Kara dan keluarga barunya kini sedang menikmati makan malam bersama. Meskipun tidak lengkap karena Arsha yang belum pulang, tetapi Kara cukup bahagia. Setidaknya hal ini mampu mengobati rasa rindunya pada sang ayah.
“Kara, besok pulang kuliah jam berapa?” tanya Dita saat mereka telah selesai makan.
“Jam empat mungkin, Ma. Kenapa?”
Azka dan papanya ikut menyimak obrolan menantu dan ibu mertuanya itu. Mereka tahu, kehadiran Kara di rumah ini membuat Dita sudah jarang mengomel.
“Ikut Mama belanja bulanan ya, nanti Mama jemput,” ajak Dita. Dia pikir dengan belanja bersama, mungkin hubungan mereka akan semakin akrab lagi.
“Mama sudah dapat anak perempuan ya,” komentar Azka.
“Dari dulu mama ‘kan memang ingin punya anak perempuan. Kedatangan Kara seperti jawaban dari doa Mama, iya ‘kan, Ma?” Tio ikut menjelaskan.
Kara sangat merasa tersanjung dengan perlakuan keluarga Azka padanya. Bayangannya tentang sosok mertua kejam benar-benar hilang karena kehangatan keluarga barunya itu.
“Aku senang kalau Mama mau jemput aku di kampus. Dulu, waktu SD, aku kepengen banget merasakan dijemput seorang ibu, tapi ayah bilang, ayah tidak akan menikah karena tidak mau membuat ibu sedih.” Kara menunduk sedih.
Namun, Dita tidak mau membuat Kara sedih.
“Kamu mau dengar cerita kamu sama Azka waktu masih kecil enggak?” tanya Dita.
“Mau cerita apa ini, Ma? Jangan buka aib,” kata Azka curiga.
Dita sudah senyum-senyum sedangkan Kara mengangkat lagi kepalanya.
“Jadi, dulu Azka itu sudah umur sepuluh tahunan waktu kamu masih di perut. Kita dulu sering ke rumah kamu karena tetanggaan. Azka itu sudah suka sama kamu dari kamu lahir. Di perut suka cium-cium, pas kamu lahir pun juga masih suka cium-cium.”
“Karena waktu itu ‘kan aku ingin punya adik perempuan, Ma. Tapi yang lahir malah si Arsha,” sahut Azka dengan cepat.
“Berarti Mama tahu waktu aku lahir terus Ibu meninggal.”
Pertanyaan Kara itu membuat suami dan kedua mertuanya terdiam, tetapi dia langsung tersenyum supaya Dita tidak merasa bersalah.
“Maksud Kara itu, ‘kan Mama sama Ibu dekat, berarti Mama punya banyak cerita tentang Ibu dong? Kara nggak pernah tanya ke Ayah karena Ayah pasti sedih banget kalau bicara soal Ibu, padahal Kara itu ingin tahu saja soal Ibu. Kapan-kapan Mama mau ceritain Ibu, ‘kan?”
Dita memeluk Kara dengan erat. Sebagai gadis yang tumbuh besar tanpa kasih sayang ibunya, Kara pasti sangat mengharapkan sosok ibu yang menyayangi dengan tulus.
Saat Kara dan Dita masih berpelukan, Arsha pulang sambil menenteng gitarnya.
“Kamu baru pulang, Sha?” tanya Tio pada putra keduanya.
“Iya, Pa. Aku makan nanti aja kalau sudah sepi,” jawab Arsha yang lalu berjalan menuju kamarnya.
“Aku ke kamar dulu, Ma, Pa.” Azka mendahului Arsha sebelum naik tangga.
“Makan dulu, Sha.” Dita memanggil Arsha setelah Azka pergi.
Kara tahu, hubungan kedua kakak beradik itu tidak baik-baik saja. Azka dan Arsha saling menghindar dan tidak mau bertegur sapa.
Arsha menurut dan menuju meja makan setelah kakaknya pergi. Dita dan Tio sudah lelah menegur keduanya yang entah meributkan apa sampai tidak mau bertegur sapa.
Seorang tamu tiba-tiba datang dan membuat Tio dan Dita pergi menemuinya. Tinggallah Kara dan Arsha yang berduaan di meja makan, karena Kara masih menikmati masakan rumahan yang Dita masak.
“Kak Arsha, kita satu kampus loh,” kata Kara. Dia membuka obrolan dengan adik iparnya yang malah dia panggil kakak.
“Kalau di kampus jangan bilang kita satu rumah ya, karena di kampus tidak ada yang tahu kalau aku ini adiknya suami kamu.”
Maaf telat up gaes, agak pusing karena pilek 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Yucaw
Apa sih problem kalian? cuma 2 bersaudara mbok ya yg rukun..semoga karamel bs jd pemersatu bangsa 😅😅
2023-11-14
4
Ney Maniez
😲😲
2023-01-05
0
MUKAYAH SUGINO
ada masalah cinta kali
2022-06-23
2