Kara menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Bingung harus menjawab apa pertanyaan yang mamanya itu lontarkan. Kalau dia menjawab jujur, pasti Mama Dita akan marah besar dan lebih parahnya Azka juga akan memarahinya.
“Kara, jawab jujur! Ada apa dengan hubungan kalian? Kenapa Azka bilang uang jajan kamu bukan urusan dia?”
Kara memejamkan mata dan berpikir keras. Apa yang harus dia katakan pada ibu mertuanya sekarang?
“Enggak ada apa-apa kok, Ma. Sebenarnya, aku kesel waktu Kak Azka bilang aku enggak boleh dekat sama Kak Arsha, padahal Kak Arsha itu baik sama aku,” jawab Kara. Dia tidak mau mengatakan kebenaran pada Mama Dita karena takut akan mendapat masalah jika mengatakan yang sebenarnya.
“Kenapa kamu lebih dekat sama Arsha, sedangkan suami kamu ‘kan Kak Azka?”
Kara semakin takut salah bicara lagi. Dia cukup lama berpikir dan akhirnya kembali menjawab.
“Kak Azka terlalu jutek, Ma. Kita nikah ‘kan karena Ayah, tapi kalau boleh memilih, mending aku dijodohin sama Kak Arsha. Orangnya ramah, baik, perhatian.”
“Memangnya Kak Azka enggak ramah ya?”
“Boro-boro ramah, manggil aku saja eh, kamu yang pendek dan gembul. Kan bikin ksel, Ma.”
“Nanti mama yang bilang sama Kak Azka ya.” Mama Dita mengusap rambut Kara dengan sayang.
Sebagai seorang ibu, Dita sangat memahami sifat Kara yang kekanak-kanakan. Bagas yang membesarkannya seorang diri terlalu memanjakan Kara. Dita tahu, Bagas tidak ingin Kara kekurangan kasih sayang meskipun dari lahir dia hidup tanpa kasih sayang ibunya.
“Bilangin ya, Ma. Jangan jutek, jangan seenaknya sendiri. Bikin Kara kesel saja.”
Mama Dita hanya membalas dengan pelukan hangat. Pelukan seorang ibu yang tidak pernah Kara dapatkan selama ini.
“Kara, kamu tahu tidak seorang istri sama seorang gadis itu berbeda,” kata Mama Dita mencoba memberi pemahaman pada menantunya itu.
“Apa Mama mau aku sama Kak Azka tinggal sekamar ya?” tebak Kara yang membuat Mama Dita tersenyum.
“Iya dong. Jadi, kalau kalian ada masalah apa pun, kalian bicaranya berdua di kamar. Jangan sampai orang lain tahu. Tugas istri itu susah, tapi Kara harus belajar karena mama tahu Kara anak yang baik, ‘kan?”
Kara mulai mengerti arah pembicaraan mertuanya. Mana ada orang tua yang tidak membela anaknya, Mama Dita pasti akan membela Azka, itu yang Kara duga.
“Istri itu harus bisa mempertahankan rumah tangganya. Istri harus bisa menjaga perasaan suaminya. Kalau Kara dekat dan baik sama Arsha, Kak Azka pasti kecewa. Itu enggak bagus, Sayang. Kamu harus belajar mencintai Kak Azka, karena kamu sudah terlanjur menikah sama Kak Azka. Jadi istri yang baik buat suami kamu, pasti suami kamu juga akan bersikap baik, Sayang. Kamu mengerti ‘kan?”
Mama Dita mengurai pelukannya dari tubuh Kara. Lalu, Mama Dita melihat air mata yang keluar dari sudut mata gadis cantik itu.
“Apa karena menjadi istri yang baik, akhirnya ibu aku meninggal, Ma?” tanya Kara yang tidak dapat lagi membendung air mata kesedihannya.
“Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang? Ibu kamu meninggal karena takdirnya seperti itu.”
“Enggak, Ma. Aku tahu Ibu meninggal karena mempertahankan aku supaya tetap hidup. Ibu ingin membuktikan sama Ayah bahwa Ibu sudah menjadi istri yang baik dan mencintai Ayah. Karena Ayah dan Ibu sudah lama menginginkan anak, makanya Ibu rela mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan aku, iya ‘kan, Ma?”
Mon maap ya, update nya telat 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Yucaw
Sabar...sabar...inhale..exhale..mama Dita dan Azka udah sabar dan baik bgt,cuma karna memang karamel otaknya blm nyampe ma..di omongin sehalus itu msh saja salah phm..dan mlh menganggap pemikirannya yg plng benar..
2023-11-14
1
🍾⃝ᴀͩᴛᷞᴜͧʟᷠʟͣ💋ᴸᴷ☂⃝⃞⃟ᶜᶠ 🕊️⃝ᥴ
Lanjuut
2022-06-20
2
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Pelan2 memberi pengertian sama Kara karena dia memang sangat kekanakan dan gampang sekali menyimpulkan sesuatu yang kadang tidak benar
2022-06-20
1