Gia

"Duh Ri, kenapa telat lagi sih?! Aku nggak bisa terus-terusan absenin kamu di alat ceklok. Kalau ketahuan aku bisa kena sanksi Ri" Gia mendatangi mejaku dan berbisik khawatir padaku yang baru saja duduk dikursi.

Alat ceklok yang Gia maksud adalah mesin absensi yang menggunakan kartu absen yang lazim digunakan di perusahaan-perusahaan. Aku hanya bisa tersenyum manis seperti biasa mendengar omelannya, walapun tertutup masker Gia tahu aku sedang nyengir dari perubahan bawah mataku yang sedikit naik dan nampak sedikit berisi.

"Kok Senyum aja sih, apa perlu aku teleponin tiap pagi biar nggak telat? "

Dari nada bicaranya rupanya Gia bersungguh-sungguh ingin membantuku untuk bangun lebih pagi.

"Makasi yah yak untuk hari ini, sori banget aku sudah ngerepotin kamu. Semalam aku mimpi buruk jadi kebangun. Aku baru bisa tidur lagi sekitar jam 4 pagi" Kataku juga berbisik pada Gia sambil meletakkan tas dan jaketku pada laci bawah meja kerjaku.

"Ck! Selalu masalah tidur yah? Sebelumnya juga kamu sering banget susah tidur. Apa tidak sebaiknya kamu cek ke dokter? Ini sudah level mengganggu Ri" Gia memandang Riri dengan wajah khawatir

"Terimakasih Bu Gia cantik karena sudah mengkhawatirkan aku yang bandel ini" Aku mencubit kecil lengannya "nanti aku atur jadwal deh ketemu dokter"

"Sok sibuk!, eh iyah cerita yang kemarin gimana? Kenapa kamu di panggil pak Toni?"

"Inget nggak yang aku datang telat karena ban motorku kena paku? Nah itu aku kan buru-buru lari dari parkiran, bisa ditebaklah aku akhirnya nabrak orang dijalan. Noda lipstik bibirku nempel di kemejanya yang mahal. Yang punya kemeja ternyata manajer restauran didepan itu" Bisikku sambil menunjuk kearah Restauran di depan.

"Disuruh ganti rugi??" Gia ikut berbisik sambil menunduk kearahku

"Nggak juga sih, intinya gara-gara itu aku mesti bantuin kerjaan si bapak"

"Dibayar?" Tanyanya lagi dengan wajah penasaran

"Iya dong cuy! Hahaha" Aku tertawa mendengar pertanyaan khasnya kalau ada pekerjaan tambahan yang harus dilakukan sampai lembur.

"Ih enak banget" Gia mencibirku lalu kemudian ikut tertawa.

"JAM SEGINI UDAH NGERUMPI AJA!!!, ENAK BANGET SIH?!!... KERJA DONG!!! KERJA!!!

Terdengar suara keras menggelegar yang cukup familiar dibelakang kami, yang memaksa kami untuk menoleh kebelakang.

Suci terlihat kesal sambil melipat tangan di depan dadanya yang membusung tinggi. Kemeja biru muda yang dia kenakan terlihat ketat dengan dua kancing atasnya dibiarkan terbuka seperti biasa. Rok mini hitam membungkus bokongnya yang semok. Ditambah sepatu berhak tinggi dengan wangi parfumnya yang selalu menguar, sudah bisa dipastikan mampu membuat setiap mata lelaki menatapnya ketika lewat.

"Ini juga kita lagi ngomongin kerjaan, emangnya situ jam segini dah keluyuran nggak jelas! " Seru Gia

Aku mencubit kecil punggungnya agar tidak terlalu vokal menyuarakan kekesalannya pada Suci, sekretaris kesayangan pak Hartono selaku Direktur dari Hotel Z. Kalau sampai Gia kebablasan aku takut kami akan mendapatkan masalah.

