Tuna rungu

"Bukankah kita memang sudah gila..."

"Apa maksudmu dengan kita..."

"Ya kita jelas-jelas sudah melakukan hubungan terlarang...dan mau tidak mau kita harus menanggung resikonya bukan..."

jawab Zidan penuh penegasan.

"Bukan kita...dan bukan aku...tapi kau..."

Khanza menunjuk-nunjuk lagi wajah Zidan.

"Kenapa kak Khanza hanya menyalahkanku...bukankah malam itu kita sama-sama mabuk..."

"Ya aku memang mabuk...tapi jelas-jelas kau yang memaksaku...dan merusak gaunku sampai seperti itu...jika kita melakukannya tak sengaja, tak mungkin juga aku masih memakai gaunku di pagi hari saat aku bangun..."

Mendengar fakta baru dari malam itu Zidan kembali terdiam.

"Dan kau..hanya pria brengsek yang menutup wajah dengan tampang sok lugu mu itu..."

imbuh Khanza lagi dengan nada marah dan mengejek.

Seakan tak terima dengan yang baru saja di ungkapkan Khanza padanya, seketika Zidan tersulut amarah juga.

"Lalu apa bedanya dengan dirimu..kau hanya wanita murahan yang menemani para pria minum sampai mabuk seperti itu..."

terdiam sejenak lalu berkata lagi.

"Apa lagi kalau bukan murahan...seharusnya wanita berpesta tidak sampai larut malam seperti itu...wanita baik akan pulang sebelum pesta berakhir bukan..."

Melihat Khanza tak menjawab apapun, Zidan kembali berkata.

"Ya...pantas saja kau masih saja belum menikah di usiamu yang sekarang...karna siapa yang mau dengan wanita tuna rungu sepertimu hah...."

Mendengar sesuatu fakta yang memang di alami Khanza sejak kecil, Khanza benar-benar merasa terhina dan airmatanya mengalir begitu saja di ujung matanya.

Ya memang sejak kecil, bahkan sejak terlahir Khanza memang sudah memiliki kekurangan di bagian pendengarannya, dia tak bisa mendengar dengan baik jika tak menggunakan alat bantu dengar.

Suara yang di tangkap telinganya hanyalah sebuah suara dengan ritme yang kecil dan tak dapat mendengar semua suara yang ada di sekitarnya.

Dalam arti lain Khanza tak dapat mendengar tanpa adanya alat bantu dengar di telinganya.

"Cukup Zidan...jaga bicaramu kepada kak Khanza....aku tak tau apa yang sebenarnya telah terjadi di antara kalian...tapi tak sepantasnya kau mengatakan itu pada kak Khanza..."

tiba-tiba suara Zoya terdengar dari arah belakang Zidan, rupanya dia mendengarkan sedikit percakapan di antara mereka.

Seketika Khanza terlonjak kaget dengan suara Zoya, dia segera mengusap air mata di ujung matanya.

sejak kapan Zoya berada disana....apa dia mendengar semua percakapan kami tadi..

batin Khanza wajahnya sudah berubah merah padam.

Sedangkan Zidan lebih bersikap santai karna dia sudah di kuasai oleh amarah akibat kata-kata Khanza tadi.

"Zoya sejak kapan kau berada disana.."

kata Khanza dengan nada khawatir.

"Maafkan aku kak...aku tadi ingin pergi ke toilet...lalu aku mendengar suara Zidan yang memaki-maki kakak...maafkan dia kak...dia memang bukan anak yang baik..."

kata Zoya menatap Khanza dengan rasa bersalah.

Mendengar jawaban dari Zoya, Khanza merasa sedikit lega, setidaknya Zoya belum mengetahui apa yang terjadi padanya.

"Maafkan aku kak...maaf sekali lagi...aku akan menyuruh Hafsah untuk membawa kakak pulang..maafkan aku kak"

Zoya segera menarik Zidan pergi.

"Kau...ayo ikut aku pulang...dasar anak nakal...akan aku adukan kau pada papa...atas kelakuanmu ini..."

kata ketus Zoya pada Zidan sambil berlalu pergi.

