Kedua mata Shella mungkin tidak akan terlepas dari sosok lelaki itu jika saja Christina tidak menepuk keras pundaknya. Sontak ia menjerit kaget, lalu memalingkan wajahnya dan menatap ke arah mata coklat milik sahabatnya dengan tajam.
"Yes, I knew it. Melihat dari cara kau menatapnya dengan mulut yang terbuka, kau pasti telah jatuh ke dalam pesonanya." Dengan percaya dirinya Christina mengucapkan kalimat itu. Mata coklatnya menyorotkan tatapan mengejek kepada Shella. "Oh my god, tebakanku benar-benar tepat," imbuhnya lagi.
Shella menjitak dahi sahabatnya, kemudian mengambil sebuah gelas yang berisi orange jus di atas meja. Diseruputnya minuman itu dengan cepat untuk melepaskan dahaga yang tiba-tiba menyerang tenggorokkannya. Ia hanya mengedikkan bahunya tidak peduli ketika sahabatnya memberikan tatapan tajam kepadanya.
God.....
Gadis itu kemudian terkekeh pelan seraya meletakkan kembali gelasnya di atas meja. Melihat wajah keruh Christina membuatnya tidak mampu menahan keinginan untuk meledakkan tawanya dengan keras.
"I am out. Aku mau kembali ke kelas dulu. Kalau kau masih ingin melihat lebih lama wajah lelaki itu, silahkan. Tapi jangan lupa untuk kembali ke kelas," tukas Shella, disusul dengan senyuman gelinya.
Christina lantas berdiri saat melihat sahabatnya mulai berjalan menjauh dari tempatnya. Ia langsung menyusun barang-barangnya yang berantakan di atas meja, kemudian melangkahkan kakinya dengan cepat, berusaha menyamai langkah kaki Shella.
"Teman macam apa kau ini, yang memilih untuk meninggalkan sahabatnya sendirian."
Shella memutar bola matanya tidak peduli. "You know me well Christina, aku tidak sepertimu yang sangat gila dengan pria-pria tampan."
"Astaga Shella, kau ini. Sebagai seorang sahabat, kau seharusnya-----"
Shella merogoh saku celananya, kemudian mengeluarkan sebuah headset untuk dipasang di telinganya. Gadis itu tidak tahu bagaimana caranya menghadapi Christina yang mulai kembali berceloteh, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk mendengarkan musik. Shella sangat malas meladeni perkataan sahabatnya yang bermata coklat itu.
Namun, karena tidak terlalu fokus dengan langkah kakinya, tanpa sengaja Shella menabrak seorang pria bertubuh besar yang sedang berjalan berlawanan arah darinya.
Tubuh mungilnya yang terkejut dan tidak mampu menahan berat badannya sendiri, refleks terjatuh ke lantai dalam sekejap.
Christina yang berada di belakangnya spontan berhenti melangkah dan memekik terkejut saat bokong sahabatnya beradu keras dengan lantai. Raut wajahnya tampak semakin terkejut lagi ketika melihat wajah pria yang menabrak Shella di depannya kini.
What?
Beberapa pasang mata tampak menoleh ke arah kejadian itu dan mulai berjalan mendekati mereka. Terlihat dari raut wajah mereka yang penasaran, sehingga tidak butuh waktu yang lama bagi orang-orang untuk membentuk lingkaran kecil di tempat kejadian itu.
"Sialan, sakit," umpat Shella setelah terduduk di lantai. Ia masih linglung dan belum sadar dengan keadaan sekelilingnya. Bokongnya terasa sangat sakit, membuatnya tidak mampu untuk berdiri tegak sendiri.
Setelah beberapa detik berlalu dalam keheningan, Shella akhirnya memutuskan untuk mengangkat kepalanya, hendak memaki habis-habisan orang sialan yang telah menabraknya. Apalagi orang itu hanya bergeming di tempatnya, tanpa berniat membantunya sedikit pun.
Ia sangat malu dan kesal sekarang.
Sepertinya sejak kemarin Shella terus dikejar oleh kesialan, mengingat kejadian-kejadian yang menimpanya tanpa henti hingga hari ini.
Mulut Shella yang tadinya hendak menyerocos segala umpatan langsung terdiam begitu melihat wajah pria itu. Ia tertegun sejenak, menatap orang di depannya dalam diam.