"Heh!!! siapa yang keluyuran?? Awas yah aku aduin sama bapak. Biar dia tahu kalian karyawan pemalas. Kalau gaji nggak seberapa mendingan nggak usah buat masalah deh" Seru Suci lalu mendengus dan berbalik badan segera pergi dari hadapan kami. Postur tubuhnya yang tinggi dan berisi bak gitar Spanyol terlihat melenggak-lenggok dengan cepat menjauh. Bunyi hentakan high heels nya benar-benar mengganggu.

Terlihat beberapa staff yang lain hanya menggeleng melihat keributan pagi yang tidak penting ini.

Aku menahan tangan Gia yang nampak emosi mendengar ucapan Suci barusan.

"Udahlah yak, nggak usah di ladeni kan dia memang begitu" Aku berusaha menenangkannya

"Heran deh cuma sekretaris aja sok banget. Emang dia selama disini kerja?! Kamu kan tahu juga dia ngapain aja setiap hari?!" Gia bersungut-sungut kearah ku

"Iya aku tahu, semua orang juga tahu. Yuk urusin kerjaan kita aja, tuh inbox-mu sudah penuh lagi" Aku mengarahkan pelan tubuhnya kembali ke mejanya.

"Ck! " Gia berdecak kesal menuruti arahanku dan duduk di kursinya.

"Nanti kita bahas urusan yang tadi" Kataku lagi sambil menepuk lembut lengannya.

"Yha" Katanya masih bernada kesal.

Aku hanya menggeleng melihat kelakuannya yang emosional, dan memulai hariku di kantor seperti biasa.

Setelah pekerjaanku selesai sebelum makan siang, aku sempatkan untuk memulai pekerjaanku untuk Restauran pak Sugi. Aku bekerja melalui ponsel pintar yang ia berikan semalam.

"Makan yuk" Gia tiba-tiba saja sudah disebelahku dan menarik satu tanganku dengan kuat.

"Kamu dah kurus nggak usah sok lupa makan siang, ayok cepetan" Katanya lagi tidak sabar

Aku yang gelagapan hanya bisa mengikuti tarikan tangan Gia, "eh bentar" Aku kembali kemeja untuk mengambil kembali ponsel, topi dan tasku.

Disepanjang jalan menuju warung bakmi Gia mengoceh tentang banyak hal. Mulai dari pekerjaannya yang banyak, email tidak terkirim, telepon nyasar, sampai pacarnya yang posesif.

Aku hanya bisa mengangguk setiap dia menoleh saat bercerita, bukannya tidak mendengar tapi pikiranku masih berada pada pekerjaan untuk Restauran pak Sugi yang belum selesai di ponsel tadi.

Setelah memesan, aku kembali sibuk dengan urusan perkerjaan restauran. "Gia bentar yah aku mau kerjain ini dulu" Aku berkata pada Gia, sambil menatap ponsel ditanganku

"Urusan Restauran? " Jawabnya pelan

Aku mengangguk cepat.

"Ok" Katanya tanpa banyak kata dan cerita seperti saat perjalanan kami tadi.

Warung bakmi ini sedang ramai-ramainya, kami menunggu cukup lama. Begitu makanan datang, beberapa email ke media telah selesai aku kirim. Untungnya pak Sugi cepat memberikan tanggapan ketika dibutuhkan.

"Makan dulu" Kata Gia sambil mengambil ponsel ditanganku dan meletakkannya dimeja.

"Ponsel dari manager itu yah?!" Tanyanya lagi

"Iyah untuk urusan kerjaan aja" Jawabku sambil bersiap menyantap bakmi didepanku.

Aku membuka maskerku dengan gelisah dan mulai menyantap makan siangku dengan cepat.

Aku tidak menyadari Gia menatapku dengan senyuman terkulum dibibirnya, saat aku sadar aku menoleh kearahnya.

"Apa yak? Ada yang aneh dengan wajahku?"

Gia menggeleng dan tersenyum lebar " Nggak ada yang aneh, kamu cantik Ri. Aku sering mendengar orang-orang di kantor bilang kamu alergi debu. Tapi kayaknya bukan itu alasan kamu memakai masker kan?!"

Aku sedikit terkejut mendengar ucapan Gia.

