Ntah kenapa Khanza beberapa hari ini terlihat sangat berbeda dari biasanya. Dia tak lagi ceria, dia lebih banyak diam dan acuh kepada setiap orang.
"Sayang..."
"Hmm.."
Hanafi hanya berdehem menjawab panggilan Insha.
"Khanza kenapa ya..."
"Memangnya ada apa dengan Khanza.."
"Dengarkan aku bicara..taruh dulu ponselnya.."
merasa kesal karna Hanafi yang terlalu fokus dengan ponselnya, Insha segera merebut dan menaruhnya di meja di sisi ranjang.
"Ada apa sih sayang..aku sedang menghubungi seseorang..."
"Dengarkan aku dulu...nanti kau bisa menghubunginya lagi.."
"Ada apa..."
Hanafi pun menatap Insha lekat mencoba mendengarkan apa yang ingin dia sampaikan.
"Kenapa Khanza akhir-akhir ini sering terdiam dan melamun sayang...tidak seperti biasanya..."
"Ya...itu pun yang ingin aku tanyakan padaku sayang...apa dia sedang ada masalah..."
"Aku juga tak tau sayang...kemarin aku sudah coba tanyakan tapi dia bilang tak ada apa-apa dia bilang semua baik-baik saja...sepertinya dia menyembunyikan sesuatu..."
"Apa karna kita memaksanya untuk menikah...makanya dia menjadi murung seperti sekarang.."
"Emm mungkin kau benar sayang...itu yang menyebabkan dia menjadi banyak fikiran...mungkin dia belum siap untuk hidup berkeluarga.."
"Ya..mulai sekarang kita jangan memaksanya lagi...kasian dia sepertinya tertekan dengan keinginan kita.."
"Tapi sayang...Hafsah bilang padaku..dia minta untuk memajukan tanggal lamarannya...dia akan melamar Zoya 5 bulan lagi...jika Hafsah menikah dulu..bukankah pamali kalau adik yang terlebih dahulu menikah...apalagi Khanza perempuan..."
"Kau benar sayang...tapi mau bagaimana lagi...aku tak tega memaksa Khanza...biarkan dia dengan kemauannya saja...sampai dia siap dan membawa calon suaminya kesini...percayalah tak akan terjadi apapun dengan Khanza...dia akan menikah nanti...dia gadis baik dan cantik pasti banyak pria yang mau menikah dengannya...hanya saja dia belum siap sayang.."
Hanafi memeluk Insha menenangkan fikirannya yang sedang bingung memikirkan Khanza.
Semenjak saat itu Khanza memang sering keluar rumah, dia tak mengatakan dia pergi kemana. Dia pergi sendiri, kadang dia pulang larut malam.
Dia juga jarang tidur di rumah, kehidupannya berkutat di dunia bisnis. Khanza sering berkunjung di gudang mengecek stok pesanan dan juga barang-barang milik pabrik Insha yang akan di ekspor ke luar negeri. Memenuhi permintaan teman-temannya disana yang siap membantunya menjual baju modifikasi milik Insha.
Gudang yang di maksud adalah rumah utama Hanafi dulu. Karna semua pembantu dan juga penjaga tinggal di rumah mewah Insha. Rumah utama tak lagi terpakai sampai beberapa bulan. Insha pun meminta rumah tersebut untuk di jadikannya gudang penyimpanan barang-barang miliknya.
Juga menjadi tempat untuk mengepak baju-baju yang akan di kirim menuju luar maupun dalam negeri.
Insha tak mau lagi tinggal disana, karna hanya dengan melihat rumah itu Insha bisa merasakan lagi luka lamanya, bahkan kadang rasa perih yang pernah dia rasakan bisa dia rasakan kembali saat berada disana.
Untuk itu Insha lebih sering meminta Khanza untuk mengecek ke gudang tanpa dirinya.
Disana juga di tinggali oleh beberapa karyawan Insha, yang sedang dalam perantauan. Insha membiarkan mereka menempati rumah itu dan merawatnya, juga menjaga barang-barang miliknya. Sebagai imbalan karna Insha telah memberikan mereka tempat tinggal.
Hari-hari pun berlalu dengan cepat, sekarang di rumah mewah Insha tengah menyiapkan berbagai hantaran untuk melamar kekasih dari Hafsah.
Mereka tidak keburu untuk menikah, hanya saja Hafsah ingin mengikat kekasihnya itu dengan sebuah ikatan keluarga, agar dia tidak mencari tambatan hati lain di kemudian hari.
Acara lamaran akan di laksanakan di sore hari, Insha dan Hanafi tak mengajak banyak orang. Hanya keluarga intinya saja dan beberapa pelayan yang akan membawakan hantaran.
Itu juga sebab mereka yang tak memiliki keluarga, para pelayan dan pengawal lah keluarga mereka.
" Maaf ya kak aku tak bisa hadir di acara lamaran mu...nanti jangan lupa ya kirim foto pada kami..kami ingin melihat calon kakak ipar kami..."
goda Adam di dalam panggilan video call nya pada Hafsah.
"Tak masalah...kirimkan hadiah saja untukku...itu sudah membuatku cukup senang..."
jawab Hafsah sambil tertawa ringan.
"Apa...tidak salah dengarkah aku...seharusnya kakak yang mengirim hadiah pada kami...kakak kan sudah bekerja...sedangkan kami masih pelajar..."
jawab Zakki dengan wajah cemberutnya.
"Ya..ya...kakak tau..dan kalian memang hanya bisa menghabiskan uang ayah..dengan jajan kalian yang sangat rakus itu..."
"Astaga kak...kau ini sok tau sekali..."
Jawab Adam dengan kesal.
Dan mereka pun saling mengejek dan tertawa sambil menunggu waktu untuk berangkat ke kediaman Abimana.
Sementara Khanza di kamarnya sedang merias diri. Dia memakai dress berwarna coklat muda yang kalem. Dress panjang polos dengan aksen bunga-bunga kecil di bagian dadanya.
Khanza merias wajahnya dengan natural, itu membuat wajahnya semakin cantik alami dengan make up yang tak berlebihan.
Rambut pendeknya ia biarkan begitu saja, hanya sedikit meluruskan dan menyelipkan jepit bunga kecil di bagian sampingnya.
Penampilan Khanza ini membuatnya terlihat lebih muda dari usia yang sebenarnya. Dia terlihat imut dan menggemaskan.
Kulit putihnya terlihat menerawang di bagian lengan dress panjang yang dia kenakan. Khanza juga memakai tas selempang kecil di bahunya dengan warna senada dengan dress yang dia pakai.
Insha dan Hanafi juga bersiap. Mereka memakai baju yang sama dengan motif batik yang sama pula. Insha memakai versi dress nya sedangkan Hanafi memakai versi kemeja panjangnya.
Meski usia Insha tak lagi muda, dia masih terlihat cantik berseri karna kulit yang terawat. Begitu pun Hanafi meski kini tubuhnya terlihat sedikit berisi, dia masih menyimpan kesan gagah dan menawan dengan usianya yang sekarang.
Hafsah tak kalah juga, dia memakai jas hitam rapi dengan kemeja putih di lengkapi juga dengan dasi.
Celana hitam serta sepatu yang mengkilap. Rambutnya di sisir rapi kebelakang yang semakin memperlihatkan ketampanan yang di turunkan oleh sang ayah.
Ketika Hafsah dan Hanafi duduk berdua, mereka akan terlihat sangat mirip hanya saja Hafsah sebagai versi muda dari Hanafi .
Semua sudah siap, mereka pun berangkat ke kediaman Abimana dengan beberapa mobil.
Dan sampailah mereka di halaman luas kediaman Abimana. Mereka di sambut dengan sangat ramah, rupanya Abimana sudah menyiapkan pesta kecil nan spesial di dalam rumah megahnya ini.
Tampak bunga-bunga segar menghiasi jalanan menuju ke dalam kediaman. Tentu saja mereka tak ingin kehilangan moment lamaran putri pertama serta satu-satunya keluarga ini yaitu Zoya.
Zoya sendiri tampak sudah berdiri di depan rumah dengan senyuman cerahnya, dia memakai dress manis berwarna merah muda. Dengan hiasan permata berkilau yang bertaburan di seluruh dress panjangnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments