Pagi ini Riri bangun lebih pagi, ia memang berniat datang ke kantor lebih awal. Setelah mandi ia mengoleskan salep dan membebad sela-sela jari beserta telapak tangan kanannya dengan perban elastis. Lalu berangkat ke kantor dengan menggunakan jasa ojek pangkalan yang letaknya tidak jauh dari sini.
Sampai si kantor Riri menjawab beberapa email yang masuk, beberapa saat kemudian pak Daniel tiba dikantor.
"Selamat pagi Riri" Sapanya dengan suara khasnya yang serak
"Selamat pagi pak Daniel" Jawabku
"Loh yang lain kemana?" Mata pak Daniel melihat sekeliling
" Bu Selvi sama David sedang ada breakfast meeting pak, sedangkan Gia hari ini ijin sedang sakit"
"Oh iya, kok saya lupa. Padahal saya sudah terima emailnya hehehe" Pak Daniel tertawa kecil
Aku hanya ikut tersenyum, tapi tawa pak Daniel sepertinya terhenti ketika ia memperhatikan tanganku yang terbebad perban.
"Itu kenapa?" Jari telunjuknya, menunjuk ke arah tangan kananku.
"Biasa pak, superhero. Harus siap membela kebenaran dan keadilan hehehe" Aku tertawa kecil
"Duh ada-ada aja sih Ri, pasti kurang hati-hati" Nada suara pak Daniel terdengar khawatir dengan gayanya yang kenes menuju ruangannya.
Aku hanya bisa tersenyum mendengar celotehan kecilnya seperti biasa.
Saat berniat melanjutkan pekerjaanku, tiba-tiba saja terdengar langkah kaki khas kaki Suci mendekat kearahku "Tak! Tok! Tak! Tok!... "
"HEH, KAMPUNGAN!!! Aku sudah laporkan perbuatanmu waktu itu pada pak Hartono. Tunggu aja hukumanmu!!!" Teriak Suci padaku, wajahnya penuh amarah.
Aku menoleh kearah Suci, mataku tentu saja langsung mengarah pada dahinya yang benjol. Bengkak di dahinya itu masih terlihat biru dengan ukuran sebesar kira-kira setengah telor bebek. Wajahnya jadi sangat aneh , hampir saja aku menyemburkan tawaku kearahnya. Aku menutup mulutku dengan cepat "phttt" Untung saja aku masih bisa menahan tawaku. Aku bersyukur hari ini Gia tidak ada di kantor "kalau Gia ngantor, aku yakin dia tidak akan bisa menahan tawanya yang menggelegar itu"
Aku menarik nafasku perlahan untuk menenangkan diri. "Kenapa jadi saya yang salah bu? Kan Ibu Suci jatuh sendiri" Kataku kemudian
"Enak aja!!! Ini SEMUA GARA-GARA KAMU!!! " Suci berteriak di depanku. Semua orang di kantor memperhatikan kami. Beberapa terlihat menutup mulutnya menahan tawa sambil mengalihkan pandangan ke tempat lain karena melihat wajah Suci.
"Ada apa ini ribut-ribut" Suara pak Daniel terdengar dari belakangku "Astaga Bu Suci kenapa dahinya bengkak begitu?!" Wajah Pak Daniel menegang, matanya melotot melihat wajah Suci
"Staf bapak mencelakai saya, gara-gara dia saya jadi begini huhuhuhuhu" Suci menangis tersedu-sedu sambil memegangi kepalanya.
"Eh apa benar itu Riri" Tanya pak Daniel padaku
"Bukan saya pak, bu Suci jatuh sendiri. Dahinya terantuk pilar di Restauran Eat and Love" Jawabku santai
"Bohong kamu huhuhu, kalau kamu nggak makan disana, saya pasti baik-baik saja huhuhu. Lihat saja tangannya di perban, pasti keseleo abis dorong saya huhuhuhu!!! Pokoknya kamu harus bertanggung jawab. Saya tidak mau tahu huhuhu!!!" Tangisan Suci semakin kencang sambil berlari keruangan pak Hartono.
"Riri, ikut saya sebentar" Kata pak Daniel sambil berjalan mendahuluiku, aku mengekor di belakangnya sampai kami masuk ke ruangannya.
"Kamu beneran nggak mukul dia?" Bisik pak Daniel padaku
"Bapak lihat saja benjolnya disebelah mana. Kalau diatas begitu saya cara mukulnya gimana? Lagipula badan saya juga nggak setinggi itu sampai bisa jitak kepala dia phtt" Jawabku sambil menahan tawa.