"Terus menurutmu kenapa?" Aku balik bertanya untuk mengatasi kegelisahanku ini

"Biar tidak semua orang tahu kamu secantik ini. Hidungmu mancung, bibirmu penuh, tulang pipimu tinggi. Sebenarnya kalau laki-laki mau memperhatikan matamu yang besar itu saja sudah cukup terlihat kok, betapa menariknya kamu Ri"

"Ngomong apa sih Yak" Aku menatapnya heran

"Hehehe ya sudah kita makan yang cepat aja deh biar kamu ada waktu buat kerjaan itu" Gia mendongakkan kepalanya kearah ponsel yang ada diatas meja.

Aku mengangguk dan melanjutkan makan siangku dengan cepat. Setelah selesai aku mengenakan lagi maskerku, dan sibuk kembali dengan ponsel itu.

Sejenak terlihat ada telepon masuk dari pak Sugi, aku mengangkatnya dengan cepat.

"Halo pak"

"Bu Riri sudah makan siang? Kalau belum gimana kalau makan siang disini saja sambil membahas kerjaan yang tadi?" Terdengar suara pak Sugi yang berat dan dalam. "Kalau boleh aku bandingkan ,suaranya mirip seperti suara penyiar radio terkenal itu, Iyah ini mirip sekali dengan suara DJ Bagas. Dengan suara maskulin begini aku yakin beliau banyak penggemar wanitanya. Ah aku kenapa jadi berfikir yang tidak-tidak" gumamku sendiri dalam hati.

"Hmm ini saya sedang makan siang pak, nanti sore saja saya kesana. Saya butuh file company profile Restauran dan beberapa foto, seperti yang saya sampaikan tadi" Aku menjawab dengan suara datar seperti biasa.

"Ok kalau begitu, sampai nanti sore Bu Riri"

"Baik pak" Aku menutup pembicaraan kami.

Mataku kembali fokus kepada urusanku yang tertunda.

Sementara Gia yang memperhatikan Riri sambil makan hanya bisa tersenyum dan menggeleng sendiri.

"Duh Riri, kalau sudah sibuk begini selalu fokus ke pekerjaannya dan mengabaikan hal-hal disekitarnya. Katanya susah mencari teman yang baik di lingkungan kerja. Tapi aku beruntung bertemu satu orang ini. Walapun aku setahun lebih dulu bekerja disini, tapi sepertinya Riri lebih berpengalaman.Dia sangat sering membantu pekerjaanku. Aku jadi ingat kesan pertama yang aku rasakan saat hari pertama dia bekerja, auranya dingin dan menjaga jarak. Tapi siapa yang menyangka saat tasku dijambret orang dengan gesitnya ia berlari mengejar penjambret itu. Aku yakin kalau saja semua orang melihat kejadian itu, akan menjadi pembicaraan yang viral.

Aku yang melihat aksinya menendang pantat penjambret itu saja hanya mampu bengong dan terkesima. Penjambretnya tidak berdaya di injak oleh Riri dibagian punggungnya dan hanya mampu meminta ampun. Sejak saat itu kami berteman dekat. Tapi sayangnya Riri memang tertutup, sampai saat ini pun dia belum banyak bercerita tentang latar belakangnya. Tapi itu tidak jadi masalah, dia orang baik. Aku yakin itu" Gia sibuk dengan isi pikirannya sendiri tentang Riri.

"Hei bengong aja, udah selesai nih. Yuk balik! " Aku menepuk punggung tangannya

Gia nampak kaget "ohh ehh sudah selesai, ayok deh hihihi" Katanya sambil terkekeh sendiri.

"Ngelamun jorok yah? " Kataku sambil berdiri bersiap untuk kembali kekantor

Gia makin terkekeh mendengar pertanyaanku "hahahaha bukan!!" Jawabnya ditengah tertawanya yang renyah sambil mengikuti langkahku yang cepat.

Hari ini pun berlalu seperti biasa.

Semenjak aku tinggal sendiri aku menjadi waspada. Termasuk sore hari ini, aku memutuskan untuk masuk ke Restauran Pak Sugi lewat pintu belakang melalui jalur pantai. Aku harus memutar sekitar beberapa ratus meter, untuk menghindari staff hotel yang mungkin saja tidak sengaja melihatku. Aku tidak mau ada gosip yang aneh tentangku yang bisa membahayakan kenyamananku saat ini.

Terlihat Gia yang tadi keluar dari kantor bersama Riri, saat ini seorang diri sedang menuju central parkir dengan langkah cepat. Tangannya mengeluarkan kunci mobil mewah berlambang lingkaran dengan sayap di kanan kiri dari dalam tasnya. Setelah dirasa aman dan tak satupun ada yang melihatnya dia tampak masuk kedalam mobil dengan cepat.

Dengan kaca mobil yang gelap tentu saja tak seorang pun tahu siapa yang mengendarai mobil tersebut. Mobil keluar dari tempat parkir dan melesat menjauh dari kawasan itu.

Episodes
1 Noda Lipstik
2 Bertemu dengan pak manager
3 Pekerjaan tambahan
4 Mimpi yang mengganggu
5 Gia
6 Pencak Silat
7 Salmon Steak
8 Kemarahan pak Brata
9 Hadi
10 Hari yang sibuk
11 Sakit kepala
12 Makan Siang
13 Benjol
14 Menyelamatkan Gia
15 Kompres dingin
16 Identitas Riri
17 Hukuman
18 Panggilan dari Restauran
19 Seperti mimpi
20 Berakhir sudah
21 Kucing lucu
22 Bubur Ayam
23 Saya tunggu di rumah
24 Penculikan
25 Serbu!
26 Menjijikkan
27 Laki-laki yang tepat
28 Menjaga Jarak
29 Rencana Riri
30 Resign
31 Acara resmi
32 Nenek Keriput
33 Kejutan
34 Menagih janji
35 Asisten
36 Tidur nyenyak
37 Kopi
38 Hari pertama
39 Mabuk
40 Riri yang telaten
41 Kejar
42 Kejar 2
43 Mulai terbuka
44 Mengamuk
45 Boneka beruang
46 Boneka beruang 2
47 Bertemu Silvi
48 Di jemput teman
49 Spaghetti
50 Pengakuan
51 Bank X
52 Kaya
53 Rio
54 Nasi Goreng , Kopi
55 Kopi pahit
56 Es krim vanilla
57 Cerita Damar
58 Milikku
59 Kiriman Foto
60 so in love
61 lebih berwarna
62 Cemburu
63 Cemburu 2
64 Erika
65 Meluapkan amarah
66 Lebam
67 bandel
68 Bahasa formal
69 Sambal terasi
70 Rumah Gia
71 Gorim
72 Hubungan Istimewa
73 Menggelora
74 Kekasih ideal
75 Pindah Rumah
76 laki-laki normal
77 pengalaman baru
78 Bayaran
79 Bu Alina
80 satu kebetulan lagi
81 Terharu
82 Silvi datang lagi
83 Rindu
84 Undangan
85 Gaun pilihan
86 Gugup
87 Sabotase
88 Mencurigakan
89 Kamar 201
90 Amarah Sugi
91 Keputusan Sulit
92 I'm dead
93 Posesif
94 Taruhan
