Terulang

"Zidan benar....kita juga orangtua pa...aku juga tak bisa membayangkan berpisah dengan anak-anakku...meski masih seperti saat ini...masih berbentuk janin...dia juga cucu kita.."

kata Maira, menoleh pada Abimana sambil mengelus perut Khanza yang masih terisak.

Seketika Zidan menghampiri mamanya dan bersimpuh di depannya.

"Jadi mama merestui kami..."

kata Zidan sambil mendongak penuh harapan.

Tak menjawab Maira hanya mengangguk sambil menitikkan air mata. Zidan pun memeluk kaki Maira sambil berkata.

"Terimakasih ma...terimakasih.."

aku tak tau ucapan syukur atau kebencian yang harus aku ungkapkan ...satu anakku senang karna dia mendapat restuku...satu anakku lagi sebentar lagi harus bersedih karna tak bisa bersanding dengan orang yang di cintainya....Zoya maafkan mama...

batin Maira sambil menangis.

Sedangkan Abimana, dia menghempaskan tubuhnya di sofa begitu saja. Dia tak dapat berkata apa-apa, karna sang istri telah memutuskan untuk menikahkan Zidan dan Khanza yang telah memiliki calon cucu di dalam tubuh Khanza.

Abimana memegangi kepalanya yang terasa pening, memikirkan bagaimana dia bisa mengatakannya pada Zoya. Yang sudah menaruh kebahagiaan besar pada pernikahannya.

*

Hari pun telah berganti, kemarin setelah banyak percakapan yang telah terjadi antara Abimana dan Zidan . Hari ini Abimana memutuskan untuk datang langsung ke rumah Hanafi, untuk membahas tentang Zidan dan juga Khanza.

Abimana harus segera membahasnya antar keluarga, karna hal tersebut tak dapat di tunda lagi, apalagi perut Khanza yang semakin lama akan semakin membesar, tak akan bisa di tutup-tutupi lagi nantinya. Dan juga saat ini Zoya dan Hafsah tengah melakukan liburan bersama teman-temannya ke pulau X, Abimana menganggap ini adalah waktu yang tepat sebelum mereka nanti berbicara dengan Zoya dan Hafsah yang harus bisa mengerti dengan keadaan ini.

Abimana datang ke rumah Hanafi dengan membawa hantaran Khas sebuah lamaran untuk di berikan pada Khanza.

Insha yang kala itu sedang menelpon seseorang di teras rumahnya terkaget akan kedatangan rombongan Abimana ke rumahnya. Tentu saja Insha sangat antusias dan mempersilahkan mereka masuk, menyuruh para pelayannya menghidangkan makanan terbaik mereka.

Insha berlalu memanggil Hanafi yang kala itu kebetulan sedang bekerja dari rumah. Mereka berdua pun turun menghampiri rombongan Abimana, yang mereka kira akan membahas pernikahan antara Zoya dan Hafsah yang akan di laksanakan sebentar lagi.

Tapi ketika sampai di ruang tamu keduanya cukup kebingungan ketika melihat banyak hantaran lamaran berjejer rapi disana. Keduanya sempat menatap heran ke arah Abimana dan Maira seakan bertanya untuk apa itu semua, tapi mereka tak mengatakan apapun dan langsung duduk di hadapan Abimana.

Terjadi sebuah percakapan basa-basi antara mereka, menanyakan kabar masing-masing dan banyak lagi. Sampai akhirnya Hanafi memutuskan membuka suara untuk menanyakan perihal hantaran yang di bawa Abimana ke rumahnya.

"Maaf sebelumnya tuan Abimana...saya melihat banyak hantaran lamaran disini....ini untuk apa..."

kata Hanafi sopan dengan wajah terheran.

"Itulah yang akan kami bahas sekarang tuan Hanafi....ini adalah hantaran lamaran untuk anak anda..."

kata Abimana dengan wajah tegang.

"Anak saya...."

Hanafi bingung menatap lagi hantaran yang berjejer rapi, terlihat ada beberapa baju wanita, dan Hanafi semakin dibuat bingung dengan perkataan Abimana, dia mengerutkan dahinya.

"Apakah Hafsah...tapi ini sepertinya hantaran lamaran untuk perempuan..."

kata Hanafi lagi.

"Iya tuan Hanafi...ini hantaran untuk anak perempuan anda..."

jawab Abimana lagi.

"Siapa tuan yang anda maksud..."

jawab Insha cepat, tentu saja fikirannya langsung mengerucut kepada Khanza anak perempuan satu-satunya dalam keluarganya.

