"Ini sebagai bentuk tanggung jawab kami kepada anak anda nyonya Insha....Khanza membutuhkan pengakuan untuk anak di dalam kandungannya...apa jadinya nanti kalau anak yang di kandungnya tak memiliki seorang ayah..."
jawab Maira dengan nada tegas, tak ingin keputusan dari keluarganya di bantah lagi.
"Bukankah kita juga seorang wanita..kita pasti bisa membayangkan bagaimana rasanya hamil tanpa adanya suami di samping kita...."
Kata Maira lagi sambil menatap Insha.
Merasa ada benarnya kata-kata Maira, Insha hanya terdiam di tempatnya. Hanafi pun berusaha mengelus-elus bahunya menenangkan Insha.
"Baiklah nyonya...kita akan menikahkan Khanza dan Zidan sesuai rencana awal...karna mereka memang harus segera di nikahkan...untuk Hafsah biar kami yang mengurusnya...dia pasti akan bisa mengerti nanti..."
kata Hanafi dengan pasrah tak dapat mengelak lagi.
Kini Insha hanya memandang Hanafi dengan tatapan kesalnya, karna lagi-lagi Hanafi tak menghiraukan keinginan Insha dan memutuskan sendiri keputusan untuk keluarganya.
Hari-hari pun berganti, kini di rumah Insha sedang sibuk mengurusi berbagai keperluan untuk menyambut kedatangan keluarga Abimana. Guna membahas tanggal pernikahan Khanza dan Zidan.
Telah banyak berbincang-bincang, akhirnya di tariklah sebuah keputusan bahkan mereka akan di nikahkan 3 minggu lagi. Waktu yang di nilai paling cepat dan tepat. Karna Mereka juga masih harus mengurusi berbagai kebutuhan pernikahan yang serba mendadak ini.
Pihak keluarga Hanafi sebenarnya menginginkan mereka mengadakan acara pernikahan dengan sederhana dan tertutup saja, cukup di hadiri oleh kedua pihak keluarga dan beberapa saudara dari Abimana.
Tapi keluarga Abimana menolak, mereka menginginkan keluarganya untuk menggelar resepsi pernikahan yang mewah untuk anaknya. Mereka bahkan bersedia untuk membayar desain baju pengantin yang akan bisa menyembunyikan kehamilan Khanza, jika memang di waktu yang sudah di tentukan Khanza sudah tidak dapat lagi menyembunyikan kehamilannya.
Keluarga Abimana yang akan mengurus semua rencana pernikahan meski hanya dengan waktu 3 minggu, itu semua dirasa cukup mereka akan membayar orang-orangnya untuk mengurusi berbagai keperluan pernikahan dengan cepat dan tentu dengan hasil yang sesuai keinginan.
Malam itu Hanafi menghampiri Khanza yang berada di kamarnya, Khanza yang terkaget karna kedatangan Hanafi, Dia terlihat tergesa menyembunyikan sesuatu di tangannya ke bawah bantalnya.
Khanza juga menghapus air mata yang terlihat tadi sempat mengalir deras dari matanya.
"Apa yang kau sembunyikan itu Khanza..."
kata Hanafi sambil berjalan ke arah Khanza, tentu saja Hanafi juga melihat Khanza dengan matanya yang sembab karna tangis yang baru saja dia hapus dari pipinya.
"Bukan apa-apa...kenapa ayah tiba-tiba masuk ke kamarku..."
Kata Khanza berusaha menyembunyikan kesedihannya.
"Bukankah ini yang memang sering aku lakukan...kenapa....apa sekarang kau tak menyukai hal itu...."
Khanza hanya terdiam enggan menjawab bahwa dia memang sekarang tidak menyukai berdekatan dengan Hanafi lagi, setelah dia mengetahui tentang masa lalu ibunya
"Keluarlah ayah aku ingin tidur...ini sudah larut..."
"Tunggu...jawab dulu pertanyaanku...baru setelahnya kau bisa tidur sesukamu..."
Kata Hanafi dengan tatapan seriusnya.
"Apa lagi ayah....sekeras apapun usaha ayah aku akan tetap melaksanakan pernikahan ini...apapun itu yang terjadi.."
Kata Khanza dengan angkuhnya.
Tak menghiraukan perkataan Khanza, Hanafi segera bertanya apa yang ingin dia tanyakan sedari tadi.
"Apa memang benar yang kau kandung adalah anak dari Zidan..."
kata Hanafi memandang penuh menyelidik pada Khanza.
Hanafi sempat meragukan penuturan Khanza bahwa yang di kandungnya adalah anak dari Zidan. Sebab dari penyelidikan yang telah Hanafi lakukan dia mengetahui bahwa malam itu bukan hanya Zidan pria yang mabuk di hotel tersebut.
