"Jen, aku ingin bicara hal pribadi dengan mu."
Jenna yang tadi nampak rilex kini berubah tegang.
"Hal pribadi apa Pak?" tanya Jenna nampak menautkan kedua alisnya.
"Ini hanyalah sebuah tawaran. Kau terima atau tidak tawaran ini. Aku harap kau berfikir positif." ujar Julian santai, sambil serius menatap wajah cantik alami Jenna Shamanta.
"Oke, saya akan berfikir positif." imbuh Jenna yang berusaha rilex walau ia sebenarnya sangat penasaran dengan apa yang akan Julian ungkapkan.
"Oke," kemudian dengan menghela nafas panjang Julian mulai mengutarakan maksudnya.
"Mau kah kau menjadi ibu perantara dari anak ku. Maksud ku, aku menawari mu sebuah tawaran. Jika kau bersedia menjadi ibu perantara dari calon anak ku, aku akan membayar mu dengan apapun yang kau inginkan. Aku kan memberi mu rumah, mobil, apartemen, saham atau apapun yang kau mau. Asal kau bersedia menyewakan rahim mu dan memberikan aku anak dari benih ku. Aku hanya menginginkan keturunan. Aku tidak bermaksud membangun komitmen dalam rumah tangga. Kita tidak akan melibatkan perasaan. Aku hanya ingin seorang anak, aku hanya ingin keturunan. Jika kau bersedia dan bisa mengandung benih ku. Maka tawaran dan imbalan yang aku sebutkan tadi berlaku untuk mu." Jenna nampak melongo mendengar perkataan Julian.
Bahkan dirinya pun tak habis pikir. Jika orang kaya dan setampan Julian Alexander bisa memberi nya tawaran semacam itu.
"Anggap saja ini adalah bisnis." imbuh Julian yah masih menatap wajah Jenna dengan intens.
"Maaf, anda salah alamat. Saya bukan seorang pelacur yang suka menjual diri. Apalagi menjual seorang bayi. Terimakasih untuk tawaran anda dan untuk makan siangnya Pak Julian, saya pamit." ujar Jenna langsung mengemasi barang-barang nya kedalam tas, lalu sesegera mungkin ia bergegas pergi.
Julian membiarkan Jenna pergi. Justru ia tertawa getir sesaat Jenna sudah berlalu dari hadapannya.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sesampainya Jenna kembali ke kantor. Dan kini ia sudah berada di ruangannya. Entah kenapa perasaan kesal pada Julian membuatnya semakin gusar.
Ingin rasanya ia pada saat itu berucap kasar pada rekan bisnis bos-nya itu. Tapi keinginan itu dia tahan.
"Dia pikir dia siapa? Apa karena dia kaya, dia punya segala-galanya jadi dia berkata seperti itu. Dimana wibawanya?" Jenna nampak mengerutu sendiri di meja kerjanya.
Saat Jenna berusaha untuk menyibukkan diri dengan pekerjaan yang sudah menumpuk di laptopnya. Justru ia semakin tidak bisa konsentrasi.
"Sial," gerutu Jenna tiada ujungnya.
Lalu ia berdiri dan pergi ke sudut ruangan yang ada di kantor. Ia berniat membuat secangkir kopi untuk membuatnya rilex.
Mencoba duduk tenang di sebuah bangku sambil memegang kopi panas yang baru saja ia buat. Kini Jenna merasa lebih baik. Sambil terus menghela napas panjang Jenna berusaha melupakan tawaran Julian yang menurutnya itu sangat melecehkan dirinya dan terdengar begitu mengelikan.
"Dia pikir aku wanita murahan," desis Jenna dalam hati.
"Hanya seorang wanita murahan lah yang akan dengan senang menjual bayi nya. Apalagi melakukan hubungan seksual dengan seseorang hanya untuk mendapatkan uang. Rendah sekali," desis lagi Jenna masih sangat merasa marah.
"Jen, kau kenapa? Kamu terlihat gelisah!" tanya Denis yang baru saja tiba di tempat itu. Denis adalah manajer pemasaran di Sahara Corp.
Denis sebelumnya adalah orang kepercayaan Andrea. Karena ia banyak melakukan jasa bagi Andrea, akhirnya Andrea pun mengangkat Denis sebagai manager pemasaran bidang properti di Sahara Corp.
"Aku tidak apa apa Den, hanya sedikit badmood!"
"Badmood kenapa?" tanya Denis yang kemudian ia juga membuat minum lewat mesin pembuat kopi.
"Ini bukan soal pekerjaan. Hanya badmood dengan diri ku sendiri." ujar Jenna yang kemudian menyeruput kopi yang ia buat.
"Makanya menikah! Biar ngak keseringan badmood." ledek Denis, yang kemudian duduk bersebrangan dengan Jenna sambil meletakkan kopi yang baru saja ia buat di hadapannya.
"Aku masih menikmati kesendirian ku. Aku masih belum siap menikah, apalagi menjalani komitmen berumah tangga. Melihat kehidupan Bu Andrea saja sudah membuat ku ngeri." jelas Jenna.
Denis nampak tersenyum mendengar penuturan teman kerjanya itu.
"Tidak semua rumah tangga itu mengerikan. Bu Andrea jelas beda. Walau ia gagal di pernikahan pertamanya. Tapi ia akhirnya memilih kembali pada suaminya, dan aku liat mereka bahagia sekarang."
"Sama saja, Bu Andrea pernah melalui masa masa yang sangat membuat aku meneteskan air mata. Aku adalah saksi bagaimana Bu Andrea berjuang sendiri di saat ia hamil Alden. Dia aktif bekerja di saat ia hamil. Dia meluap kan masalah dengan menyibukkan diri nya dengan pekerjaan. Bahkan saat itu ia juga tengah menghadapi perceraian dengan Pak Reyhan. Tapi dia luar biasa kuat. Dan ku akui, dia itu wanita hebat. Aku belum tentu sekuat dia." ungap Jenna merasa sangat kagum dengan Andrea, sang bos.
"Sutttttt, jangan keras-keras kalau mengosip. Nanti terdengar oleh karyawan yang lain. Kamu kita aku siapa! Aku ini kaki tangan Bu Andrea. Aku tau apa yang terjadi di lapangan. Siapa siap yang punya masalah dengan Bu Andrea aku paham. Lupa, aku orang kepercayaan nya!" balas Denis.
Jenna dan Denis pun akhirnya sama sama terkekeh. Dan mereka untuk sejenak menikmati secangkir kopi yang mereka buat.
Denis
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Elizabeth Yanolivia
siap = siapa
2024-09-03
0
Elizabeth Yanolivia
kamu kita = kamu KIRA
2024-09-03
0
Elizabeth Yanolivia
mengosip = menggosip
2024-09-03
0