Virnie dan rombongan sampai di Korea, mereka langsung menuju hotel, dokter Iwan pun mendapatkan kamar bersebelahan dengan Virnie.
dokter Iwan tau benar kenapa Virnie yang pernah melakukan kesalahan bisa ikut ke tempat ini untuk belajar.
tapi dia tak berhak memberitahu toh suaminya juga merahasiakan semua ini dari istrinya itu.
dokter Iwan ingin menikmati malam itu di Gangnam, dia mengetuk kamar Virnie.
"Virnie.. kamu ingin jalan-jalan tidak?" tanya pria itu.
"boleh juga tuh, tunggu sebentar aku ambil jaket dulu," jawab Virnie yang membuka kamarnya.
setelah siap keduanya langsung menuju ke tempat penjual cemilan di daerah Gangnam itu.
mereka benar-benar menikmati acara jalan-jalan mereka, pasalnya yang lain memilih tidur.
sedang dokter Bram tak bisa mengikuti mereka berangkat ke Korea karena pria itu terhalang Visa.
setelah puas jalan-jalan dan foto-foto, mereka memutuskan untuk kembali karena malam nanti mereka harus mulai mengikuti seminar dan pelatihan.
Virnie benar-benar memperhatikan setiap ajaran dari dokter yang mengisi seminar terlebih mereka semua sudah profesional.
bahkan dia tak melewatkan momen sekecil apapun, dia bahkan bertemu dengan beberapa dokter hebat dari berbagai negara.
"kamu lelah?" tanya dokter Iwan yang memberikan kopi pada istri temannya itu.
"terima kasih, ya sedikit tapi ini sangat menyenangkan, ini adalah impian ku, dan seandainya Tian disini pasti sangat senang, terlebih dia sangat ingin pergi ke negara ini," jawab virnie.
"kalau begitu ajak jalan-jalan toh setiap tahun kita punya cuti, kamu bisa mengambilnya jadi satu," jawab Iwan.
"ya usul mu bebar, tapi suamiku dia sangat tak romantis," kata Virnie sedih.
"kamu yakin, padahal dia rela melakukan apa pun demi kalian, kenapa kamu bilang begitu?" tanya dokter Iwan.
"mau romantis gimana, orang kaku dingin dan penyendiri begitu, kadang aku heran kenapa kalian bisa berteman dekat dengannya, dan lagi dia sangat menjunjung tinggi pernikahan kami," kata Virnie nampak sedih.
"itu memang benar, kamu tau jika suamimu tak pernah menyentuh wanita lain selama kami pernah minum di luar, meski si kampret Benny sering menyodorkan puluhan wanita cantik padanya," kata Iwan.
"benarkah, tapi dia begitu dingin dan kadang seperti orang lemah di depan ku," lirih Virnie.
"itu karena kamu melakukannya setiap hari, Jimmy memiliki mood yang mudah drop, terutama saat kamu menghina dirinya, terlebih jika kamu melakukan kesalahan, kamu tau Jimmy itu pendendam jadi jangan pernah ceroboh," kata Iwan.
Virnie pun diam, ternyata dia benar-benar sudah merusak hubungannya dengan Jimmy. bahkan dia yang merusak suaminya.
keduanya pun pergi meninggalkan taman itu dan memutuskan beristirahat.
sedang di rumah, Jimmy sedang menikmati harinya, "tuan, ini di dapur," protes Vita.
tapi Jimmy benar-benar tak memperdulikan itu, dia pun melakukan apapun sesukanya dan dia tak mengira suasana seperti ini sangat menyenangkan.
"sekarang kamu milikku," bisiknya saat sudah puncak.
Vita pun merosot karena kakinya lemas, sedang Jimmy pun memeluknya.
siang itu mereka berdua pergi berbelanja, Vita mengenakan span pendek dan atasan tangtop yang di padukan dengan jaket Jeans.
begitupun dengan Jimmy yang terlihat begitu tampan dengan stelan yang mirip dengan Vita.
keduanya bahkan seperti pasangan pengantin baru, Jimmy tak melepaskan Vita sedikitpun.
setelah selesai belanja, ternyata Benny dan Ferdi mengundangnya untuk main ke bar.
"kamu mau ikut," tawar Jimmy.
"tentu boleh," jawab Virnie tersenyum.
mobil Jimmy pun menuju ke tempat itu, sesampainya di ruang VIP itu, ternyata sudah ada Fika dan Lia.
"Ais.. ternyata kalian hanya ingin mabuk dan main perempuan," kata Jimmy yang duduk merangkul Vita.