95 Ngambek
96 makin mirip
97 Perusahaan Ayah
98 bertemu pak Brata
99 Rapat
100 Kebakaran Jenggot
101 Cacingan
102 Persiapan Perayaan
103 Resmi dibuka
104 Makan malam berkesan
105 Akhir yang baik
106 mulai panas
107 Jejak merah
108 Arisan
109 Restu
110 aku rindu, Sam
111 Mita
112 Pembalasan
113 Malam yang hampir sempurna
114 Berita mengejutkan
115 Frustasi
116 Erik
117 Samsak
118 Press conference
119 Laki-laki aneh
120 sisa makan siangku
121 Sugi dan Mita
122 Iba dan tak peduli
123 Dion dan Kopinya
124 Ms. X
125 Lewat belakang
126 Sensasi luar biasa
127 otot kering
128 kambing congek
129 Cerita Dion
130 cokelat dan wangi parfum
131 koleksi menarik
132 Alien
133 Celah
134 Warung makan
135 ikatan yang lebih kuat
136 Priboemi
137 Sial
138 Panik
139 Pencarian
140 Bayangan samar
141 Khawatir
142 Damar tiba
143 Penjara
144 kondisi baik
145 Keluarga
146 Pulang kerumah
147 Pemilik baru
148 Much more...
149 Mulai sibuk
150 Semua berjalan lancar
151 Rencana di mulai
152 Sop Buntut
153 Penumbra
154 Fansclub
155 Bathtub
156 Nasi bungkus
157 Meeting pertama
158 Saling membantu
159 Keributan
160 Minta Ampun
161 Arisan
162 Membeli properti
163 Masukan
164 Mereka bertemu
165 Renovasi villa
166 Undangan Ulang Tahun
167 Inspeksi
168 video call
169 Jemputan
170 Rindu
171 Kelelahan
172 Kejadian pertama
173 Acara Utama
174 Orang gila
175 Pemilik Penumbra
176 Interaksi yang serasi
177 Kecupan di tangan
178 Kesempatan
179 Singa jantan kelaparan
180 Persiapan
181 Menuju Penumbra
182 Hari H
183 Bookingan
184 Foto bersama
185 Muncul di publik
186 Damar pulang
187 Ketahuan
188 Perdebatan aneh
189 Salah sangka
190 Akrab
191 Hubungan terbuka
192 Pemeriksaan Hotel
193 Jemputan
194 Perasaan Gelisah
195 Tertangkap
196 Tegang
197 Terlambat
198 Jebakan
199 Pencarian
200 Enak
201 Mengulur waktu
202 Riri yang Nakal
203 Kabur
204 maaf
205 Serangan
206 Rumah Sakit
207 Jijik
208 Berjalan Lancar
209 Gangguan di hari pertama
210 Indahnya Jatuh Cinta
211 Wangi parfum
212 Gagal
213 Tidak Rela
214 Tandatangan
215 mengobrol
216 Hampir kena hajar
217 Laki-laki berkemeja flanel
218 laki-laki berkemeja flanel 2
219 Rasa itu kembali
220 Muse
221 Belum menyerah
222 Ambisi pak Brata
223 Pemilik baru
224 Merasa aman
225 Intim
226 Tumbang
227 Rencana Sugi
228 Kejutan manis
229 kejutan manis 2
230 Kehamilan tak terduga
Episodes