Sementara Khanza hanya diam mematung di tempatnya, dia kembali mendengar suara Zidan dalam fikirannya.

tuna rungu...ya memang benar aku adalah gadis tuna rungu...aku cacat...

batin Khanza, dan dia kembali mengeluarkan air matanya.

Hafsah menghampiri Khanza yang tengah meringkuk di bawah lantai, memeluk lututnya sambil menangis.

"Kak Khanza...sebenarnya apa yang terjadi...kakak bertengkar dengan Zidan..."

kata Hafsah sambil menepuk-nepuk bahu Khanza.

"Apa benar Hafsah... tidak akan ada yang mau dengan gadis tuna rungu sepertiku..."

jawab Khanza menatap Hafsah dengan wajah amat sedih.

"Apa yang kakak katakan...jangan dengarkan Zidan...mungkin dia sedang dipenuhi amarah saat ini....memangnya ada masalah apa antara kakak dengannya, sampai dia berkata seperti itu..."

Khanza tak menjawab apapun hanya menangis sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya.

kau tak tau apa yang telah terjadi di antara kami...kalau kau sudah mengetahuinya...aku yakin kau pasti akan marah juga padaku seperti yang Zidan lakukan....

Batin Khanza.

Malam itu pun mereka pulang ke rumah masing-masing. Zoya dan Hafsah sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya. Tapi baik Khanza maupun Zidan tidak ada yang menjawab ketika di tanyakan tentang hal itu.

Malam itu Zoya benar-benar mengadukan perbuatan Zidan pada Abimana. Yang membuat Abimana sangat marah padanya. Zidan di nilai tidak bisa menjaga nama keluarga.

Zidan hanya diam seribu kata tak menjawab setiap kemarahan sang papa. Setelah di marahi habis-habisan Zidan dengan santainya masuk ke dalam kamar, mengurung diri, merebahkan dirinya di atas ranjang merasakan denyutan sakit kepala yang akhir-akhir ini sering dia rasakan, akibat masalah yang telah terjadi dengan Khanza.

Semenjak saat itu fikiran Zidan sering tak fokus dalam menjalankan tugasnya sebagai direktur utama di hotel bintang 5 ayahnya.

Beberapa rencana pembangunan hotel baru pun masih belum berjalan akibat sikap Zidan yang satu ini. Dia bahkan sering bolos rapat dengan para kliennya, hanya untuk menenangkan diri.

Khanza sendiri akhir-akhir ini sering mengunjungi gudang tempat rumah utama dulu.

Dia bahkan sering tertidur di rumah belakang, yang sudah kosong sejak lama. Rumah itu hanya di pakai untuk menaruh gulungan benang-benang rajut dengan berbagai warna. Sebagai stok jika di salah satu pabrik terlambat mendapatkan benang dengan warna yang di butuhkan.

Sejak kapan aku terakhir mengalami mentruasi ya....tidak...tidak mungkin aku hamil hanya dengan sekali berhubungan....aku pasti hanya telat mentruasi saja...tenang Khanza...

batin Khanza mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Khanza mengingat kembali perkataan Zidan kala itu.

"Tidak mungkin kakak akan langsung hamil hanya dengan sekali berhubungan badan...mungkin butuh berkali-kali sampai pembuahan itu berhasil...lihatlah orang-orang yang sudah menikah...hanya sebagian kecil yang langsung hamil ketika di bulan pertama pernikahannya..."

Mengingat perkataan itu, Khanza kembali yakin bahwa dia pasti hanya telat mentruasi. Tapi bukan Khanza namanya, kalau dia hanya diam pasrah tanpa memastikan apa yang terjadi pada dirinya.

Secepat kilat Khanza segera pergi ke apotik untuk membeli test kehamilan. Dan langsung di pakainya saat dia kembali ke rumah belakang.

Setelah menunggu cukup lama hasil dari test tersebut, Khanza kembali ke kamar mandi dan mengecek tes kehamilan yang di geletakkan begitu saja di sebuah wastafel.

Dan betapa kagetnya dia, saat melihat ada 2 garis merah terang disana.

"Apaa...positif...."

seketika Khanza jatuh terduduk di lantai kamar mandi, terkulai lemas mendapati hasil tes yang menyatakan dia tengah hamil sekarang.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Arini Hidayati

Arini Hidayati

lanjut thor

2022-06-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!