"Selama makan siang ini kami membahas banyak hal, tapi tak sekalipun aku bisa melihat wajahnya. Topi model bucket hat yang selalu dia kenakan ini memang berhasil menyembunyikan separuh wajahnya. Yang bisa kulihat hanya bibir penuhnya yang berwarna merah muda. Dia tidak menyadari, aku beberapa kali memandangi bibir penuh itu dengan antusias. Bagiku gerakan mengunyahnya pun menjadi sesuatu yang menarik untuk dilihat" Sugi tenggelam dalam pikirannya sembari menyelesaikan makan siangnya
"Apa nama grup band di acara yang pak Sugi sebutkan tadi?"
Sugi agak terkejut dengan pertanyaan Riri, ia kembali dari lamunannya "hmm apa tadi? Nama grup band? Namanya Apricia, Mereka duo akustik. Saya pernah melihat mereka tampil bagus di acara teman"
"Jadi saya mulai bantu promo di media sosialnya kapan pak?"
"Kemungkinan mulai besok, saya sudah meminta orang pusat untuk membantu desainnya. Mungkin nanti sore sudah jadi. Nanti kita ke kantor, saya tunjukkan contohnya"
"Artinya acara live music dan happy hour ini dimulai sabtu ini kan pak?"
"Iyah benar. Saya coba selama sebulan di hari Sabtu dan Minggu, kalau ramai kita perpanjang"
"Semoga sesuai harapan Pak. Oh iya Pak, apa motor saya masih ada di sentral parkir?" Aku tiba-tiba teringat pada sepeda motorku
"Ada di rumah saya. Kalau tangan bu Riri sudah baik, nanti saya suruh bawakan kembali"
Sedetik aku mendongak melihat kearah pak Sugi yang sedang tersenyum
"Tapi kuncinya kan masih sama saya?!" Tanyaku bingung
"Di urus pak Doni, pokoknya sekarang ada dirumah saya" Jawabnya santai "nanti pulang saya antar?"
"Tidak usah pak, terimakasih. Kalau saya butuh bantuan saya akan sampaikan pada pak Sugi"
Sugi menggeleng sambil tersenyum "duh susah sekali mendekatinya"
Tak jauh dari sana Pak Doni sedang berdiri memperhatikan Sugi dan Riri makan siang sambil mengobrol santai. Dia memperhatikan Sugi yang beberapa kali tersenyum sumringah didepan wajah Riri yang tertutup topi.
"Pak Doni, sejak kapan Pak Sugi jadi ramah dan santai begitu?!" Senggol Chef Kino tiba-tiba
Pak Doni terkekeh "saya juga tidak tahu chef"
"Biasanya kalau sama kita suasana pasti tegang yah Pak ck!" Ujar Chef Kino sambil mengelus tengkuknya
"Ya begitulah" Jawab Pak Doni sambil mengarahkan chef Kino untuk kembali ke kitchen. Pak Doni khawatir kalau sampai pak Sugi melihat mereka mengobrol santai di jam kerja, pasti akan menjadi masalah.
Usai makan siang saat aku sedang sibuk di kantor Pak Sugi, tiba-tiba Gia menghubungiku. Aku menjawab teleponnya dengan memencet tombol speaker karena aku ingin mengistirahatkan tanganku sebentar.
"Halo Gia, sudah baikan??"
"Udah sih, besok aku sudah bisa mulai kerja"
"Kata Pak Daniel kamu dapat hukuman yah? Harusnya aku juga Ri. Kan aku ada disana waktu si menor nyium beton wahahahaha" Katanya sambil terbahak
"Duh ngakak dia. Udahlah yak, kalau kamu juga kena skorsing siapa yang bantuin Pak Daniel?"
"Suruh aja Hartono, biar ada kesibukan hehehe. Daripada nempelin si menor terus!!"
"Hahaha berani ngomong gitu sama pak Daniel?"
"huahahaha nggak sih, eh iya terus katanya gajimu kena potong kan ri, aku bantu lunasin cicilanmu ya?!"
"Ck! Kayak ada duit lebih aja" Candaku pada Gia, walaupun aku merasa dia mungkin lebih kaya dari dugaanku selama ini
"Hahaha aku kan kaya raya, pokoknya kamu masuk kerja nanti masalah cicilan selama gajimu dipotong itu jadi tanggungjawabku" ujarnya semangat
"Bener yah?!"