Updated 230 Episodes

1
Noda Lipstik
2
Bertemu dengan pak manager
3
Pekerjaan tambahan
4
Mimpi yang mengganggu
5
Gia
6
Pencak Silat
7
Salmon Steak
8
Kemarahan pak Brata
9
Hadi
10
Hari yang sibuk
11
Sakit kepala
12
Makan Siang
13
Benjol
14
Menyelamatkan Gia
15
Kompres dingin
16
Identitas Riri
17
Hukuman
18
Panggilan dari Restauran
19
Seperti mimpi
20
Berakhir sudah
21
Kucing lucu
22
Bubur Ayam
23
Saya tunggu di rumah
24
Penculikan
25
Serbu!
26
Menjijikkan
27
Laki-laki yang tepat
28
Menjaga Jarak
29
Rencana Riri
30
Resign
31
Acara resmi
32
Nenek Keriput
33
Kejutan
34
Menagih janji
35
Asisten
36
Tidur nyenyak
37
Kopi
38
Hari pertama
39
Mabuk
40
Riri yang telaten
41
Kejar
42
Kejar 2
43
Mulai terbuka
44
Mengamuk
45
Boneka beruang
46
Boneka beruang 2
47
Bertemu Silvi
48
Di jemput teman
49
Spaghetti
50
Pengakuan
51
Bank X
52
Kaya
53
Rio
54
Nasi Goreng , Kopi
55
Kopi pahit
56
Es krim vanilla
57
Cerita Damar
58
Milikku
59
Kiriman Foto
60
so in love
61
lebih berwarna
62
Cemburu
63
Cemburu 2
64
Erika
65
Meluapkan amarah
66
Lebam
67
bandel
68
Bahasa formal
69
Sambal terasi
70
Rumah Gia
71
Gorim
72
Hubungan Istimewa
73
Menggelora
74
Kekasih ideal
75
Pindah Rumah
76
laki-laki normal
77
pengalaman baru
78
Bayaran
79
Bu Alina
80
satu kebetulan lagi
81
Terharu
82
Silvi datang lagi
83
Rindu
84
Undangan
85
Gaun pilihan
86
Gugup
87
Sabotase
88
Mencurigakan
89
Kamar 201
90
Amarah Sugi
91
Keputusan Sulit
92
I'm dead
93
Posesif
94
Taruhan
95
Ngambek
96
makin mirip
97
Perusahaan Ayah
98
bertemu pak Brata
99
Rapat
100
Kebakaran Jenggot
101
Cacingan
102
Persiapan Perayaan
103
Resmi dibuka
104
Makan malam berkesan
105
Akhir yang baik
106
mulai panas
107
Jejak merah
108
Arisan
109
Restu
110
aku rindu, Sam
111
Mita
112
Pembalasan
113
Malam yang hampir sempurna
114
Berita mengejutkan
115
Frustasi
116
Erik
117
Samsak
118
Press conference
119
Laki-laki aneh
120
sisa makan siangku
121
Sugi dan Mita
122
Iba dan tak peduli
123
Dion dan Kopinya
124
Ms. X
125
Lewat belakang
126
Sensasi luar biasa
127
otot kering
128
kambing congek
129
Cerita Dion
130
cokelat dan wangi parfum
131
koleksi menarik
132
Alien
133
Celah
134
Warung makan
135
ikatan yang lebih kuat
136
Priboemi
137
Sial
138
Panik
139
Pencarian
140
Bayangan samar
141
Khawatir
142
Damar tiba
143
Penjara
144
kondisi baik
145
Keluarga
146
Pulang kerumah
147
Pemilik baru
148
Much more...
149
Mulai sibuk
150
Semua berjalan lancar
151
Rencana di mulai
152
Sop Buntut
153
Penumbra
154
Fansclub
155
Bathtub
156
Nasi bungkus
157
Meeting pertama
158
Saling membantu
159
Keributan
160
Minta Ampun
161
Arisan
162
Membeli properti
163
Masukan
164
Mereka bertemu
165
Renovasi villa
166
Undangan Ulang Tahun
167
Inspeksi
168
video call
169
Jemputan
170
Rindu
171
Kelelahan
172
Kejadian pertama
173
Acara Utama
174
Orang gila
175
Pemilik Penumbra
176
Interaksi yang serasi
177
Kecupan di tangan
178
Kesempatan
179
Singa jantan kelaparan
180
Persiapan
181
Menuju Penumbra
182
Hari H
183
Bookingan
184
Foto bersama
185
Muncul di publik
186
Damar pulang
187
Ketahuan
188
Perdebatan aneh
189
Salah sangka
190
Akrab
191
Hubungan terbuka
192
Pemeriksaan Hotel
193
Jemputan
194
Perasaan Gelisah
195
Tertangkap
196
Tegang
197
Terlambat
198
Jebakan
199
Pencarian
200
Enak
201
Mengulur waktu
202
Riri yang Nakal
203
Kabur
204
maaf
205
Serangan
206
Rumah Sakit
207
Jijik
208
Berjalan Lancar
209
Gangguan di hari pertama
210
Indahnya Jatuh Cinta
211
Wangi parfum
212
Gagal
213
Tidak Rela
214
Tandatangan
215
mengobrol
216
Hampir kena hajar
217
Laki-laki berkemeja flanel
218
laki-laki berkemeja flanel 2
219
Rasa itu kembali
220
Muse
221
Belum menyerah
222
Ambisi pak Brata
223
Pemilik baru
224
Merasa aman
225
Intim
226
Tumbang
227
Rencana Sugi
228
Kejutan manis
229
kejutan manis 2
230
Kehamilan tak terduga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!