Rumah sakit

Memang selama ini Hanafi dan Insha tak pernah membahas tentang Salma dalam kehidupannya.

Anak-anak mereka hanya tau bahwa Salma adalah kakak dari Insha. Dan mereka juga slalu memperingati hari kematiannya dengan mengirim do'a di setiap tahunnya . Tanpa tahu bahwa Khanza sebenarnya adalah anak dari Salma.

Hanafi dan Insha lebih memilih tak pernah memberitahunya karna mereka tak mau terus teringat tentang sebuah masalah yang pernah meretakkan rumah tangganya. Mereka memilih untuk merawat Khanza dan menganggapnya sebagai anak kandung mereka sendiri.

Meski begitu, selama ini Hanafi dan Insha juga tak pernah membeda-bedakan kasih sayang mereka, keempat anaknya mereka beri kasih sayang, cinta dan semua fasilitas yang sama. Terkadang Khanza malah di beri fasilitas lebih karna dia adalah anak perempuan satu-satunya di dalam keluarga itu.

Insha malah lebih dekat dengan Khanza, karna dia fikir Khanza adalah satu-satunya yang cocok untuk menjalankan bisnisnya. Karna bisnis yang dia geluti sekarang adalah bisnis fashion yang tentu sangat cocok di jalankan oleh seorang perempuan yang lebih telaten, dan lebih memperhatikan fashion dari pada seorang laki-laki.

"Jadi kau melakukan ini semua untuk membalas apa yang sudah kau ketahui Khanza..."

jawab Hanafi dengan nada kesalnya.

"Ya....agar ayah tau rasanya menjadi ibu Salma...agar ayah tau rasanya di tinggalkan oleh orang-orang yang di sayangi....agar ayah tau bagaimana rasa sakit yang dirasakan oleh ibu kala itu..."

kata Khanza dengan yakin, menangis di iringi dengan senyum sinisnya.

"Sekarang pasti ibu Insha sangat membenci ayah bukan...atas sikap ayah yang telah membela anak yang ada dalam rahimku ini...anggap saja ini awal dari penderitaan ayah sebagai balasan dari sikap ayah pada ibu dulu..."

imbuh Khanza lagi.

"Aku tak pernah membayangkan kau akan melakukan semua ini padaku Khanza...kau bahkan telah menghancurkan kebahagiaan keluarga kita hanya demi membalaskan dendammu...yang bahkan belum kau ketahui semua tentang masa lalu ibumu..."

"Aku mengetahui semua ayah...semua yang telah ibu alami karna ayah..."

"Dan kau mengorbankan nyawa adikmu hanya untuk balaskan dendammu ini....dia tak bersalah apapun Khanza...jika kau ingin melihat ayah menderita lakukan...tapi jangan melibatkan keluarga kita...ibu dan adik-adikmu tak pernah bersalah tentang kisah itu...hanya aku...hanya aku yang pantas di salahkan untuk itu..."

"Setidaknya biarkan Insha dan adik-adikmu bahagia...karna aku tak akan sanggup mengukir kesedihan, airmata dan melihat mereka terluka..."

imbuh Hanafi lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Itulah yang aku inginkan ayah...aku tak akan menyakiti ayah secara langsung...aku yang akan membuat ayah merasa sakit melihat anak-anak kandung ayah terpecah belah...bertengkar...bahkan saling menyalahkan...dan aku juga akan membuat ibu Insha meninggalkan ayah...dan membenci ayah...karna aku tau ayah tak akan bisa hidup tanpa mereka bukan....dan aku akan membuat ayah merasakan bagaimana sakitnya di tinggalkan oleh orang-orang tersayang seperti yang ayah lakukan pada ibu dulu...."

kata Khanza dengan tersenyum sinis.

"Tak akan...kau tak akan melakukan itu...Insha pasti akan selalu bersama ku...jika dia tau maksud dari semua tingkahmu ini...dia juga tak akan membiarkan ini..."

kata Hanafi kembali kesal karna perkataan Khanza yang sudah di nilai kurang ajar padanya.

"Menurut ayah...ibu Insha akan percaya begitu saja pada ayah...bahkan ibu Insha sudah mulai membenci ayah...karna keputusan ayah yang lebih membelaku..dari pada Hafsah...."