"Beneran dong, masa aku ngibul"
"Iyah iyah, eh sekarang aku lagi ada di Eat and Love"
"Wahh ketemu si Ganteng ya?! Cieee"
"Cie cie... Apaan?!" Sahutku sewot
"Pepet ri pepet!!! , buka aja topi ma maskermu depan dia. Aku yakin dia pasti terpana"
"Ck! Ngomong apa sih yak, Udah ah aku lagi sibuk. Kalau kamu kurang kerjaan, tuh coba telepon Pak Daniel"
"Ihh biarin aja dia sibuk sendiri. Aku kan lagi menikmati cuti. Eh aku kesana kali yah? , tiba-tiba pengin makan disana"
"Nggak usah ganggu kerjaanku yah"
"Ih siapa juga yang mau ganggu bu Riri yang sedang sibuk bersama manager gantengnya hahahaha"
"Dah Gia" Aku menutup teleponnya
"Orang gila!" Gumamku pada ponsel ditanganku, dan mulai melanjutkan kembali pekerjaan yang sempat tertunda.
Di balik pintu nampak Sugi tersenyum sambil bersandar pada tembok yang ada dibelakangnya.
Hari-hari pun berlalu begitu cepat. Hari ini event happy hour dan live music akan dilaksanakan pertama kalinya di Restauran. Riri seperti biasa terlihat sedang sibuk di depan layar komputer.
Sugi hanya menggeleng melihat Riri yang ketika sibuk, selalu lupa dengan keadaan disekitarnya. "Bu Riri nanti pulang jangan jam lima tepat yah, biar bisa melihat live music hari ini sebentar"
"Oh siap pak. Saya juga sebentar lagi turun. Mau melihat keramaian dibawah, siapa tahu bisa sambil bantu-bantu" Jawabku sambil menoleh kearahnya.
"Ok" Sahut Sugi lagi, kemudian melangkah turun ke Restauran
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Riri mulai membereskan mejanya dan bersiap untuk ikut turun. Sepertinya happy hournya berhasil, keadaan di Restauran sekarang sedang ramai.
Banyak tamu lokal dan internasional berbaur disana sini. Di belakang pun, keadaannya juga tidak jauh berbeda. Malah bisa dibilang lebih ramai, banyak dari mereka yang mengobrol sambil menikmati suasana pantai dengan sunset yang akan muncul sebentar lagi. Musik smooth jazz mengalun indah di setiap sudut restauran, membuat suasana terasa lebih santai.
Aku membantu waiter yang kelihatan sibuk mengambil gelas kotor untuk dibawa ke belakang kitchen. "Terimakasih bu Riri" Kata waiter yang bernama Sintya itu sambil tersenyum padaku
"Sama-sama Sintya" Jawabku sambil tersenyum
Kulihat pak Sugi sedang berbincang dengan salah satu tamu yang datang hari ini. Pak Doni juga terlihat sedang memberi arahan kepada waiter di depan.
Sekitar setengah jam kemudian, dari kejauhan aku melihat ada dua orang yang datang membawa gitar. Mereka naik ke panggung yang telah disediakan. Aku memperhatikan salah satu dari dua orang itu, aku merasa seperti mengenalnya. Badannya tinggi kurus, Rambutnya yang panjang bergelombang sebahu, dengan warna kulit yang sedikit gelap. Dia mengenakan kemeja kotak-kotak untuk baju luaran dan celana jeans biru muda.
Dari caranya berdiri aku yakin sekali tidak salah orang "Dheg!" Jantungku mulai berdetak kencang "aku yakin tidak salah mengenalinya, orang Itu benar-benar Andi" Aku hanya sanggup menatapnya dari kejauhan.
Aku tiba-tiba merasa tak sanggup lagi berdiri disini, air mata menggenang di pelupuk mataku. "Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" Kaki ini ku paksakan bergerak menjauh dari sana mencari tempat yang sepi. Hingga akhirnya aku sampai di pantai agak jauh dari kerumunan. Aku menarik napas untuk menenangkan diri
Suara serak Andi terdengar jelas sedang memperkenalkan diri, dan tak lama lagu pertama dinyanyikan. Air mataku menetes tanpa bisa dibendung lagi "Ini seperti mimpi, bahkan suaranya pun tidak berubah, aku sungguh merindukanmu.. Aku ingin memelukmu erat Andi" Aku bergumam dalam hati. Aku duduk menatap matahari yang tenggelam di ujung barat.
"Apa aku harus menemuinya sekarang? Apa ini waktu yang tepat untuk bertemu? Apa dia masih mengharapkanku? Arghhh!!" Aku memegangi kepalaku dengan perasaan frustasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments