“Kamu pasti sudah lupa sama Om.” Laki-laki itu menyodorkan sapu tangan untuk menghapus air mata Kara. “Nama Om, Tio Wijaya, ayah kamu tidak pernah cerita soal Om?” tanya laki-laki itu.
Kara mencoba mengingat-ingat lagi siapa laki-laki di sampingnya. Akan tetapi, dia tidak bisa mengingat sama sekali tentang sosok laki-laki itu. Hingga akhirnya, Kara pun menyerah dan kembali bertanya, “Om temannya Ayah?”
Laki-laki itu mengangguk membenarkan pertanyaan Kara. “Om sama ayah kamu dulu teman kuliah. Kami berpisah cukup lama dan baru beberapa minggu ini kami bertemu lagi.” Laki-laki itu menunjukkan foto di ponselnya yang menampilkan gambarnya bersama ayah Kara.
Kara akhirnya percaya bahwa laki-laki itu adalah teman ayahnya. Entah ayahnya belum sempat cerita atau mungkin memang dia yang lupa soal cerita sang ayah. Setidaknya, saat ini ada yang menemaninya menunggu di rumah sakit.
“Ayah tiba-tiba pingsan, Om. Kata dokter, Ayah sudah lama sakit,” ucap Kara sambil menundukkan kepalanya. Sedih sekali rasanya melihat orang yang sangat disayangi tiba-tiba terbaring lemah dan Kara sama sekali tidak tahu soal penyakit ayahnya itu.
“Bagas memang sudah menderita sakit jantung itu sejak beberapa tahun terakhir. Saat om menyarankannya untuk operasi, dia menolak. Biayanya mahal sayang uangnya buat sekolah kamu saja. Dia juga menolak bantuan om saat om ingin membantunya. Ayah kamu itu sayang sekali sama kamu Kara.”
Mata Kara kian memanas. Bahkan laki-laki di sampingnya ini bisa tahu bahwa ayahnya menderita sakit, tapi kenapa dia yang tinggal satu rumah justru tidak tahu apa-apa.
“Aku anak yang nggak berguna, Om. Ayah nggak pernah cerita soal sakitnya sama aku,” kata Kara sambil terus menangis. Ayahnya adalah satu-satunya orang yang dia miliki saat ini, jika sampai terjadi sesuatu dengannya, Kara tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini.
“Kara, jangan berkata seperti itu, lebih baik kita berdoa untuk kesembuhan ayah kamu."
Seorang dokter muncul dan memberitahu pada Kara dan Tio bahwa Bagas telah berhasil melewati masa kritisnya.
***
***
Saat ini, ayah Kara sudah bisa dijenguk. Kara langsung masuk untuk menemui ayahnya. Sebuah alat terpasang di hidung laki-laki satu anak itu.
"Ayah, Ayah kenapa bisa sakit sih, Yah? Kenapa Ayah nggak cerita kalau Ayah sakit." Kara menangis sambil memeluk ayahnya yang terbaring.
"Kara." Suara Bagas terdengar sangat lemah. Meski begitu, dia berusaha kuat untuk bertahan demi Kara.
Beberapa jam setelah sadar, Bagas mulai diajak komnunikasi dengan lancar. Walau suaranya masih terbata, tapi setidaknya dia bisa diajak bicara.
Tio menemani Kara menjaga dan merawat Bagas, hingga tiba-tiba, seorang laki-laki berperawakan tinggi tegap masuk ke ruang perawatan Bagas.
"Selamat sore, Om. Bagaimana keadaannya, apa sudah mendingan?" sapa laki-laki tampan itu.
Kara menoleh pada laki-laki itu. Dia tampan dan terlihat gagah. Sayangnya, wajahnya terlihat dewasa sekali, tidak seperti laki-laki seusianya.
"Azka, kamu sudah datang," kata Tio. "Kara, kenalin ini anak Om."
Laki-laki bernama Azka itu mengulurkan tangan dan berkenalan dengan Kara. "Azka."
"Karamel."
Tio terlihat sangat senang. "Azka, kamu ingat dia, bayi mungil yang selalu kamu cium itu. Ingat?"
"Bayi?" Kening Azka tampak berkerut.
"Mungkin kamu sudah lupa. Waktu itu kamu masih sepuluh tahun saat kita menengok Kara waktu bayi. Beberapa bulan sebelum kita pindah, Ka."
Azka mengingat sesuatu. Lalu, dia tersenyum dan membuat wajah tampannya semakin terlihat rupawan.
"Ya, aku ingat, Pa. Dia yang waktu itu pipis di celanaku, 'kan? Padahal waktu itu aku pakai baju bola kesayanganku," timpal Azka usai mengingat lagi kisah masa kecilnya.
Bagas sedikit tersenyum melihat reaksi Azka. "Kara cantik 'kan, Nak Azka?" tanya Bagas dengan suara lirih. Ayah Kara itu berharap laki-laki itu akan menyukai putrinya.
"Ya, dia cantik dan imut. Apa dia sudah lulus SMP?" tanya Azka sembari melirik Kara yang dengan setia duduk di samping ayahnya.
"Jangan sembarangan dong, Om. Aku sudah mulai kuliah, Om."
Azka melebarkan kelopak mata dan menunjuk dirinya sendiri. "Om!? Kamu panggil saya om?"
like, komen, hadiah dan votenya jangan lupa ya 💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
lilis suryana
dah jd sugar daddy ni/Facepalm//Facepalm/
2024-07-01
0
Yucaw
😂😂calon sugar Daddy nih...main nya sm om"
2023-11-13
2
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤
msh nyimak🤭
2023-01-05
1