"Appaa...!!"
Zidan terkaget dengan jawaban Khanza sampai berteriak.
"Tidak...tidak bisa kak..aku tak bisa...kalau kita menikah bagaimana dengan kak Zoya nanti...tidak ada satu keluarga yang mempunyai 2 menantu dari keluarga yang sama....tidak aku tidak bisa..."
Zidan berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya berulang.
"Kau sudah mengambil keperawananku....siapa lelaki yang akan menikahiku dengan kondisiku ini..kau benar-benar jahat Zidan...kau menghancurkan masa depanku..."
Khanza kembali dalam isaknya.
"Atau jangan-jangan kakak memang menjebakku....sengaja membiarkan aku mabuk dengan teman-teman kak Khanza lalu menjebakku dengan semua ini...karna sungguh aku tak ingat apapun semalam...dan aku tak merasa melakukan semua itu..."
jawab Zidan yang sekarang menatap Khanza penuh curiga.
"Setelah semua bukti ini kau masih bisa mengelak...kau bahkan menuduhku telah menjebakmu..."
ungkap Khanza dengan wajah memelasnya.
"Aku berada satu kamar denganmu...kau lihat betapa kacaunya gaunku...dan darah ini...siapa lagi kalau bukan kau yang melakukannya...kau bahkan tak berpakaian tadi...apa kau masih saja mengelak dengan semua ini..."
imbuh Khanza lagi.
" Aku tak akan percaya begitu saja...aku akan lihat rekaman cctv...dan ya kita akan ke rumah sakit untuk melihat benarkah kak Khanza sudah kehilangan keperawanan seperti yang kakak katakan..."
"Lakukan apapun yang kau mau...untuk membuktikan sendiri kejahatanmu...aku pastikan kau sendiri yang akan malu nanti...karna aku yakin tak ada yang berani melakukan ini...semua teman-temanku adalah orang baik....aku telah mengenal mereka lama...dan tak ada satu pun yang berfikiran bejat sepertimu walau keadaan mereka sedang mabuk..."
kata Khanza sambil berdiri menantang Zidan.
"Dan ya...jika kau tak mau bertanggung jawab atas semua ini aku akan pastikan hidupmu akan berakhir di dalam penjara...mempertanggung jawabkan perbuatanmu yang keji ini..."
lagi-lagi Khanza menitikkan air matanya manatap Zidan penuh dengan rasa kebencian.
Pagi itu juga setelah berganti pakaian keduanya pergi ke ruang handle cctv untuk melihat semua kegiatan di lantai 3 saat pesta tadi malam.
Teryata cctv pada saat acara tersebut sengaja di matikan oleh Zidan sendiri karna dia tak mau papanya tau bahwa hotelnya telah di gunakan untuk pesta, apalagi membawa alkohol di dalamnya.
Melihat teman-teman Khanza membawa beberapa minuman dengan cepat Zidan malam itu pergi ke ruang cctv untuk menyuruh petugas mematikan cctv di lantai 3 dan menghidupkannya kembali di jam 2 pagi, waktu yang di perkirakan pesta sudah selesai di laksanakan. Dan tidak akan menjadi masalah kedepannya untuk Zidan.
Tapi Zidan salah, ternyata sikapnya ini malah menjerumuskannya dalam lubang hitam, dia tak mengetahui apa saja yang dia lakukan malam itu. Dan satu-satunya jalan untuk membuktikan semua adalah membawa Khanza ke rumah sakit untuk mengecek apakah dia masih perawan atau tidak.
Dan itu akan membuktikan semuanya, apakah Zidan dan Khanza malam itu benar-benar melakukan malam panjang bersama atau tidak.
Berdasarkan pemikiran Khanza yang malam itu sama-sama mabuk dia tak ada fikiran lain selain Zidan yang melakukannya, karna pagi itu pria yang Khanza lihat bersamanya adalah Zidan dengan segala bukti yang mengarah kesana.
Sementara Zidan masih tak percaya dengan semuanya, meski pagi itu sudah jelas-jelas dia berada di kamar bersama Khanza dengan bertelanjang dada. Selama ini Zidan tak pernah bermain wanita, kenakalan yang dia lakukan hanya sebatas meminum minuman alkohol dan juga menghabiskan uang papanya. Tak pernah ada niat dalam hidupnya untuk menghabiskan malam dengan wanita kecuali dia sudah menikah.
