawanya ke parkiran lalu memasukkan nya ke mobil.

Aku harus membawanya ke rumah sakit!

Aku pikir dengan mengompres nya dia akan sembuh, malah makin parah.

Jangan mati dulu jelek, aku belum mau menduda.

Walau aku tak mengharapkannya tetap saja aku tak mau ditinggalkan secepat ini.

Beberapa menit kemudian.

Mobil pun sampai di kawasan rumah sakit, aku langsung menggendong Alia masuk ke sana dan beberapa perawat pun ikut membantu membaringkan Alia di brankar.

Dokter yang masih ada jam piket pun langsung memeriksa kondisi Alia. Setelah pemeriksaan, dokter mengatakan Alia hanya demam biasa saja, aku pun meminta agar istriku itu dipindahkan ke VIP.

Sepertinya dia harus rawat inap sampai sembuh.

_

_

_

_

_

_

Hm, Nadia dapat dari mana ya nomor nya Reza?

Terus kalau bukan Reza yang gerakkan tubuh, siapa dong yang gerakkan buat nyium kening Alia?😕😁

Yang mau double up komen ya, besok bakalan update bab nya lebih awal. Mungkin pagi atau siang🙃 itu kalau gak lama ya review nya🙃

Yang mau aja😁

Jangan bosan-bosan dukung author dengan like, komen dan juga votenya. Dukungan kalian sangatlah berarti 😘

tbc.

Terpopuler

Comments

exol

exol

sudah jelas si Nadia wanita tidak baik

2023-01-03

0

v

v

semangat kak!!!

2022-12-22

0

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

sabar aliya

2022-10-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan orang tua.
2 Bab 2. Pernikahan.
3 Bab 3. Panggilan Mas.
4 Bab 4. Kembali ke rumah.
5 Bab 5. Kata-kata pedas.
6 Bab 6. Tidur seranjang.
7 Bab 7. Memang menyusahkan.
8 Bab 8. Panik.
9 Bab 9. Sedikit tergoda.
10 Bab 10. Berkuliah.
11 Bab 11. Kenapa aku marah?
12 Bab 12. Bima menyukai Alia?
13 Bab 13. Dia menangis?
14 Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15 Bab 15. Menemui Bima.
16 Bab 16. Menemaninya.
17 Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18 Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19 Bab 19. Bima masih penasaran.
20 Bab 20. Sedikit melunak.
21 Bab 21. Tiket bulan madu.
22 Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23 Bab 23. Bulan madu #part 2
24 Bab 24. Bulan madu #part 3.
25 Bab 25. Bulan madu #part 4
26 Bab 26. Bulan madu #part 5.
27 Bab 27. Kembali memanas
28 Bab 28. Memaafkan lagi.
29 Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30 Bab 30. Bulan madu #part 6
31 Bab 31. Menolak kehadirannya.
32 Bab 32. Salah paham terbesar.
33 Bab 33. Menjadi kacau.
34 Bab 34. Mengikatmu.
35 Bab 35. Mencoba mencari bukti
36 Bab 36. Carilah bukti!
37 Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38 Bab 38. Support dari ibu mertua.
39 Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40 Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41 Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42 Bab 42. Memberitahu semua orang.
43 Bab 43. Membuat Bima panas.
44 Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45 Bab 45. Bermanja-manja
46 Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47 Bab 47. Luka tubuh dan hati
48 Bab 48. Membalas dengan brutal.
49 Bab 49. Menangkap Bima.
50 Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51 Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52 Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53 Bab 53. Camping #1
54 Bab 54. Camping #2
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Permintaan orang tua.
2
Bab 2. Pernikahan.
3
Bab 3. Panggilan Mas.
4
Bab 4. Kembali ke rumah.
5
Bab 5. Kata-kata pedas.
6
Bab 6. Tidur seranjang.
7
Bab 7. Memang menyusahkan.
8
Bab 8. Panik.
9
Bab 9. Sedikit tergoda.
10
Bab 10. Berkuliah.
11
Bab 11. Kenapa aku marah?
12
Bab 12. Bima menyukai Alia?
13
Bab 13. Dia menangis?
14
Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15
Bab 15. Menemui Bima.
16
Bab 16. Menemaninya.
17
Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18
Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19
Bab 19. Bima masih penasaran.
20
Bab 20. Sedikit melunak.
21
Bab 21. Tiket bulan madu.
22
Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23
Bab 23. Bulan madu #part 2
24
Bab 24. Bulan madu #part 3.
25
Bab 25. Bulan madu #part 4
26
Bab 26. Bulan madu #part 5.
27
Bab 27. Kembali memanas
28
Bab 28. Memaafkan lagi.
29
Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30
Bab 30. Bulan madu #part 6
31
Bab 31. Menolak kehadirannya.
32
Bab 32. Salah paham terbesar.
33
Bab 33. Menjadi kacau.
34
Bab 34. Mengikatmu.
35
Bab 35. Mencoba mencari bukti
36
Bab 36. Carilah bukti!
37
Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38
Bab 38. Support dari ibu mertua.
39
Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40
Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41
Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42
Bab 42. Memberitahu semua orang.
43
Bab 43. Membuat Bima panas.
44
Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45
Bab 45. Bermanja-manja
46
Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47
Bab 47. Luka tubuh dan hati
48
Bab 48. Membalas dengan brutal.
49
Bab 49. Menangkap Bima.
50
Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51
Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52
Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53
Bab 53. Camping #1
54
Bab 54. Camping #2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!