Mendengar teguran dari sang Ayah membuat Fanza makin terlihat kesal, namun ia tetap tak berani membantah sang Ayah. "Humm... Maaf Umah!" katanya tapi masih terdengar ketus.
"Iya Sayang, maafin Umah juga ya," balas Meira, sembari ia bermaksud merapikan rambutnya Fanza. Namun dengan sigap Fanza langsung menghindarnya.
"Loh, Umahkan mau merapikan rambutnya Fanza, kenapa menghindar Nak?" tanya Meira sedikit terkejut.
"Nggak perlu Umah!" jawab Fanza masih terlihat dengar ketus. Rio yang melihat kelakuan anaknya ia jadi merasa tidak enak pada Meira.
"Maaf ya Mei, Fanza emang seperti itu dia itu, memang paling tidak suka bila kepalanya disetuh oleh siapapun," jelas Rio, yang paling tahu dengan tabiat Anak-anaknya.
"Ooh.. iya Bang, nggak papa kok Bang, Ana saja tadi yang usil pada Fanza," kata Meira, merasa bersalah. "Maafin Umah ya Fanza?" ucaprnya lagi Fanza. Namun, tak dibalas oleh Fanza.
Sedangkan Daffin yang melihatnya, langsung mengerutkan keningnya, saat ia melirik kearah kaca spion dan melihat wajah Fanza yang terlihat begitu dingin pada Meira.
"Beginilah apa bila seorang, anak tidak pernah dapat sentuhan dari seorang Ibu. Seharusnya Lo tuh cari istri lagi Rio!" ujar Daffin, yang kini yang pandangannya beralih pada Rio.
"Eh, jangan asal ngomong Lo! Asal Lo tahu, tanpa seorang wanita gue juga bisa ngurusin anak-anak tau!" balas Rio, dengan datar. Terlihat sekali ia tak menyukai perkataan Daffin.
"Iya Emang Bisa! Tapi lihat aja tuh Fanza sifatnya mirip banget kayak Lo kan? Emangnya Lo mau anak Lo sepert itu sampai dewasa hm?" ujar Daffin, membuat Rio tersentak dengan spontan ia langsung memandang anaknya.
"Emangnya kenapa dengan anak gue?" tanya Rio, heran, karena ia melihat anaknya biasa-biasa saja.
"Kenapa? Lo tanya kenapa? Heh, Lo apa nggak lihat tabiat mereka, lihat putra dan putri Lo! Sikap mereka sama kayak Lo dingin! Oke kalau yang laki-laki nggak masalah mereka seperti itu. Tapi kalau yang perempuan, apa Lo mau mereka bersifat kayak Lo juga hah?" balas Daffin, yang terlihat mulai kesal.
"Lo sebenarnya mengkhawatirkan anak gue? Atau Lo berharap gue kawin lagi hah? Hei Fin!Asal Lo tahu aja, gue nggak bakalan mengkhianati Cindy! Lo paham!" sergah Rio, yang terlihat mulai emosi juga.
"Hah! Bodo amat dah! Terserah Lo aja! Hidup, hidup Lo atur sendiri sama Lo!" seru Daffin yang terlihat ia juga mulai emosi pada Rio, yang tak mau mendengarkan nasihatnya.
"Astaghfirullah! Kalian kok pada berdebat sih? Kalian nggak malu apa, perdebatan kalian didengar sama anak-anak! " tegur Meira, membuat para lelaki yang sedang duduk di depan itu akhirnya terdiam.
Namun keduanya masih terlihat kesal, membuat Meira yang masih memperhatikan keduanya pun menggelengkan kepala. "Huh.. Sudah pada tua tapi kelakuan masih seperti anak-anak sih?" gumamnya, sembari ia melipatkan kedua tangannya di bawah dadanya.
Disaat bersamaan mobil memasuki area pemakaman. Dan Daffin pun memarkirkan mobilnya tepat di depan gerbang pemakam.
Baru saja Daffin mematikan mesin mobilmya. Anak-anak Rio langsung membuka pintu mobil dan langsung keluar dari mobil.
Setelah turun mereka pun langsung berlari memasuki gerbang pemakam. Membuat Meira kaget dan heran. "Eh! Bang Rio anak-anak kok langsung lari ke pemakaman? Emangnya mereka tahu makam Cindy?" tanyanya terlihat penasaran.
"Mereka sudah tahu kok Mei. Merekakan sudah pernah kesini, beberapa kali Mei," balas Rio berkata apa adanya. Membuat Meira, yang memang tidak tahu tersentak kaget.
"Hah! Beberapa kali? Tapi mengapa sekali pun tidak pernah singgah kerumah Bang?" tanya Meira, yang wajahnya langsung berubah pias.
"Eh, Maaf Mei, wa-waktu itu kami datang sedikit tergesa-gesa, jadi tidak sempat untuk mampir Mei," balas Rio terlihat gugup. Karena ia tak ingin Meira salah paham padanya.
"Sudahlah Sayang, kamukan tahu sendiri Rio memang sibuk dengan perkebunannya. Ditambah lagi harus ngurus quadruplets, jadi kita maklumi saja ya," ujar Daffin, sembari ia merangkul pundak istrinya.
"Benar apa yang dikatakan Daffin Mei, jadi maaf ya baru sekarang kami bisa singgah," timpal Rio, terlihat tidak enak hati.
"Ooh..gitu? Ya sudah nggak papa Bang. Ya sudah sekarang ayo kita susul anak-anak, takutnya mereka nyasar lagi," ajak Meira. Yang akhirnya mereka berjalan memasuki gerbang pemakam.
...*****...
Sementara disisi lain di pemakaman.
Nampak Yumna, Yunda, Fanza dan Fasya, masih terlihat berlari menuju sebuah makam yang bertuliskan "Cindy Marshanda binti Yusri Atmaja" Dan setibanya dimakam tersebut.
"Assalamu'alaikum Mama!" ucap keempat bocah tersebut, seraya mereka bersimpuh disisi kanan dan kiri makam tersebut.
"Mama, Umna kangen banget sama Mama," ujar si kecil Yumna, sembari mencium Nisannya Cindy.
"Unda juga Mah, Unda kangeeeen banget sama Mama. Mama kangen nggak sama Kami, Mah?"
...┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈┈...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
revinurinsani
nyesek😭😭
2023-12-16
0
Dwi Wardani
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-11-04
1
Nartadi Yana
jadi 😭😭😭😭
2023-09-18
0