"K..khanza"

jawab Hanafi terbata.

"Iya tuan Hanafi...ini hantaran lamaran untuk anak anda Khanza..."

kata Maira dengan nada bergetar.

"Apa maksud semua ini tuan...nyonya saya masih tidak mengerti...apakah memang ada tradisi seperti ini sebelum pernikahan terjadi..."

kata Hanafi.

"Sama sekali tidak tuan Hanafi....kedatangan kami kesini ingin melamar Khanza..."

jawab Abimana.

"Melamar Khanza....untuk siapa tuan..."

jawab Insha yang masih sangat penasaran, dia melihat ke sekeliling. Memang banyak pria muda selain Zidan disana. Dan Insha berfikir mungkin Abimana melamar Khanza untuk salah satu keponakannya.

"Apa salah satu dari mereka yang anda maksud..."

imbuh Insha lagi sambil menunjuk ke arah para Pria muda yang duduk bersandingan.

"Iya nyonya Insha....kami akan melamar Khanza untuk salah satu dari mereka...yaitu Zidan anak kami..."

jawab Abimana sambil menundukkan kepalanya.

Suara langkah kaki terdengar dari arah belakang Insha dan Hanafi. Ternyata Khanza tengah datang menghampiri mereka berdua yang wajah yang tertunduk malu tak mengahadap ke siapapun.

Khanza duduk di samping Hanafi dan terdiam disana tak mengatakan apapun.

"Khanza....mereka datang kesini untuk melamarmu..."

kata Insha menatap Khanza yang masih menunduk.

"Iya bu...aku tau...."

jawab ringan Khanza.

Insha dan Hanafi pun semakin di buat bingung dengan ini semua, Khanza telah tau semuanya. Tapi semalam waktu Khanza pulang dia tak mengatakan apapun pada mereka, semua masih seperti biasanya.

"Maaf tuan Abimana...tapi bukankah Zidan juga anak anda..."

kata Hanafi masih limbung dengan semua yang terjadi.

"Benar sekali tuan...Zidan adalah anak kedua kami..."

jawab Abimana.

"Bagaimana bisa anda melamar Khanza untuk Zidan tuan...sedangkan pernikahan kedua anak kita sebentar lagi akan terlaksana..bukankah ini nanti akan menjadi rumit....Adik yang menikah dengan kakak...dan kakak yang menikahi adik...hubungan semacam apa yang akan terjadi nanti...."

"Itu tak akan terjadi tuan....untuk itu kami datang kemari...untuk membatalkan salah satunya....dan menikahkan salah satunya lagi..."

jawab Abimana lagi.

"Saya masih bingung dan tidak mengerti dengan semua ini tuan...tolong anda jelaskan bagaimana maksud anda..."

jawab Insha spontan yang sudah tak sabar mengetahui apa yang sebenarnya di inginkan oleh keluarga Abimana.

"Nyonya Insha....kami akan membatalkan pernikahan antara Zoya dan Hafsah....dan akan menikahkan Zidan dengan Khanza secepatnya...."

jawab Maira dengan segera.

"Apaaa..."

jawab Insha dan Hanafi serentak dan terkaget.

"Membatalkannya....pernikahan akan segera terlaksana..... bagaimana anda bisa membatalkannya..."

jawab Hanafi secepat kilat.

"Kami juga mengetahui itu tuan...tapi mau bagaimana lagi...keadaan ini sangat mendesak..."

jawab Abimana dengan pelan.

"Mendesak apa maksud anda tuan Abimana....tolong segera jelaskan...."

kata Insha sudah semakin pusing dengan semua yang di katakan Abimana.

"Kita harus segera menikahkan Zidan dan Khanza....karna Khanza kini tengah mengandung anak dari Zidan..."

Seketika Hanafi dan Insha menoleh pada Khanza yang masih tertunduk di sampingnya, diam seribu bahasa.

Hamil....dia Hamil....ada apa dengan hatiku ini....aku...seperti pernah merasakan sakit ini....dia...Salma...kenapa kau mengulang ini pada anak-anak kita....

Batin Insha dengan perasaan getir.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Eneng Elsy

Eneng Elsy

jgn dibikin rumit dong,,kan gpp adik SM kakak nikah SM adik kakak juga di satu kelrg yg sama. drpd menyakiti hati2 anak satu untuk membela anak lain,,
justru bagus nikah nya dibarengin aza.
sodaraku juga ada kok begitu dsini.

2022-06-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!