Apakah ini adalah sebuah kebetulan lagi? Ia tidak tahu ini hanyalah perasaannya atau bukan, tetapi menurutnya setelah kejadian malam itu, rasanya ia menjadi lebih sering bertemu dengan lelaki tersebut.
Ada apa sebenarnya?
"Kau tidak apa-apa?" Sebuah suara bariton menyentak kesadaran Shella. Ia masih menatap pemilik suara bariton itu dengan mata birunya, tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia juga mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan oleh orang di depannya ini.
Lelaki itu tampak memasukkan kedua tangannya di saku celana dengan santai, lalu menatap Shella dengan senyuman miring.
"Butuh bantuan?" tanyanya disertai dengan alis yang diangkat sebelah.
Gadis itu menarik napas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan. "Tidak perlu, pretty boy. I don't need your help."
Ia kemudian melirik ke arah Christina yang masih diam mematung menatap pria di depannya. "C'mon Christina. Help me."
Setelah akhirnya Shella berdiri tegak berkat bantuan sahabatnya, ia kembali menatap ke arah Zavier. Melihat raut wajahnya yang tanpa dosa, sepertinya pria itu tidak berniat untuk meminta maaf kepada Shella.
Baiklah kalau begitu.
"Ayo kita kembali ke kelas." Shella menarik lengan sahabatnya dengan kesal, lalu berjalan membelah lingkaran orang-orang di sekitar itu. Ia tidak memperdulikan tatapan-tatapan setiap mahasiswa yang dihujamkan pada dirinya.
"A very strong girl," komentar Zavier sembari menatap sosok gadis yang telah menghilang ditelan oleh ramainya orang.
Sudut mulutnya tertarik ke atas sedikit, membentuk sebuah seringaian yang samar. Tapi hanya beberapa detik setelah itu, ia kembali merubah raut wajahnya menjadi datar, agar orang-orang tidak menyadari ekspresinya tadi.
Lelaki itu melirik ke arah arlojinya yang telah menunjukkan pukul 9 pagi. Ia lalu menghela napas, mengingat kelas miliknya akan dimulai sebentar lagi.
****
"Shella, kau tahu hari ini kita sungguh beruntung. Menemui dua lelaki tampan di dalam kampus kita dalam waktu satu hari," celutuk Christina yang sedang duduk di samping Shella.
Mendengar perkataan sahabatnya, Shella refleks berdecak sebal. Apanya yang beruntung? Bokongnya sekarang terasa sangat sakit karena mencium lantai beberapa menit yang lalu.
Jika Christina menganggap hari ini adalah hari keberuntungan, maka menurut Shella hari ini adalah hari penuh kesialan. Menemui kedua saudara lelaki yang aneh itu, kemudian ditambah dengan hadiah ciuman dari lantai, membuat gadis itu menggelengkan kepala tidak percaya.
Memangnya ini sebuah kebetulan lagi?
"Ah ya, aku sungguh penasaran dengan dosen baru kita," ujar Christina, membuat Shella memalingkan wajahnya kembali.
"Dosen baru?" tanyanya. Ia belum tahu tentang berita ini.
"Kau tidak tahu?"
Shella menggelengkan kepalanya.
"Beberapa orang di kelas kita telah membicarakan hal itu. It is hot news if you want to know. Dan menurut perkataan mereka, dosen yang mengajari kita dulu sudah tidak bekerja lagi di kampus ini."
Mulut Shella hanya membentuk huruf O, menandai bahwa ia telah mengerti dengan perkataannya.
Tidak lama kemudian, derap langkah kaki milik seseorang terdengar memasuki ruangan itu. Setiap pasang mata lantas menoleh ke depan, begitu juga dengan Shella. Ia sedikit penasaran dengan dosen barunya itu.
"Selamat pagi semua." Suara bariton lelaki itu menyapa gendang telinga Shella. Ia merasa tidak asing dengan suara ini.
Tunggu dulu.... jangan bilang......
Mata Shella membulat tidak percaya dengan sosok yang sedang berdiri tegap di depan kelas. Mulutnya kembali menganga untuk yang kesekian kalinya.
Apa lagi kali ini? Kenapa lelaki itu yang menjadi dosen barunya?
30 April 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ayu Putri
jalan kok pakai kaki palsu y jelas nabrak terus
2020-12-16
0
Nur hikmah
zavier lgi........visualy ooh thooor
2020-10-19
0
Rose Kanam
hahahaha dosen baru,tukang sampah ganteng
2020-09-06
1