"kenapa, aku hanya ingin kenalan dengan wanita di samping mu, Fika temani Jimmy, dan kamu temani aku," kata Benny memanggil Vira dengan gerakan tangan.
"memang kamu siapa bisa menyuruhnya?" tanya Jimmy kesal.
"ayolah, dia hanya pembantu mu bukan, benarkan Ferdi?" tanya Benny.
"iya, saya memang pembantunya, memang kenapa, tuan membutuhkan pelayanan dari saya," tanya Vita yang melepaskan high heels yang dia kenakan.
"Vita tunggu," kata Jimmy menahannya.
Vita tersenyum memberikan isyarat, Fika yang melihat wanita itu pun takut.
"kau berani menyentuh pria itu, tangan mu patah," bisik Vita yang berpapasan dengan wanita itu.
Fika pun langsung mendekati Ferdi, sedang Vita duduk di depan meja Benny.
"baiklah kita lihat sekuat apa anda tuan, seharusnya tidak begitu kuat karena terlalu sering menggunakannya," kata Vita.
"kau menghinaku?" kata Benny tertantang, Vita hanya mengangkat bahunya.
saat pria itu ingin mendekatinya, Vita menahan dada pria itu dengan kakinya.
"tenang tuan, tetaplah duduk," kata Vita.
dia pun mulai melakukan tugasnya, Vita pun mulai berhitung dan akhirnya benar saja dalam hitungan Vita Benny pun kalah.
"maaf, saya tak tertarik dengan pria lemah," jawab Vita.
Jimmy terkejut, bahkan dia bisa membuat Benny yang terkenal sebagai penakluk wanita tak ada apa-apanya.
Ferdi pun makin penasaran, bahkan wanita itu bisa tau cara minum dengan anggun.
"sudahlah, pesta ini sudah tak sehat, jika kamu melakukan pesta seperti ini lagi, jangan mengundang diriku, karena kamu sudah melecehkan pelayan ku, padahal aku mengajaknya untuk bersenang-senang bukan seperti ini," kesal Jimmy.
"ayolah Jimmy kamu pelit sekali," kata Benny.
"cukup, ingat aku paling benci hal seperti ini," kata Jimmy marah.
Benny pun tau ini waktunya mundur, karena Jimmy yang marah akan sangat mengerikan.
akhirnya Jimmy menarik Vita pulang, pria itu nampak sangat marah.
pasalnya Benny sudah sangat keterlaluan, bahkan dia begitu terang-terangan.
"sudah tuan, itu hanya trik saja, tak perlu semarah ini," kata Vita membujuk pria itu.
Jimmy langsung menghentikan mobilnya di samping semak saat jalanan sepi.
"bagaimana aku tak cemburu, dia mengira kamu pelacur," marah Jimmy.
"tapi itu memang benar, aku pelacur mu bukan, ah bukannya, berarti selingkuhan mu ya," kata Vita tersenyum penuh bahagia.
Jimmy langsung memeluk wanita itu, Vita memukul punggung Jimmy, "terus apa... kamu tak menjawabnya tuan... aku apa bagimu," tangisnya.
hujan turun dengan deras, jalan itu memang jarang di lewati, apalagi ini sedang hujan deras.
"karena kamu adalah wanita yang aku cintai, maukah kamu bersamaku?" bisik Jimmy.
"aku selalu bersama mu," jawab Vita yang kemudia saling berciuman mesra.
akhirnya mobil pun bergoyang karena pergerakan pengemudi dan penumpangnya.
Virnie terus mengikuti seminar dengan serius dan akan berjanji segera memperbaiki hubungannya dengan jimmy.
terlebih bekas yang di tinggalkan oleh dokter Bram perlahan menghilang karena sudah lima hari yang terlewati dengan lancar.
sekarang mereka menuju ke bandara untuk pulang, karena tugas mereka sudah selesai dan harus mulai kembali ke rutinitas sehari-hari.
dia pun tak bisa menghubungi Jimmy, terlebih ini sudah jam sepuluh malam.
"apa dia tak Isa di hubungi?" tanya Iwan.
"iya, boleh mengantarkan aku, please..." mohon virnie.
"masuklah," jawab Iwan yang merasa kasihan.
dia pun mencoba menghubungi Jimmy lagi dan langsung di angkat, "sayang aku pulang, tunggu aku di rumah ya," kata Virnie dengan senang hati.
"iya," jawab Jimmy dingin dan langsung mematikan ponselnya.
Virnie pun tersenyum kearah Iwan, "mungkin dia lagi badmood, karena tak memiliki ide,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments