Mabuk

"Terimakasih Zidan..."

kata Khanza sambil memandang Zidan penuh senyuman.

"Perlukah seorang kakak mengucapkan terimakasih pada adik sendiri..."

jawab Zidan santai sambil memeluk Hafsah.

Tinggi Hafsah dan Zidan terlihat sama, hanya saja perawakan dari Zidan sedikit lebih besar dari Hafsah karna Zidan menurunkan tubuh dari sang ayah Abimana yang memiliki tubuh yang tinggi dan besar.

Khanza semakin tersenyum cerah.

"Kau sungguh baik sekali Zidan...aku senang sekali mempunyai adik sepertimu...dan kau juga Zoya...terimakasih juga ya..."

Mereka pun saling berbincang, sampai teman-teman Khanza dan beberapa teman dari Hafsah telah hadir disana.

Setelah semua di rasa sudah hadir, Khanza pun memulai pestanya. Pesta ala anak muda dengan segala makanan dan minuman yang berlimpah.

Terlihat juga beberapa spot foto yang sudah di dekorasi sedemikian rupa di buat khusus untuk berfotoria. Untuk di upload di sosial media atau hanya untuk kenang-kenangan Khanza dan teman-temannya.

Baik Zidan, Zoya, Hafsah dan Khanza mereka menemui teman-teman mereka masing-masing. Menghambur menikmati pesta dengan cara masing-masing.

Pesta di laksanakan dengan sangat meriah sampai larut malam. Hafsah dan Zoya malam itu pulang terlebih dahulu karna Hafsah sudah berjanji pada calon ayah mertuanya tidak akan mengajak Zoya pulang terlalu larut.

Sedangkan Zidan selaku direktur hotel tersebut membaur dengan teman-teman Khanza. Dia yang mudah akrab dengan siapa saja dengan cepat mempunyai banyak teman mengobrol disana. Terutama teman-teman wanita Khanza yang nyaman dengan segala perangai Zidan. Zidan bahkan di kelilingi oleh banyak wanita disana, sekedar saling mengenal, bergurau dengan sifat Zidan yang humoris, juga banyak yang naksir dengan wajah nya yang tampan dan menawan.

Begitu juga Khanza, dia membaur dengan semua teman-temannya, pria maupun wanita karna Khanza adalah sang penyelenggara pesta itu.

Khanza bahkan meminum sedikit minuman alkohol hanya untuk menghormati teman-temannya dari luar negeri yang sengaja datang membawa alkohol terbaik dari negaranya.

Khanza memakai sebuah dress pendek selutut berwarna merah muda yang semakin membuat kulit putihnya terlihat bersinar. memakai sepatu flat tipis yang lucu membuat penampilannya semakin menggemaskan dan terlihat lebih muda dari usianya yang sebenarnya.

Malam itu semua hanyut dalam buaian pesta, malam semakin larut, banyak dari teman-teman Khanza memilih untuk pulang meski Khanza sudah memintanya untuk beristirahat semalam di hotel tersebut, di kamar-kamar yang sudah di sediakan khusus untuk teman-temannya.

Hanya teman-temannya dari luar negeri yang bermalam disana sebelum besok pagi mereka harus terbang pulang kembali ke negaranya.

Sinar mentari telah menerobos di balik sela-sela jendela hotel dengan kelambu bermotifkan bunga. Di luar kamar hotel sudah terdengar ketukan dari pelayan hotel yang membawakan sarapan untuk setiap kamar.

Khanza menggeliat di balik selimut, mengerjabkan matanya, menghilangkan kantuk yang masih menutupi sebagian penglihatannya.

Khanza menyibak selimut dan ingin membuka pintu untuk mengambil sarapannya, tapi terkaget karna seorang pria sudah ada di sampingnya dengan keadaan bertelanjang dada dalam kondisi terbaring.

Seketika Khanza menatap tubuhnya, penampilan dress nya sudah tidak berbentuk terlihat sobek di bagian sana sini, rambutnya pun sudah acak-acakan. Menebak telah terjadi sesuatu semalam dengan dirinya, dia segera berteriak sekencang mungkin, sampai membangunkan seorang pria yang ada di sampingnya.

