Pov Author
Setelah selesai nongkrong, Reza pun memilih untuk segera pulang ke rumah. Entah mengapa ia merasa sangat lelah hari ini dan ingin segera beristirahat, hanya saja ini sudah jam 3 sore, mana mungkin ia tidur.
Sesampainya di rumah, laki-laki itu langsung membersihkan diri dan lanjut makan. Selain lelah, ia juga lapar.
"Apa Alia udah pulang?" tanyanya pada salah satu pembantu yang selalu mengurus masalah makanan.
"Tadi nona sudah pulang, tapi pergi lagi," jawab pembantu itu. Reza pun mengangguk tapi sebenarnya dia penasaran kemana wanita itu pergi.
Setelah selesai makan, Reza pun langsung ke kamar dan duduk di balkon. Matanya terus menatap ke arah gerbang, sepertinya dia sedang menunggu Alia pulang.
"Kenapa aku menunggunya ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Walau ia bertanya seperti itu, tubuhnya tak juga bergerak dari tempat itu.
"Kemana dia pergi ya?" Sesekali Reza menguap karena mengantuk, lama sekali Alia datang, ia semakin penasaran kemana wanita itu pergi.
Setelah sekian lama menunggu hingga menguap beberapa kali, sebuah mobil tampak berhenti di depan gerbang rumah. Mata Reza menyipit melihat mobil jelek siapa itu.
Terlihat Alia keluar dari dalam mobil itu sembari mengetuk kaca mobil.
Alia seperti berbicara pada si pemilik mobil, tak lama pemilik mobil itu pun keluar. Seorang laki-laki yang kini ikut bicara dengan Alia.
Tanpa sadar, Reza mengepalkan tangannya melihat pemandangan itu. Padahal Alia dan laki-laki itu bicara dengan jarak yang tak dekat. Lagi pula, mungkin ada wanita lain juga yang berada di mobil itu, tak mungkin Alia mau semobil dengan laki-laki hanya berdua saja.
Namun, itu tak terpikirkan oleh Reza, laki-laki itu tampak marah, rahangnya mengeras.
Mobil itu pun melaju pergi, sedangkan Alia berjalan masuk ke dalam rumah.
Reza sudah tak sabar ingin memarahi istrinya itu.
Padahal kalau diingat-ingat, laki-laki itu pernah mengatakan kalau ia tak peduli jika Alia dekat dengan siapapun. Kemana semua perkataannya itu? Mengapa semuanya berbanding terbalik dengan perbuatannya.
"Bagus," ucap Reza dingin yang kini sudah berdiri di dekat pintu. Alia yang baru saja masuk pun mengucapkan salam dan di balas dingin oleh suaminya itu.
Saat Alia hendak meraih tangan Reza untuk di cium, laki-laki itu langsung menepis kasar tangan istrinya.
"Mas?"
"Bagus, bagus banget ya! Pulang diantarkan laki-laki, bagus!" ucap Reza dengan amarah yang meluap-luap. "Pakaian aja yang longgar, tapi lo gak ada bedanya sama perempuan yang gak berpakaian! Dasar cewek gatal!" lanjut Reza dengan kata-kata menohok nya.
"Mas, jangan bicara gitu. Adek tadi terpaksa pulang sama mereka karena teman adek yang biasanya nganter kecelakaan," ucap Alia memberikan pembelaan.
Wanita itu berjalan mendekati suaminya berniat memegang tangan Reza untuk menenangkan laki-laki itu.
"Gak usah mendekat! Menjauh lo dari gue!"
Brakk!
Reza mendorong tubuh Alia dengan keras hingga membentur dinding. Wanita itu meringis kesakitan memegang punggungnya yang terbentur keras di dinding.
"Mas dengerin penjelasan adek dulu, adek bersumpah kalau adek gak macam-macam di luar sana," ucap Alia berusaha menahan tangisnya.
"Lo bilang teman yang biasa nganter lo kecelakaan kan. Kenapa lo gak naik taksi ha?" tanya Reza kesal.
"Adek gak punya uang mas, uang yang mas kasih kemarin udah adek taruh di dompetnya mas, kan adek gak jadi beli bukunya pakai uang itu," jawab Alia menyeka air matanya.
"Lagi pula di mobil itu bukan cuma kami berdua, ada dua orang perempuan di sana. Adek gak berduaan sama dia, adek minta maaf," lanjut Alia menatap suaminya yang masih marah.
"Lo kan bisa hubungin gue biar gue jemput, apa susahnya nelepon gue, ha?" tanya Reza ketus.
"Tapi kan adek gak punya nomor ponselnya mas," jawab Alia pelan.
Reza pun tak tau mau bicara apalagi, antara marah dan juga merasa bersalah. Ia pun keluar dari kamar dengan menutup pintu keras hingga menimbulkan suara.
Melihat itu, Alia langsung berjalan menuju ranjang sembari memegang punggung yang sakit.
Di luar sana, Reza tampak mengacak-acak rambutnya. Ia merasa bersalah karena sudah mendorong Alia dengan keras tadi dan juga melimpahkan tuduhan tak berdasar pada istrinya itu.
Entah kenapa ia terus saja marah jika Alia dekat dengan laki-laki lain.
Apa ia cemburu?
Entahlah.
Reza sulit mengartikan perasaan marahnya ini.
****
Setelah memenangkan pikiran dengan shalat ashar, Reza pun kembali masuk ke kamar. Terlihat di sana Alia tengah melipat mukenah nya dan meletakkan di tempat biasa.
Alia masih sesekali memegang punggungnya yang masih sakit, melihat itu rasa bersalah semakin besar dirasakannya.
Laki-laki itu mendekat membuat Alia terdiam di tempatnya.
Tanpa aba-aba, Reza langsung memeluk Alia dan mengelus punggung istrinya itu.
"Sakit?" tanya Reza pelan.
Entah kemana rasa gengsinya itu? Kini ia tak bisa mengendalikan diri untuk tak memeluk Alia.
"Iya, masih sakit." Alia pun tanpa ragu membalas pelukan suaminya. Meski ia masih sedih atas perlakuan kasar suaminya, tapi ia masih bisa mengendalikan amarahnya.
"Gue mau liat," ucap Reza melepaskan pelukannya dan menggiring Alia ke ranjang.
Reza pun mengangkat baju Alia membuat pipi wanita itu menghangat.
Laki-laki itu melihat punggung istrinya yang sedikit memar lalu mengelus kulit punggung Alia.
"Maaf," ucap Reza pelan.
"Iya, gak apa-apa. Adek juga minta maaf, lain kali adek lebih hati-hati dan gak bakalan ngulangin kesalahan yang sama," ucap Alia tersenyum manis.
Itulah Alia, wanita yang dengan mudah memaafkan dan melupakan kejahatan orang lain. Sering kali sikapnya itu dimanfaatkan oleh teman-temannya, tapi ia tak peduli.
******
Setelah memberikan salep, Reza kembali menurunkan baju istrinya itu.
Di tatapnya wajah sang istri yang terus tersenyum.
"Ngapain senyum-senyum?" tanya Reza membuat Alia tertawa kecil.
Sifat gengsi Reza selalu membuat laki-laki itu berbicara ketus.
"Gak kenapa-kenapa kok, adek cuma senang aja," jawab Alia masih dengan senyumannya.
"Jangan keseringan senyum, nanti lo dikira orang gila," ucap Reza meletakkan salep itu di dalam kotak penyimpanan obat.
"Kan senyumnya cuma sama mas aja," sahut Alia.
Cup.
"Makasih yah udah peduli sama adek," ucap Alia setelah memberikan satu kecupan singkat di pipi suaminya.
Ia tak tau, tindakan nya itu membuat laki-laki yang ada di hadapannya tersipu malu dan alhasil Reza pun memalingkan wajahnya.
"Jadi cewek jangan agresif banget," ucap Reza membuat Alia tertawa dan memeluk suaminya itu.
_
_
_
_
_
_
_
Aduh, tadi marah, sekarang manis-manisan🙃 Maklum, pasangan muda, pemikiran masih labil😂😅
Siapa yang makin kesal sama Reza? Enaknya diapain ya itu laki?
Loh kapan Alia ngasih pelajaran ya sama Reza? Tenang, akan ada masanya Reza menyadari perasaannya pada Alia, dan saat itu, ia harus berjuang dari awal untuk kembali menaklukkan hati istrinya sendiri ❤️
Jangan lupa like komen dan juga votenya. Dukungan kalian sangatlah berarti untuk author.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Min sua
mulai deh...
bakalan bucin se bucin- bucinya
2022-12-05
0
Eman Sulaeman
tambah seruuu
2022-10-17
0
Netriani
dibikin bucin aja thor dan biarkan bima trus ngjar Alia pasti seru
2022-07-04
0