Dia tak ingin melecehkan wanita, dia menganggap wanita adalah sesuatu yang perlu di lindungi dan di hormati, bukan untuk di lecehkan atau di sakiti. Untuk itu Zidan cukup kaget ketika dia berada satu kamar dengan Khanza dengan kondisinya yang kacau pagi itu.
Keduanya sudah sampai di rumah sakit, Zidan meminta pemeriksaan privat untuk Khanza. Dan Zidan menunggu Khanza di periksa masih di satu ruangan yang sama, takut-takut kalau Khanza mensabotase hasil pemeriksaannya.
Rumah sakit dan dokter yang memeriksanya juga dokter yang Zidan kenal, sehingga kecil kemungkinan jika Khanza berbohong dengan hasil tes nya.
"Bagaimana dok..."
tanya Zidan kepada dokter yang baru saja memeriksa Khanza.
Khanza juga terlihat berjalan di belakang dokter yang baru saja memeriksanya.
"Saya sudah memeriksanya...memang benar ada robekan di selaput daranya...bahkan masih tersisa darah di beberapa bagian sobeknya selaput tersebut...."
Terasa jantungnya berhenti, Zidan hanya bisa diam sambil menundukkan kepalanya, dia sangat mengenal dokter tersebut, karna dia adalah salah satu dokter kepercayaan keluarganya ketika anggota keluarganya sakit.
"Apa ini semua masih belum cukup untukmu Zidan...aku tak mengarang cerita atau menjebakmu...aku benar-benar hancur sekarang..."
kata Khanza yang terisak lagi.
Tak ingin Khanza meluapkan semuanya di ruangan sang dokter Zidan pun segera menarik Khanza untuk pergi.
"Dokter maafkan aku...aku harus segera pergi....dan aku mohon rahasiakan semua ini dari keluargaku..."
Zidan menatap dokter itu dengan tatapan memohon.
"Baik tuan muda saya akan merahasiakan ini dari siapa pun...tenang saja.."
"Saya akan menambahkan uang untuk biaya pemeriksaan ini di rekening anda nanti...terimakasih dokter.."
Zidan pun segera menarik Khanza keluar.
Di dalam mobil Zidan dan Khanza sama-sama duduk di depan. Belum melajukan mobilnya Zidan menggengam erat kemudi mobil dengan hati kesal.
"Maafkan aku kak...aku khilaf...semua di bawah alam sadarku..."
akhirnya Zidan memecah keheningan.
"Aku fikir semua bukan murni salahmu...aku juga terlalu mabuk waktu itu...aku juga tak mengingat apapun malam itu...yang aku tau hanya pagi hari aku sudah berada bersamamu..."
jawab Khanza dengan nada getir.
"Aku pun tak akan memaksamu menikahiku...maaf tadi pagi aku tersulut emosi karna keadaanku...Zoya dan Hafsah saling mencintai tak mungkin juga kita menikah...kau benar tak mungkin ada 2 menantu dari satu keluarga..."
imbuh Khanza lagi.
"Lalu bagaimana dengan kak Khanza nanti..."
"Aku akan menunggu sampai ada seorang pria yang mau menjadi suamiku...dengan keadaanku yang sudah pernah melewati malam panjang dengan seseorang...dan mengetahui betapa rendahnya diriku.."
Khanza mulai meneteskan air mata lagi.
"Tapi bagaimana nanti jika aku hamil Zidan.."
tanya Khanza lagi yang mulai bimbang.
Dengan tegas Zidan menatap Khanza.
"Maka aku akan bertanggung jawab dengan anak yang kak Khanza kandung...karna bagaimana pun dia adalah anakku...".
" Lalu bagaimana dengan Zoya..."
"Dia pasti bisa mengerti nanti..aku akan bicara padanya jika kakak benar-benar hamil.."
jawab Zidan dengan wajah tegas, berusaha menyembunyikan kekhawatiran akan hancurnya keluarganya nanti karna perbuatannya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments