Cinta Untuk Mentari
Ponselku berbunyi, aku melihat nama Gia dengan foto sok imut nya muncul di layar ponselku. Belum sempat aku mengatakan sesuatu, suara Gia yang serak terdengar mengomel diujung sana
"Hei bu Riri, ini sudah jam berapa? Bentar lagi meeting kita mulai. Pasti deh kebiasaan lamamu kambuh lagi, ke..si..a..ngan!!"
Aku mendengus kesal mendengar omelannya "Enak aja, Aku lagi di bengkel yak, ban motorku gembos, nunggu lama banget nih. Tadi aku juga sudah bilang sama Pak Daniel, aku bakalan datang telat" Sahutku gelisah.
Aku memanggil Gia dengan sebutan Yayak, kami sangat akrab dikantor tempatku bekerja. Kami sama-sama di bagian sales salah satu hotel ternama di daerah Selatan bernama Hotel Z.
"Ya udah, bilangin tukang bengkelnya cepetan gih!" Suara Gia terdengar mendesak.
"Udah, tapi emang antriannya gila banget ini. Rame yak" Ucapku sambil melengos
"Ck! Ya sudah ri sabar aja, aku meeting dulu yah" Kata Gia lalu menutup teleponnya.
Ketika motorku selesai dikerjakan aku terburu-buru membayarnya dan langsung mengebut menuju kantor.
Sekitar 20 menit kemudian aku sampai di tempat parkir dengan selamat. Usai memarkir kendaraan ku di central parkir dengan terburu-buru aku berlari menuju hotel tempatku bekerja. Jarak dari central parkir ke hotel Z lumayan jauh sekitar 300 meter.
Sesuai dengan himbauan dari pemerintah daerah, semua karyawan dari tempat usaha yang berada di jalur jalan utama ini harus memarkirkan kendaraannya di central parkir. Aku berharap tidak ketinggalan topik penting meeting sales marketing hari ini. Seingatku salah satunya akan membahas perubahan media yang akan digunakan untuk promosi hotel.
Sebenarnya pak Toni bagian HRD sempat memintaku untuk menjadi Public Relation hotel ini, karena menurut beliau selama bekerja disini aku sangat kompeten dibidang ini. Ditambah lagi sudah lama hotel Z tidak memiliki PR officer yang handal. Tapi aku menolaknya. Aku sampaikan beberapa alasan yang cukup masuk akal didengar olehnya. Seperti misalnya aku yang cepat sekali nervous tatkala berbicara dengan orang baru. Tentu saja itu semua hanya karanganku saja, aku hanya tidak mau terlalu sering bertemu orang baru dan terlihat dimuka umum.
Akhirnya beliau memutuskan aku tetap di bagian sales admin dan mendapat pekerjaan tambahan seperti public relations pada umumnya. Tentu saja tidak termasuk menghadiri undangan-undangan event dan sejenisnya. Atasanku pak Daniel juga tidak masalah dengan tambahan tugasku, beliau hanya meminta bagian HRD memperhatikan hak gajiku ditambah juga sesuai pekerjaan. Sungguh beruntung atasanku begitu peduli padaku.
Karena pikiranku di penuhi dengan urusan pekerjaan, dalam perjalananku yang terburu-buru secara tidak sengaja aku menabrak seseorang dengan cukup keras. Tas jinjing yang berisi beberapa media cetak yang memuat iklan hotel Z selama enam bulan ini lepas dari tanganku dan jatuh terbanting. Demikian juga aku, setelah menabrak dada laki-laki yang keras berorot ini aku merasa terpental dan langsung jatuh terduduk.
"Maaf pak" Kataku cepat ketika telah sadar dari rasa kagetku. mataku tertuju pada orang yang baru saja aku tabrak.
Aku melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi dan tegap berdiri dihadapanku. Bisa dibilang badannya setegap peserta kontes binaraga. Aku yakin perutnya berbentuk roti sobek, dan lengannya sekeras beton. Auranya sungguh mengintimidasi, terasa dingin mencekam. Aku tiba-tiba saja bergidik. Wajah laki-laki didepanku terlihat tanpa ekspresi.
"Anda tidak apa-apa?" Tanyanya dengan nada datar dan suara yang terdengar berat.
"Tidak apa-apa pak" Sahutku yakin, ketika akan berdiri aku baru sadar posisi aku terjatuh ini terlihat sangat memalukan. Aku terduduk dengan posisi mengangkang, dengan kedua tangan bertumpu pada tanah disamping tubuhku. Rok selutut dengan bahan lemas yang aku kenakan nampak berada jauh diatas pahaku. Yang tentu saja memperlihatkan pakaian dalamku dengan sempurna. Mataku melotot melihat pemandangan kacau ini.
Aku menutup mulutku dengan satu tangan.
"ah! sial!! aku lupa menggunakan maskerku, untung saja topi model bucket ini masih ingat aku gunakan tadi setelah memarkirkan sepeda motorku" Aku membathin sendiri
Tangan laki-laki itu kemudian terjulur memberikan pertolongan untukku berdiri. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain. Aku yakin dia tidak enak melihat posisi jatuh ku yang memalukan ini. Dengan bergegas aku mengambil tangannya dan berdiri.
"Terimakasih pak" Ujarku sambil merapikan pakaianku kembali.
"Kamu bekerja dimana?" Tanyanya lagi masih dengan wajah dingin.
"Hotel Z pak, saya terburu-buru ada meeting yang harus saya kejar. Jadi kurang berhati-hati pak. Maaf sekali lagi" Aku menjawab dengan cepat. Dengan wajah kaget mataku tiba-tiba saja melihat noda lipstik merah menyala berbentuk bibir di kemeja putih pada bagian dada laki-laki itu.
"Staff kok datangnya siang sekali? " Katanya lagi, matanya melihat jam di tangan kanannya. "Pertanyaan yang seperti ini biasanya hanya ditanyakan oleh atasan pada bawahan, nah ini dia siapa bertanya begitu?!" Aku menggerutu dalam hati.
Dengan terpaksa aku menjawab juga pertanyaannya itu. "Tadi ada situasi yang memaksa saya harus datang siang pak" Kataku sambil memasang tali masker ditelingaku.
Aku memperhatikan sekilas kemeja putih yang laki-laki ini kenakan. Sepertinya bukan kemeja murahan. Kainnya terlihat halus, potongannya pas di badan dan sangat enak dipandang mata.
"Astaga kemejanya pasti mahal, kalau aku harus menggantinya, matilah aku. Aku harus pergi sebelum dia sadar kemejanya bernoda lipstikku" Aku bergumam dalam hati.
"Kalau begitu saya harus segera ke kantor pak" Ujarku singkat sambil tersenyum kecut, tiba-tiba teringat meeting yang mungkin saja masih berlangsung saat ini.
"Silahkan" Katanya dengan wajah yang tetap dingin.
Aku bergegas berlalu dari hadapan laki-laki itu dan berharap tidak bertemu kembali.
Begitu sampai dikantor, meetingnya ternyata masih berlangsung. Setelah meletakkan tasku diatas meja kerja, langsung saja aku masuk kedalam ruangan meeting untuk bergabung.
Sementara itu Sugi yang baru saja ditabrak oleh Riri terlihat sedang berjalan santai ke Restaurannya "Eat and Love" tepat di seberang hotel Z.
Restaurant ini merupakan lini bisnis Wijaya Group yang menaungi beberapa Hotel , Villa, Spa, dan Restauran yang ada di kawasan ini. Wijaya Group sendiri didirikan oleh mendiang Bapak Wijaya, Kakek dari Sugi.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di luar negeri, Sugi diberikan kepercayaan pertamanya untuk menjalankan Restaurant ini, setelah sebelumnya gagal berkembang ditangan pamannya selama 5 tahun.
Sugi merombak habis-habisan Restaurant tersebut, dimulai dari Nama, konsep, menu sampai aturan manajemen dan karyawannya. Dimata bawahannya, Sugi merupakan sosok yang tegas, berwibawa, bijaksana dan dingin. Dia selalu menjaga jarak dengan semua bawahannya termasuk dengan asistennya Pak Doni. Pak Doni sendiri adalah satu dari sekian orang kepercayaan ayah Sugi yaitu Bapak Suta Wijaya. Beliau sudah bekerja bersama Bapak Suta kurang lebih 10 tahun.
Dibawah kepemimpinan Sugi, dalam kurun waktu 6 bulan Restaurant ini mulai mendapat respon positif. Bahkan media nasional dan Internasional satu persatu mulai memasukkan Restauran ini dalam list must-eat-restaurant dan Restauran terbaik untuk kawasan ini.
Sugi masuk melalui pintu belakang, sehingga tak satupun staff kitchen mengetahui kedatangannya hari ini. Ia lalu masuk kedalam ruangannya yang nampak selalu rapi dan ringkas. Hari ini ia ingin melihat secara langsung persiapan harian bawahannya di dapur. Beberapa kali sebulan, Ia memang selalu datang pagi-pagi tanpa jadwal untuk melihat persiapan tersebut. Persiapan di kitchen selalu dimulai sekitar pukul 07.00 pagi karena Restaurant buka untuk makan siang dan malam.
Sugi seperti biasa memulai harinya di kantor dengan membaca email dan beberapa review yang masuk minggu ini tentang restaurannya di internet. Apabila ada ulasan yang kurang baik, selain menjawab langsung ulasan tersebut, ia juga akan membahasnya di meeting internal hari ini.
Sekitar 10 menit kemudian, pintu diketuk "tok...tok... tok!"
"masuk!" Kata Sugi menoleh kearah pintu kantornya.
Pak Doni terlihat muncul dari balik pintu, dia juga datang pagi ini atas perintah Sugi untuk membahas beberapa hal.
"Selamat pagi Pak" Salam Pak Doni sembari meletakkan laporan penjualan yang ia siapkan semalam diatas meja Sugi.
Laporan memang sudah ia kirimkan melalui email semalam, kemungkinan belum sempat dibaca oleh Pak Sugi, mengingat banyak sekali email yang masuk di akun beliau setiap hari. Lagipula yang ia cetak ini akan menjadi file yang akan disimpannya setelah dibaca. Karena itu ia selalu mencetak laporan itu keesokan harinya.
"Selamat pagi pak Doni" Jawab Sugi sambil mengambil laporan yang diserahkan padanya.
"General cleaning bisa kita lakukan Senin depan, saya lihat hari Senin penjualan kita selalu dibawah hari-hari lain" Sugi berkata lagi, matanya sibuk melihat deretan angka pada kertas yang ia pegang.
"Baik Pak saya mengerti" Sahut pak Doni singkat. Matanya lalu tertuju pada kemeja yang di kenakan Sugi. Dia tentu saja kaget melihat noda lipstik yang sangat jelas berwarna merah merona di bagian dada Sugi.
"Hmm Pak, maaf adaaa noda lipstik di dada bapak" Suara Pak Doni terdengar ragu
Sugi menoleh kearah Pak Doni dengan wajah bingung kemudian kearah dadanya sendiri. Keningnya berkerut, ia terlihat kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Santai Dyah
Hai thor aku mampir smngt up ya
2022-11-28
1