Kara memeluk tanah basah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir ayahnya. Sebagai anak yang dari bayi dirawat sendiri oleh sang ayah, Kara tentu merasa sangat kehilangan Bagas. Laki-laki itu sudah menjadi ayah sekaligus ibu baginya.
Azka dan kedua orang tuanya menemani Kara yang masih enggan meninggalkan makam sang ayah. Gadis itu masih sesenggukan sambil memegang nisan bertuliskan nama ayahnya.
“Mel, ayo kita pulang!” ajak Azka yang kini memegang bahu istrinya.
Tio memberi kode pada istrinya yang bernama Dita untuk membujuk Kara yang tidak mau mendengarkan Azka. Wanita itu lalu mendekati Kara yang kini menjadi menantunya.
“Sayang, ayo kita pulang! Biarkan ayahmu istirahat dengan tenang,” ucap mertua Kara.
“Tapi Ayah ....”
“Ikhlaskan, Sayang. Ayah kamu sudah bahagia bersama ibu. Sekarang kamu sudah menjadi istri Azka, artinya kamu juga anak mama. Kita pulang, ya!” Mama Azka terus membujuk menantunya. Sebagai sesama perempuan, dia sangat tahu perasaan Kara saat ini.
“Mama, Papa ayolah kita pulang! Ini terlalu panas!” teriak seorang anak laki-laki yang berteduh di bawah pohon kemboja.
Kara menoleh pada sumber suara dan terlihatlah laki-laki tampan yang memakai hoodie hitam. “Dia siapa?” tanya Kara sambil mengusap air matanya.
“Dia Arsha, adik saya, tapi kamu tidak usah pedulikan dia,” jawab Azka. Dia melirik adiknya dan kemudian merangkul pundak Karamel. “Ayo kita pulang dan istirahat di rumah!” ajak Azka.
Kara akhirnya menurut, dengan berat hati dia berpamitan dengan ayahnya dan melambaikan tangan. “Ayah, aku pulang. Ayah baik-baik ya sama Ibu,” ucap Kara sambil menangis. Rasanya sangat berat berpisah selama-lamanya dengan orang yang sangat kita cintai.
***
Kara menaiki mobil yang dikemudikan oleh Azka. Dia masih tidak percaya ayahnya akan pergi secepat itu.
“Mau mampir minimarket?” tanya Azka.
“Boleh deh, Om. Tapi bayarin ya,” jawab Kara, lemah.
Azka menghela napas lega. Dia berharap Kara bisa mengikhlaskan kepergian ayahnya.
Mobil Azka berhenti di minimarket, lalu Kara keluar dan memasuki minimarket.
“Om, aku beli jajannya banyak loh. Nggak apa-apa?” tanya Kara merasa tidak enak.
“Beli saja semua yang kamu mau, saya akan bayar,” jawab Azka.
Kara mengambil beberapa camilan dan juga beberapa batang coklat. Azka yang melihat keranjang Kara penuh dengan makanan seketika mengerutkan kening.
“Kamu makan sebanyak ini?” tanya Azka saat mereka mengantre di kasir.
“Aku ‘kan sudah bilang, Om. Kalau lagi sedih gini, aku emang banyak makan,” kata Kara sambil menunduk.
“Pantas saja kamu chubby,” gumam Azka.
“Aku emang masih masa pertumbuhan, Om. Om Azka aja yang tua,” balas Kara.
Setelah membayar semua belanjaan Kara, mereka lalu pulang ke rumah orang tua Azka. Kara tertegun melihat rumah besar yang sangat mewah. Sangat berbeda dengan rumah yang ia tinggali bersama mendiang ayahnya.
“Ayo masuk, Mel” ajak Azka yang kini membawa tas plastik berisi makanan ringan itu.
“Ini rumahnya Om?” tanya Kara yang masih terpukau dengan rumah mewah yang akan dia tinggali.
“Bukan, ini rumah orang tua saya. Nanti, kalau sudah ketemu apartemen yang cocok, kita pindah dari sini,” jawab Azka. Dia merangkul pundak Kara dan menariknya masuk ke rumah.
“Om tunggu bentar deh.” Kara menghentikan langkah mereka. “Aku pengen nanya ini dari kemarin. Sebenarnya, kenapa Om mau nikah sama aku?”
yok, kira-kira kenapa? Like, komennya jangan lupa 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Alanna Th
cinta masa kecil
2024-09-17
0
lilis suryana
pastinya azka suka sama karamel/Shhh//Shhh/
2024-07-01
1
Yucaw
Karakter karamel emang masih ky bocil kematian gt ya 😂😂 pdhl udah kuliah kan meski msh awal..mungkin krn tdk di asuh ibunya jd gt ya..
2023-11-13
1