Darah Shella berdesir cepat, sedangkan jantungnya kembali memompa dengan gila, membuatnya langsung tersadar pada kenyataan. Ia mendorong dada bidang Zavier dengan kuat hingga sedikit terpental. Dan pada gerakan terakhir, ia langsung menjambak rambut berwarna coklat milik pria itu.
Bibir Zavier yang tadinya hampir mengenai bibir Shella tidak terjadi karena kepala Zavier yang tiba-tiba tersentak kebelakang.
"Sialan kau wanita gila," erang Zavier saat merasakan jambakan di rambutnya. Pria itu semakin menjerit histeris begitu Shella menambah kekuatan jambakkannya.
"Apanya yang gila? Kau ingin melakukan apa tadi? Tidak sopan sekali!" bentak Shella keras. Ia menggerakan tangannya yang masih menjambak rambut pria itu, membuatnya harus berdiri dari kursi dan mengikuti dimana arah Shella menjambaknya.
"Stop it." Zavier menjerit dan berusaha melepaskan tangan gadis tersebut. Shella mendengar itu, namun ia tidak memiliki rasa kasihan sedikit pun. Ia melepaskan jambakkannya dengan kuat, membuat pria itu langsung terjengkang ke belakang. Beberapa helai rambut miliknya tampak rontok dan terjatuh di atas lantai.
Seketika, bokong pria itu mencium lantai hingga merasakan sakit yang luar biasa dan menjalar menuju ke arah tubuh lain. Rasa panas dan sakit berpadu menjadi satu, diiringi dengan suara erangan yang terdengar.
"Apa kau memiliki niat untuk membunuhku di sini?" erangnya sembari mengusap-usap bokongnya. Sakit.
Mata biru Shella sontak berubah menjadi kilatan marah. "TIDAK, bukan hanya membunuhmu. Rasanya aku juga ingin membakarmu dan memotongmu menjadi serpihan kecil, lalu melemparkannya ke laut agar dimakan oleh ikan hiu. Setelah itu, pergilah ke neraka dan membusuklah di sana! Akulah orang yang pertama kali bersyukur dengan penderitaanmu nanti!" seru Shella sembari mengacungkan jari telunjuknya, pertanda bahwa saat ini ia sedang serius dengan perkataannya.
Oh god.
Ucapan itu langsung membuat Zavier terdiam, buktinya tidak terdengar lagi erangan-erangan yang dikeluarkannya. Ia menatap gadis itu dengan horor, sementara seluruh bulu kuduknya mulai meremang-remang hebat. Ia berusaha untuk berdiri, namun sakit yang menjalar di bokongnya membuat pria itu kembali jatuh terduduk.
"Apa kau adalah seorang manusia atau neraka iblis?" celutuknya tanpa sadar.
Shella terkesiap dan melotot tidak percaya ke arah Zavier. Seringaian yang tadinya tercetak di wajah cantiknya langsung berubah menjadi melongo marah. "APA KAU BILANG? KAU INGIN MENCARI MATI DENGANKU?"
Zavier berjengit kaget. "Ti..tidak. Maksudku---" belum sempat pria itu menyelesaikan perkataannya, Shella langsung memotong dengan cepat.
"JANGAN BANYAK ALASAN! KE SINI KAU, AKU AKAN MEMPERLIHATKAN BAGAIMANA CARANYA AKU MEMBUNUH SEORANG PRIA BRENGSEK SEPERTIMU!" bentaknya.
Suara gadis itu terdengar menggema di seluruh penjuru ruangan, membuat Zavier spontan terkesiap dan segera menutup kedua telinganya.
Hell... This girl is out of her mind.
Gadis itu bergerak turun dari ranjangnya, membuat Zavier langsung siap siaga. Tubuh mungil tersebut hanya dibalut dengan pakaian pasien berwarna putih, ciri-ciri khas rumah sakit. Tetapi sebaliknya dengan Zavier, lelaki itu tampak mengenakan kaos berwarna putih. Dia sedikit tidak nyaman memakai pakaian penjara seperti itu, sehingga Zavier mengganti bajunya walau harus sedikit mengancam para dokter yang merawatnya.
Geez..
Shella berjongkok di depan Zavier, membuat pria itu bertatapan dengan mata birunya yang penuh amarah.
It's seem not good....
Shella memiringkan kepalanya, lalu tangannya langsung menarik telinga pria itu dengan amarah yang meletup-letup. Sontak Zavier mengalihkan pandangannya dari wajah cantik itu dan memekik kesakitan.
Wait, wait wait... What are you talking about Zavier? Itu adalah wajah seorang wanita iblis neraka, bukan wajah wanita cantik dan seksi seperti yang ada di dalam majalah.
"You are such a crazy woman that I ever meet," teriaknya menahan sakit.
What?
Lahar api di kepalanya mulai mengalir dan semakin meletup-letup mendengar perkataan itu. Shella menggeram murka, kemudian menarik telinga yang hampir memerah itu di hadapan bibirnya. "YOU ARE THE CRAZY BOY THAT I EVER MEET. YOU SUCH AN IDIOT AND THE STUPID BOY," bentaknya di depan telinga kanan Zavier.
Pria itu meringis dan berusaha mengusap telinganya, namun dicegah oleh Shella yang kembali menarik alat pendengarannya. Belum sempat Zavier menghentikan dengungan tadi di dalam gendang telinganyanya, gadis itu berteriak lagi dengan keras, hingga rasanya ludah Shella sedikit memuncrat di depan wajahnya.
"ASAL KAU TAHU, AKU TIDAK SEGAN-SEGAN MEMOTONG LIDAHMU JIKA KAU MENGATAKAN AKU GILA UNTUK SEKALI LAGI."
Setelah menyelesaikan bentakkannya, ia langsung melepaskan telinga itu. Shella hanya menatap penuh kemenangan ketika melihat Zavier yang mengusap-usap telinganya yang memerah sembari meringis kesakitan.
Shella bangkit dan berjalan menuju ke arah ranjang. Ia duduk di atas kasur itu dengan mata yang masih tidak terlepas dari Zavier.
Selama beberapa saat, pria itu samar-samar masih dapat merasakan bekas dengungan teriakan dari Shella. Hal yang membuatnya sangat tidak nyaman, ditambah lagi tatapan tajam dari Shella yang dihujamkan ke dirinya.
Sepertinya ia akan menjadi tuli dalam waktu yang dekat.
"Jangan menatapku seperti itu, kau tampak seperti monste---" Zavier menghentikan kalimatnya ketika kilatan mata gadis itu berubah menjadi tatapan marah. Ia meneguk salivanya susah. "Maksudku, kau tampak seperti wanita cantik. Tapi lebih cantik lagi jika kau menampilkan senyumanmu," ralatnya dengan cepat.
Zavier menghela napas lega ketika melihat gadis itu yang hanya memalingkan wajahnya tidak peduli. Ia lalu berusaha untuk berdiri setelah tidak merasakan rasa panas di bokongnya lagi.
Ia berjalan sedikit terseok-seok menuju ke arah pintu keluar. Matanya melirik Shella, namun perempuan itu malah membaca buku yang sepertinya diambil dari meja kecil sampingnya.
Oh my godness.
"Beruntungnya kau adalah pacarku. Jika tidak, maka sudah kupastikan tanganmu tidak akan berada di tempatnya sekarang karena telah melakukan pelecehan terhadapku," celutuk pria itu tanpa sadar.
Shella yang tadinya membaca buku itu dengan serius refleks menoleh dan menganga lebar. "APA MAKSUDMU? KAU BARUSAN MENGATAKAN BAHWA AKU TELAH MENYELECEHKANMU?" jeritnya histeris. Apa-apaan maksud lelaki ini?
"Jika bukan pelecehan, jadi namanya apa? Pemerkosaan? Apa tadi kau tidak sadar bahwa sedari tadi kau terus memegangi tubuhku?" celutuknya lagi tidak peduli. Namun ia langsung menutup mulutnya ketika mulutnya kembali berulah. Mata gadis itu memicing tajam, membuatnya langsung tersenyum kikuk.
God, kill me now.
"Sejak kapan jambakan dan jeweran tadi menjadi sebuah pemerkosaan? Bukankah kau tadi yang ingin memerkosa mulutku yang masih suci ini?" erang Shella kesal, meralat ucapan pria ini yang sama sekali tidak ada benarnya.
Zavier melotot tidak terima. Ia hendak membalas ucapan Shella, tetapi tidak terjadi karena teriakan yang tiba-tiba menggelegar di ruangan putih ini.
"KAU KELUAR SEKARANG. AKU SUDAH SANGAT MUAK DENGANMU, DAN JANGAN LUPA BAHWA PADA FAKTANYA AKU BUKAN PACARMU. INGAT ITU BAIK-BAIK ZAVIER TUNRNER."
Pria itu dengan cepat langsung melesat pergi sembari menutup telinga. Ia benar-benar akan menjadi tuli jika menetap lebih lama di dalam ruangan yang sama dengan gadis itu. Poor, sepertinya ia memang harus pergi mengecek kedua telinganya agar menjauh dari yang namanya 'tuli'.
Gadis itu sudah gila rupanya. Apa otaknya menjadi miring hanya karena demam?
Namun jika ia tidak salah dengar tadi, benarkah gadis itu menyebut nama lengkapnya dengan benar?
30 April 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Andriyani Susanti
mafia bucin
2020-10-16
2
Niiena Ismntoha Mamae Mirza
gemes bgt pasangan absurb
2020-07-23
1