Pria itu seketika menutup telinganya karna suara Khanza yang memekakan telinganya.

Khanza seketika semakin berteriak histeris ketika seorang pria yang ada di sampingnya adalah Zidan.

"Zidan apa yang kau lakukan padaku...kau..."

Khanza berkata sambil menitikkan air mata berusaha menutupi dressnya yang sudah robek di sana sini dengan selimut.

Seketika Zidan membelalakan matanya juga bangun dari tidurnya.

"Kak Khanza...apa..apa yang terjadi...aku...aku tidak.."

Zidan terlihat bingung menatap Khanza di sampingnya yang tertutup selimut juga menatap dirinya sendiri yang sudah bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendeknya.

"Apa yang telah kau lakukan padaku..."

tanya Khanza dalam isak tangisnya.

Melihat semua yang ada di dalam penglihatannya, Zidan hanya terdiam, dia hanya mengingat semalam dia yang mabuk karna terlalu banyak meminum alkohol bersama teman-teman Khanza. Setelah itu dia tak ingat lagi apa yang terjadi dengannya.

Tiba-tiba saja dia sudah terbangun dengan teriakan Khanza di sebuah kamar, dengan keadaan bertelanjang dada dan Khanza dengan gaunnya yang telah robek di bagian sana sini.

"Aku tak melakukan apa pun kak Khanza...sumpah..."

Zidan mencoba membela dirinya.

"Jangan mengatakan kau tak melakukan apapun...lalu apa ini..."

jawab Khanza masih dengan isaknya.

Zidan melihat gaun yang di tunjjukkan oleh Khanza yang terdapat noda darah tepat di bagian bawah Khanza.

"Kak Khanza sungguh aku tak tau apa yang terjadi semalam...aku terlalu banyak meminum alkohol...aku mabuk...aku tak tau apa yang aku lakukan...maafkan aku kak...maafkan aku...semua tidak dalam kendali ku...maafkan aku.."

Zidan mencoba mengulurkan tangannya memegang tangan Khanza, tapi di tepis dengan kasar oleh Khanza.

"Jangan menyentuhku lagi...kau telah merenggut semua dariku..."

Khanza berdiri menjauhi Zidan yang masih berada di ranjangnya.

"Aku mohon kak..maafkan aku...sungguh aku tak ingat apapun yang terjadi semalam..."

Khanza tak menjawab dia meringkuk di bawah lantai memeluk lututnya masih dengan selimut yang membalut tubuhnya.

"Kak..aku mohon katakanlah apa yang terjadi semalam...aku benar-benar tak mengingat apapun..."

"Yang ku ingat aku terlalu banyak minum dan mabuk...setelahnya aku benar-benar tak mengingat hal apapun..."

kata Zidan mencoba mendekati Khanza lagi.

"Lalu jika kau tak mengingat apapun apa kau akan lari dari semua ini..."

"Apa maksud kakak..."

"Kau telah merenggut keperawananku.."

"Sungguh aku tak akan melakukan itu kak...sungguh..."

"Lalu apa ini....hanya kau satu-satunya pria disini...apa semua bukti ini masih belum cukup untukmu..."

kata Khanza bernada tinggi.

"Aku tak pernah berniat melakukan itu kak...meskipun di bawah alam sadarku...sungguh"

kata Zidan menahan air matanya, hatinya merasa teriris menatap Khanza yang tengah meringkuk dengan air mata yang terus mengalir dimatanya.

"Apa aku harus percaya perkataan orang yang mabuk...kau berkata kau mabukkan waktu itu...kau memanfaatkan tubuhku yang tak berdaya untuk memuaskan hasratmu..."

"Kak...aku..sungguh..."

"Jangan berkata apapun...aku mau kau mempertanggung jawabkan semua ini..."

"Maksud kakak apa..."

jawab Zidan menatap Khanza penuh makna.

"Nikahi aku...."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Arini Hidayati

Arini Hidayati

apa mungkin jebakan khanza thor... karna khanza sudah tau masa lalu ortunyaa

2022-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!