Kara menatap suaminya dengan kesal saat laki-laki tampan itu mengatakan bahwa uang kuliah dan uang jajan Kara bukan menjadi urusan Azka. Lalu, siapa yang akan membiayai hidupnya?
“Kakak mau aku kerja?” tanya Kara dengan kesal. Dia sudah tidak memiliki orang tua dan Kara pikir ayahnya pasti memiliki tabungan. Setidaknya, dia bisa bertahan hidup dengan sisa tabungan ayahnya itu. “Oke, aku akan cari kerja. Mulai hari ini Kakak enggak usah kasih aku uang jajan. Aku enggak butuh dikasihani.” Kara mengembalikan ATM dan uang yang Azka berikan dan berbalik badan hendak meninggalkan laki-laki itu.
Saat tangan Azka akan mencekal tangan Kara, tiba-tiba Seli muncul dan memergoki mereka berdua.
“Kara, Pak Azka. Wah, jadi kalian benar-benar saudara ya. Aku pikir kamu cuma bercanda saja,” kata Seli yang sama sekali tidak mengetahui hubungan Kara dan Azka.
“Bukan. Dia bukan adikku, dia ....”
Kara langsung membekap mulut Azka sebelum laki-laki itu membongkar hubungan mereka yang sebenarnya pada Seli.
“Jangan didengerin, Sel. Dia memang enggak begitu suka sama aku, kata Mama Dita aku tetap harus bersikap baik dan menganggapnya kakak walaupun dia enggak mau menganggapku adiknya,” sahut Kara yang tidak siap mengatakan kebenaran pada sahabatnya sendiri.
Jika pernikahannya terbongkar, maka hubungannya dengan Azka yang hanya menikah dengan perjanjian juga akan terbongkar. Memalukan sekali jika ketahuan menikah padahal tidak saling mencintai.
“Oh, begitu. Iya sih, Ra. Pasti Pak Azka juga enggak mau menganggap kamu adiknya. Kamu ‘kan masih kayak anak kecil,” komentar Seli.
Kara hanya tertawa kecil menanggapi ocehan Seli. Dia lalu merangkul temannya itu dan meninggalkan Azka. Tidak ketinggalan tatapan menusuk Kara sambil berjalan meninggalkan Azka.
***
***
Kara selesai kuliah dengan perut lapar yang sejak siang ia coba tahan. Dia berjalan gontai menuju pintu keluar kampus dan tiba-tiba bersemangat saat melihat ibu mertuanya melambaikan tangan.
“Ma,” teriak Kara sambil berlari menghampiri Mama Dita yang menunggunya di depan gerbang kampus.
“Hai, Sayang. Capek ya?”
“Lapar, Ma.”
Jawaban Kara membuat Mama Dita tertawa geli. Menantunya itu bersikap manja seperti yang selama ini dia harapkan. Memiliki putri yang sangat manja.
“Ya sudah sekalian saja kita beli makan di mal ya,” kata Mama Dita.
“Ma, belikan aku batagor aja, aku lapar, Ma.” Kara mengerutkan keningnya dengan mengatupkan kedua tangan di depan wajah. Persis seperti anak kecil yang membuat permohonan pada mamanya.
Mama Dita lagi-lagi tertawa dan mengeluarkan uang lalu memberikannya pada Kara. Gadis itu mengucapkan terima kasih dan kembali keluar dari mobil. Lalu, Kara membeli batagor seperti yang dia inginkan.
Selang beberapa saat, Kara kembali dengan sekantong plastik berisi makanan dan memberikannya pada Mama Dita dan juga sopirnya.
“Ini kembaliannya, Ma.” Kara menyerahkan uang kembalian dari membeli makanan itu pada Mama Dita. Akan tetapi, Mama Dita langsung menolak dan menyuruh Kara untuk menyimpannya.
“Buat kamu saja, Sayang. Memangnya kamu enggak dikasih uang sama Kak Azka?” tanya Mama Dita. Melihat Kara yang kelaparan, Mama Dita yakin putranya itu lupa tidak memberikan kewajibannya pada Kara.
“Kak Azka bilang itu bukan urusan dia, Ma. Mungkin aku akan cari kerja setelah ini,” jawab Kara terus terang.
“Bukan urusan dia? Kok bisa? Kalian ‘kan suami istri. Jadi, sebenarnya hubungan kalian itu seperti apa?”
Gawat, sepertinya aku salah bicara. Kalau Mama tahu perjanjian aku sama Kak Azka, bisa gawat ini.
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Alanna Th
iya, sabaaar y azka
2024-09-17
0
Yucaw
🙄🙄🙄 mau getok palanya karamel tapi takut nangeess..kesabaran ku tak setebal Azka mel..gemeshh the real bocil kematian 🙈🙈
2023-11-14
3
Lenina
wkwkwk..hayooloo
2023-08-01
0