Pak Daniel meletakkan jari telunjuk didepan bibirnya, mengisyaratkan agar aku tidak tertawa "kejadian sebenarnya bagaimana?" Lanjutnya lagi
Aku pun menceritakan kejadian yang menimpa Suci di Restauran itu.
Pak Daniel ikut menahan tawanya mendengar ceritaku "Oh gitu, tapi Riri!! Dia itu kesayangan si Bos. Bagaimana ini??? Kamu bisa kena EsPe, paling nggak skorsing, gajimu bisa dipotong!" Bisiknya gemas sambil berteriak tertahan.
Aku mengangkat bahuku "saya nggak salah, dia aja yang ceroboh"
"Saya tahu, terus tanganmu kenapa begini?!"
"Saya mukul laki-laki jahat pak, bantu teman"
"Ck!" Pak Daniel hanya sanggup menggeleng
"Pak Daniel tenang saja, saya nggak masalah kalau seandainya saya kena hukuman gara-gara ini"
"Tapi kan kasihan kamu Ri, terus kerjaan kamu siapa yang handle?"
"Bu Suci phhtt" Kataku sambil menahan tawaku lagi
Pak Daniel juga menahan tawanya lalu memijit dahinya "Dohh!! Baru aja balik adaaaa aja masalah"
Telepon dalam ruangan pak Daniel berdering
"Selamat pagi dengan Daniel, oh baik pak. Saya mengerti. Baik" Pak Daniel melihat kearahku dengan wajah jengkel
"Si Hartono nyuruh kita ke ruangannya sekarang" Pak Daniel melangkah dengan cepat . Aku mengikutinya dengan perasaan was-was. Saat keluar menuju ruangan pak Hartono, beberapa orang staf mengacungkan dua jempolnya padaku sambil tersenyum lebar. Bu Rita bagian akunting mendekat padaku lalu berbisik sambil lalu "semangat ya Riri, tadi itu hiburan banget" Aku hanya bisa tersenyum padanya.
Kami telah memasuki ruangan pak Hartono, aku melihat Suci sedang menangis di sofa, ada pak Toni sedang duduk menghadap pak Hartono.
"Selamat pagi pak Hartono, pak Toni" Pak Daniel menyapa pak Hartono dan pak Toni
"Silahkan duduk" kata pak Hartono, wajahnya sedang menahan amarah.
Aku dan pak Daniel mengikuti perintahnya.
"Bu Riri silahkan anda keluar dari ruangan saya, saya malas melihat anda hari ini" Kata Pak Hartono menatapku tajam
"Baik pak" Kataku sambil melirik kearah pak Daniel yang mengerjapkan matanya kearahku, seperti mengatakan "ikuti saja maunya"
Aku berjalan keluar dari ruangan pak Hartono dengan cepat.
Beberapa orang staf memandangku dengan wajah penuh tanyaa. Aku kembali ke mejaku dengan perasaan gelisah. "Kalau sampai potong gaji, cicilanku gimana? Bayar kostan?? Ck!! Aku resign aja kali yah?! Tapi nyari kerja kan susah" Banyak hal berkecamuk dalam pikiranku.
Sekitar setengah jam pak Daniel kembali dengan wajah kesal.
"Riri ke ruangan saya" Katanya sambil melangkah
Aku duduk dengan gelisah di hadapan pak Daniel. "Ternyata benar seperti kata saya tadi, kamu mendapat EsPe. Bulan ini dan bulan depan kamu hanya dapat seperempat gajimu. Karena harus membayar biaya perawatan setan betina itu. Kamu di skorsing selama dua minggu, setelah dua bulan dipotong gaji selanjutnya tidak mendapat uang service selama enam bulan"
Darahku seketika mendidih mendengar berita dari pak Daniel "Saya tidak salah pak, apa perlu saya minta rekaman CCTVnya ke Restauran Eat and Love!!?"
"Saya percaya, pak Toni pun percaya sama kamu. Apapun bukti yang ada akan percuma. Hartono pasti akan membela wanita gila itu" Ujar pak Daniel kecewa.
"Tahu gini saya sekalian saja tadi tidak masuk kantor pak"
"Sabar yah Ri, nanti kalau keadaan membaik saya bicarakan lagi sama Hartono biar dikurangi hukumannya"
"Tidak usah pak, terimakasih" Aku menghela napasku.
Wajah pak Daniel tiba -tiba panik "Ehh jangan resign yah, saya nyari staf seperti kamu ini susah banget Ri, please. Saya bantu deh beberapa ratus ribu gitu tiap bulan, kasihan kamu"
Aku menggeleng karena moodku menjadi rusak seketika. "Saya kembali ke meja saya ya pak, kerjaan saya banyak"
Pak Daniel hanya mengangguk melihatku pergi keluar dari ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments