Gerakan cepat setelah Azka tersandung membuat Kara tidak bisa menghindar dan berakhir tidur di tanah dengan tubuh Azka yang menimpanya. Tangan Azka berhasil melindungi kepala Kara sehingga tidak menyentuh tanah.
Dalam posisi itu, jarak mereka menjadi sangat dekat. Kara bisa mencium aroma mentol yang segar dari tubuh Azka. Jika dilihat-lihat, Azka memang tampan dan berkarisma. Hidungnya mancung dengan alis mata yang tidak terlalu tebal tapi terbentuk sempurna. Azka sendiri bisa melihat dengan jelas wajah Kara yang sangat cantik dengan riasan tipis. Embusan napasnya menyatu dengan napas Kara membuat mereka diam untuk beberapa saat.
“Om kalau jalan nggak pakai mata ya?” tanya Kara setelah tersadar dari pikirannya sendiri. Dia melirik kanan dan kirinya untuk mengamati keadaan sekitar. Untungnya hari sudah hampir gelap sehingga tidak banyak orang yang berlalu lalang.
“Apa? Sejak kapan orang jalan pakai mata? Jalan itu pakai kaki,” jawab Azka dengan sewot. Dia bangun dari tubuh Kara dan membersihkan tanah yang menempel pada tangan dan sikunya.
“Dasar Om nyebelin. Pantes aja nggak laku-laku. Dasar tua,” balas Kara yang berusaha bangun sendiri. Wajahnya semakin cemberut saat teringat kembali perjodohan mereka.
“Karamel, jangan bikin saya emosi ya. Saya ke sini cuma mau bilang sama kamu. Kita bicarakan pernikahan ini dengan pikiran dewasa. Buang dulu sikap kekanak-kanakan kamu itu,” kata Azka. Dia duduk di kursi taman tempat Kara tadi duduk.
Kara cemberut tapi tetap mengalah, siapa tahu mereka bisa mencari jalan keluar bersama-sama.
“Apa yang mau Om bicarakan?” tanya Kara sewot.
“Begini, sebenarnya saya juga tidak mau dijodohkan dengan kamu, tapi saya punya alasan dan pertimbangan tertentu. Jadi, kita terima saja perjodohan ini.”
“Enteng banget Om ngomong begitu. Om memang sudah tua, tapi aku masih muda, Om. Masih banyak yang mau aku kerjain di masa muda. Bukan malah nikah sama orang yang nggak jelas kayak Om," sahut Kara.
“Karamel, berhenti memanggil saya om. Memangnya saya om kamu. Kita Cuma beda sepuluh tahun saja. Panggil kakak kek, mas atau apa begitu?” protes Azka.
“Nggak mau, Om itu tua. Lebih cocok dipanggil Om," balas Kara.
“Ah terserahlah itu nanti dulu. Sekarang kita bahas yang lebih penting. Jadi, masalah kamu apa sampai menolak menikah dengan saya, padahal keadaan ayah kamu 'kan ... maksud saya, sebagai anak perempuan satu-satunya, kamu 'kan harus patuh dengan ayah kamu?” tanya Azka serius.
“Ya, sebenarnya aku ‘kan masih sangat muda. Masih ingin bebas menikmati masa mudalah, Om. Kalau aku nikah sekarang, pasti aku akan terkekang. Sibuk mengurus rumah dan suami. Aku akan kehilangan masa muda aku,” jawab Kara.
Azka memejamkan mata sejenak dan berpikir.
"Bagaimana kalau kita buat perjanjian. Kita menikah, tapi kamu bisa bebas. Saya pun juga begitu. Saya akan mencari cara supaya kita tidur terpisah, jadi kamu aman. Bagaimana?" tanya Azka setelah berpikir cukup lama.
Kara ikut berpikir, sepertinya, itu bukanlah penawaran yang buruk.
"Em, sampai kapan kita menikahnya, Om?" Kara mulai tertarik dengan perjanjian yang Azka ajukan. Mungkin, Kara pikir menikah itu seperti sekolah yang akan memiliki batas waktu. Ya, wajar saja karena dia tidak berminat untuk menikah muda.
"Sampai Papa yakin dan tidak ikut campur masalah pribadi saya. Setidaknya, sampai kamu lulus kuliah juga. Bagaimana?"
Kenbang kopinya jangan lupa 💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
lilis suryana
pada kenyataannya kalau sdh nyaman ndak bisa jauh2 dan pasti nempel terus kayak pranko/Chuckle//Chuckle/
2024-07-01
2
Yucaw
Ujung" nya pada gak mau pisah setelah merasa saling nyaman..udah deh nak anak..jalani aja dulu..
2023-11-13
1
Ney Maniez
😲🤦♀
2023-01-05
0