Masih banyak lagi teman pria Khanza di malam itu, yang sama-sama meneguk alkohol untuk bersenang-senang. Itu menurut penuturan teman-teman Khanza yang di kenal dan ditemui Hanafi.
Hanafi berusaha mengungkap kebenaran di malam itu, dia tak ingin menikahkan Khanza dengan pria yang bukan ayah kandung dari bayi yang sedang di kandungnya.
Itu semua sempat terfikir oleh Hanafi karna latar belakang Khanza yang melakukan ini semua karna sebuah dendam karna kekesalannya mengetahui masa lalu Salma dan Hanafi.
Hanafi juga berfikir tidak mungkin secara kebetulan Khanza dan Zidan melakukan semua ini, hanya untuk memperlancar niatan Khanza dalam menghancurkan keluarganya.
Hanafi juga sudah mengecek seluruh rekaman cctv di hotel kala itu, tapi dia tak berhasil menemukan rekaman saat terjadinya mabuk-mabukan di malam itu. Dia hanya menemukan rekaman di awal akan berlangsungnya pesta Dan mencatat wajah-wajah siapa saja yang di kenalnya untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Hanafi terpaksa melakukan semua ini sendiri, hanya dengan beberapa orang suruhannya yang membantunya.
Insha tak lagi peduli dengan apa yang Hanafi lakukan, Insha sudah kesal dengan semua yang terjadi, terlepas dia juga mengetahui bahwa Khanza telah tahu kebenaran tentang masa lalunya.
Insha malah terkesan acuh terhadap semua, dan membiarkan semua mengalir begitu saja. Dia hanya berfikir bagaimana kehidupan Hafsah selanjutnya.
Insha beberapa hari ini malah sibuk menemani Hafsah di rumah sakit, yang sudah mulai menunjukkan perubahan yang baik. Dia juga sudah sadar dan dapat berbicara pada Insha, meski dengan tubuh yang masih lemas. Dan dia terus saja menangis jika ingat kembali dengan Zoya.
Kembali ke kamar Khanza, dia seperti enggan menjawab pertanyaan Hanafi, dia lebih memilih untuk merebahkan dirinya di ranjang dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Mencari posisi ternyaman untuk mulai tertidur dengan pulas.
"Jawab Khanza... apa yang kau kandung itu adalah benar anak dari Zidan....karna ayah meragukan semua perkataanmu itu...ayah tau bahwa malam itu bukan hanya Zidan yang meminum alkohol bersama mu...dan mabuk disana...."
"Terserah ayah ingin berbicara apa tentang bayi ini...tapi jelas dia adalah anak dari Zidan....aku sudah bilang...aku tak ingat apapun di malam itu...yang ku ingat hanya aku yang terbangun dengan Zidan di kamarnya...apa itu belum cukup bukti untuk ayah..."
"Aku akan tetap mencari kebenaran sebelum pernikahan ini benar-benar dilakukan..."
"Terserah... apapun yang akan ayah lakukan...aku tak peduli...dan aku akan tetap menikah dengan Zidan...ayah dari anakku..."
kata Khanza dengan nada yang mulai kesal dan mata yang sudah terpejam.
Melihat reaksi dari Khanza, Hanafi pun enggan bertanya lagi, karna dia melihat bagaimana pun Khanza tak akan dengan mudah menjawab yang sejujurnya. Dan Hanafi juga bingung karna berbagai bukti dari segala penyelidikannya mengarah pada Zidan yang memang berada di kamar yang sama malam itu dengan Khanza.
Hanafi mulai berjalan keluar dari kamar Khanza, sebelum keluar dia bergumam lirih yang masih dapat di dengar oleh Khanza.
"Sadarlah Khanza anakku...apa yang kau lakukan tidaklah benar...ayah bukan tempatmu balas dendam...karna ayah sangat menyayangimu..."
Hati Khanza pun sempat bergetar karna mendengar perkataan lirih Hanafi, tapi dia kembali acuh dan memilih untuk terlelap malam itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Endah Sri Rahayu
sekarang khanza mersa senang bisa balas dendam, dsaat hafsah udah bisa menata hati nanti Berbanding terbalik dgn khsnza, dsitulah penyesalan baru datang klau slama ini dia salah, dan parah lg kluarga abimana tahu bahwa yg d kandung bukan anak zidan, mungkin nanti khanza akan baru merasakan sakit hati yg d rasakn insha dl lebih dlm lagi, sebenarny dr dl itu hanafi nga tegas,, lembek....
2022-06-22
2
Nia Elva Melinda
seharusnya bapaknya nyeritain lagi ke khanza supaya ga berlarut² gini.. si khanza juga, dia hrus sadar bahwa kehadiranya dia itu di atas sakit hati dan hbngan dari orang lain. bisa dia sadar, masih untung insha mau nrima dia apa adanya sayang ke dia kya ank kndung. eh dia malah mau bls dendam, 🙈🙈
2022-06-22
2