Merasa semakin kesal karna perkataan Khanza, Hanafi malah meluapkan amarahnya.

"Aku telah merawatmu selama ini...menjaga dan memberikan semua yang kau mau....tapi apakah ini balasanmu Khanza....aku bahkan tak pernah membeda-bedakan kalian semua...karna kalian semua adalah anak kandungku...kalian semua darah dagingku...."

"Aku memang pernah bersalah dan tak menginginkanmu...tapi aku merawatmu sampai sekarang...sampai kau sebesar ini....aku membelikanmu alat bantu dengar untukmu... yang waktu itu membuatku sempat kesulitan ekonomi karna harganya yang selangit...itu semua hanya agar dirimu dapat mendengar dunia...dapat menjalani kehidupanmu dengan normal...apa itu semua belum cukup...jika aku memang tak menginginkanmu aku bisa membuatmu terlantar dulu...membiarkan mu tak dapat mendengar...dan hanya dapat berputar dalam duniamu yang tanpa suara itu..."

"Kau bukan siapa-siapa tanpa aku nak...tanpa ibu Insha kau juga tak akan mendapatkan kasih sayang seorang ibu...kami menyayangimu...ayah mohon sadarlah...jangan kau lakukan ini semua pada kami...kami keluargamu...tak ada siapapun yang kau punya selain kami...jaga keluarga kita utuh seperti sediakala..."

kata Hanafi lagi dengan suara yang mulai melirih.

Mendengar semua perkataan Hanafi, Khanza terdiam dan meneteskan lagi airmatanya.

"Lalu kenapa ayah menikahi ibu jika ayah tak menyayanginya...kenapa ayah juga tak meningingkanku dulu..."

"Semua terlalu sulit untuk di jelaskan Khanza...dan ayah tak mau mengingatnya lagi..."

"Itu karna ayah yang memang tak memiliki cinta untuk ibu....untuk itu ayah tak ingin mengingatnya lagi..."

"Sekarang katakan padaku...darimana kau tau tentang semua ini...."

"Tuhan yang telah memberitahuku....atas semua yang telah ayah sembunyikan selama ini...sikap buruk yang pernah ayah lakukan pada ibu kandungku..."

Khanza menjawab sambil berlalu begitu saja ,menghapus airmata di pipinya dengan kasar.

"Khanzaaa....jawab pertanyaanku..."

bentak Hanafi pada Khanza yang mulai berlalu pergi.

Ingin mendapat jawaban lebih lagi dari Khanza, tapi Hanafi segera ingat pada Hafsah. Dia pun mengurungkan niatnya untuk mengikuti Khanza dan lebih memilih untuk pergi ke rumah sakit melihat keadaan Hafsah.

Hanafi telah sampai di rumah sakit, dia melihat Insha yang duduk di ruang tunggu tengah menunggu informasi dari dokter.

Dokter dan tim medis sendiri masih berusaha mengeluarkan apa yang telah di telan Hafsah,agar efek samping dari obat yang di telannya tidak semakin menimbulkan gejala yang semakin parah.

Detak jantungnya pun semakin berdetak pelan menandakan kondisi Hafsah semakin lemah, dia juga di pakaikan selang oksigen untuk membantunya lebih mudah untuk bernafas.

Insha yang mendengarkan suara alat yang menandakan detak jantung Hafsah, semakin di buat khawatir, deraian airmata tak henti-hentinya mengalir di pipinya.

"Bagaimana keadaan Hafsah..."

tanya Hanafi sambil menepuk lembut bahu Insha.

Insha menoleh mendapati Hanafi yang telah ada di sisinya, Insha hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, tak sanggup berkata-kata karna tangis yang semakin pecah ketika melihat Hanafi berada di sampingnya.

Dengan cepat Hanafi segera memeluk Insha erat, dia saat ini juga merasakan kekhawatiran yang sama.

"Tenanglah sayang...dia anak yang kuat...aku yakin dia akan baik-baik saja..."

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Endah Sri Rahayu

Endah Sri Rahayu

thor apa cerita ini tentang khanza,balas dendam apa nga salah itu, bikin cerita dong khanza merasakan penderitaan insha dl,dia nikah ad wanita ktig biar sadar yg d lakukan pd kluargany salah

2022-06-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!