Rendang Daging sudah terhidang sempurna di meja makan, juga ada lauk-lauk lain yang di masak oleh sang koki rumah untuk pelengkap sarapan para tuannya pagi ini.
"Sayang...panggil ayahmu..katakan sarapannya sudah siap..."
kata Insha menyuruh Khanza untuk memanggil Hanafi.
"Siiap bu..aku akan memanggil ayah...aku juga rindu padanya..."
Jawab Khanza sudah berjalan menuju kamar Hanafi dan Insha.
Khanza membuka pintu kamar, dan terlihat seorang dengan tubuh yang sedikit lebih berisi, dan tubuh yang tak lagi muda tengah duduk di pinggiran ranjang sambil fokus pada ponselnya.
"Ayaahh..."
Khanza memanggil sambil berjalan menghampiri Hanafi
Hanafi menoleh dan terkaget dengan kedatangan Khanza.
"Hey sayang...kapan kau pulang..."
Hanafi menyambut Khanza dengan kedua tangannya.
"Emm..sungguh aku rindu pada ayah..."
Khanza memeluk Hanafi dengan eratnya.
"Kapan kau pulang nak..".
" Kemarin malam yah.."
"Kenapa tak mengabari ayah...ayah kan bisa menjemputmu.."
"Sudahlah yah...ayah dan ibu sama saja selalu menganggapku masih anak kecil..."
Jawab Khanza cemberut manja.
"Kami hanya tak mau terjadi hal yang berbahaya padamu sayang..."
"Khanza sudah besar yah...Khanza bisa menjaga diri Khanza sendiri...sudahlah..perlukah kita membahasnya sekarang...ibu dan Hafsah telah menunggu ayah untuk sarapan...Hafsah sedikit terburu-buru dia akan pergi menemui klien ayah...."
"Oh ya ayah hampir lupa...kalau begitu ayo kita turun dan sarapan...".
Mereka pun sarapan bersama, memakan daging rendang masakan Insha.
Mereka makan sambil berbincang-bincang hangat, lalu memakan hidangan penutup sambil mencoba menghubungi Adam yang berada di negara B.
Panggilan video call terhubung dan segera di angkat oleh Adam disana.
" Hallo..."
sapa Khanza, memperlihatkan gambar sedang menyantap makanan di meja makan.
"Loooh...kakak sudah pulang....bukankah kemarin kakak baru saja kemari...sekarang sudah pulang aja..."
"Kakak habis dari rumah kalian..."
jawab Hafsah
"Iya kemarin kakak kesini menghabiskan camilan di kulkas kami..."
kata Adam
"Iya kak Khanza juga membawa MP3 ku ya..."
kata Zakki yang baru datang dan masuk ke kamar Adam.
"Hehe...maaf aku lupa membawanya..."
kata Khanza.
"Tuh kan...kakak ini...itu MP3 kesayanganku....ayah...ibu...cepat nikahkan kak Khanza dia sudah mulai tua...sifatnya yang pelupa itu sudah sangat parah..."
adu Zakki kepada kedua orang tuanya.
"Tentu ayah akan menikahkannya nanti..."
jawab Hanafi.
"Ya...ya...memang sudah waktunya kakakmu ini menikah sayang...oh ya bagaimana kabarmu disana...apa ujianmu dan kakakmu sudah selesai..."
kata Insha santai
"Belum bu...masih berlanjut sampai minggu depan.."
jawa Adam.
" Segera nikahkan kak Khanza atau dia akan menjadi perawan tua nanti.."
kata Zakki sambil tertawa.
"Hey kau enak saja...awas yaaa kalau ketemu..."
kata Khanza mulai kesal.
percakapan mereka pun terus berlanjut, Khanza dan Zakki saling memaki tapi di selingi dengan tawa yang renyah dari keduanya.
Sambungan video call pun terputus saat Ponsel Khanza ternyata kehabisan baterainya di tengah asyik-asyiknya obrolan.
"Memang benar yah...kak Khanza ini sudah mulai pelupa lihat saja baterai ponselnya saja sampai habis belum di cas..."
"Hehe..aku kemarin memang pulang larut tau'...makanya aku lupa mengecasnya...jangan bawa-bawa usia kau sendiri sudah mulai tua bukan...sudah waktunya menikah...benarkan bu..."
kata Khanza.
"Iya memang kalian sudah waktunya menikah...ingat pesan ibu carilah calon yang berhati baik..dan dapat menerima apapun kekurangan kalian.."
kata Insha sambil memakan kue coklat lumer kesukaannya sejak dulu.
"Kenapa ibu menanggapinya serius sih bu..."
jawab Khanza cemberut.
"Umur kalian sudah cukup untuk menikah terutama kamu sayang yang seorang wanita...sudah waktunya untuk menikah.."
jawab Insha santai.
"Iya Khanza.. ibumu benar, sudah waktunya kamu mempunyai keluarga sendiri sayang..."
kata Hanafi membenarkan.
"Aah jangan katakan itu pada kak Khanza bu...aku yakin bahkan kak Khanza belum memiliki seorang kekasih...."
kata Hafsah sambil melirik Khanza.
"Iya kan kak.."
"Diamlah kau..."
jawab Khanza ketus sambil memakan buahnya.
"Haha....sudah aku mau berangkat dulu aah..."
Hafsah lebih memilih kabur dari pada harus kena amarah Khanza.
Hafsah dengan gerak cepat mencium tangan ayah dan ibunya, lalu menyahut bekal makan yang sudah di persiapkan oleh Insha. Lalu segera melenggang pergi dengan menggunakan mobilnya.
"Hati-hati sayang jangan terburu-buru.."
teriak Insha yang melihat Hafsah menyetir dengan kencang.
"Sayang lihatlah Hafsah dia selalu saja melajukan mobilnya dengan kencang.."
Insha mengadu pada Hanafi.
"Biarkanlah sayang...dia sudah dewasa...dia pasti sudah memikirkannya..."
jawab Hanafi santai.
"Segeralah mencari pendamping sayang.."
"Ahhh ibu...aku masih tak ingin menikah ibu..."
"Lalu kau akan menikah di usia berapa nanti...tak baik seorang perempuan menikah di usia lebih dari 27 tahun..."
"Tak apa bu...banyak teman-teman yang seusiaku juga belum menikah...mereka masih santai dengan kehidupannya..."
"Sayang...Hafsah tahun depan ingin melamar seorang wanita untuk di nikahinya....pamali jika kau kakaknya belum menikah...apalagi kau seorang perempuan..."
"Hafsah akan menikah...?"
"Masih mau melamar...ya setelah itu pasti menikah sayang...maka dari itu carilah pendamping supaya kau bisa menikah lebih dulu...temanmu banyak sayang...masak tak ada satu pun yang kau sukai.."
"Dengan siapa dia menikah bu..."
tanya Khanza penasaran.
"Dengan Zoya....anak dari keluarga Abimana..."
"Abimana pemilik hotel bintang 5 di pusat kota itu bu..."
"Iya sayang...kau benar..."
"Astaga darimana Hafsah bisa mengenal anaknya...dia keluarga yang sulit untuk di dekati bu..."
"Darimana kau tau sayang..."
"Siapa yang tak mengenal desas-desus itu bu..."
"Hmm...entahlah..Hafsah bilang dia teman satu kuliahnya"
"Hmm..pantas saja..."
"Segera kenalkan ayah dengan pria yang kau sukai Khanza...ayah sendiri yang akan menilainya dia baik untukmu atau tidak.."
sambung Hanafi.
"Ahh...ayah dan ibu ini sama saja....aku masih tak ingin menikah...biarkan jika Hafsah akan menikah...yang jelas aku masih ingin sendiri..aku ingin mengembangkan usaha ibu dulu.. baru nanti aku akan memikirkan itu..."
"Kau sudah cukup umur untuk menikah sayang...lagi pula berkarir setelah menikah tak apa bukan..."
bujuk Insha lagi.
"Aahh sudah lah bu....aku pergi dulu.."
Khanza menyahut tasnya, mencium tangan kedua orang tuanya lalu beranjak pergi dari meja makan.
"Kau mau kemana sayang..."
"Aku ingin melihat stok dan mengecek gudang pengiriman bu.."
teriak Khanza tanpa menoleh.
"Hmm...dasar anak ini memang sulit sekali di atur..."
kata Insha lirih.
"Sabarlah sayang...mungkin dia memang belum mempunyai keinginan untuk menikah di usianya yang sekarang..."
jawab Hanafi sambil menepuk bahu Insha.
Bersambung....
.
.
.
.
.
.
.
jangan lupa vote, coment, like dan hadiahnya ya biar author tambah semangat nulisnya.
Oh ya maaf ya novel ini mungkin akan slow up...dan mungkin hanya akan up 1 eps perharinya..selamat membaca....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments