Shella menoleh ke asal suara, lalu menatap datar ke arah pria itu. "Apa?" tanya Shella dengan nada sedingin malam. Bagaimana pria itu bisa berada di sini?
Ia hanya ingin mengistirahatkan pikirannya yang dipenuhi masalah, tetapi salah satu masalah yang sedang ingin di hindarinya malah muncul di hadapannya kini.
Sesaat, pria dengan hidung yang sedikit mancung itu menjadi bingung ketika merasakan nada dingin yang keluar dari mulut Shella. Ia lantas duduk di samping Shella. "Ada apa denganmu?" tanyanya.
Gadis itu tersenyum sinis, kemudian memalingkan wajahnya, tidak mau menatap lelaki itu lebih lama.
"Aku? Baik-baik saja," desis Shella.
Perasaan bingung semakin melanda lelaki tersebut. Walau Shella mengatakan baik-baik saja, tetapi nada yang tersirat dalam kalimat itu mengatakan yang sebaliknya. Apa Shellanya sedang terjerat dalam suatu masalah?
"Apa kau yakin?" Mengangkat satu alisnya, pria itu menatap Shella.
Shella meremas ujung roknya, berusaha menetralkan rasa marahnya yang sudah berada di tingkat terakhir. Entah kenapa, ia merasakan kemarahannya langsung naik ke puncak saat pertanyaan Aron kembali muncul.
"SUDAH KUKATAKAN BUKAN, AKU TIDAK APA-APA ARON," bentak Shella. Astaga, ia sudah sangat tidak tahan lagi sekarang.
Bayangan kemarin kembali berputar di dalam benaknya. Air matanya mulai mendesak keluar, merasakan pisau tak kasat mata itu juga menusuk ke jantungnya. Tetapi, ia masih berusaha untuk menahan air matanya, tidak ingin menampilkan sikap lemahnya di depan jerk ini.
Aron sedikit tersentak ke belakang. Ia terkejut. Baru pertama kali pria itu merasakan bentakan dari pacarnya ini. Biasanya Shella selalu mengucapkan kata-kata yang lembut, bukan nada yang seperti tersirat kebencian seperti tadi.
Apa dia ada berbuat salah hingga Shella membentaknya seperti tadi?
Napas Shella terengah-engah setelah mengeluarkan sebagian tenaganya. Ia juga menepis kasar tangan Aron yang hendak memegang lengannya.
"Jangan memegangiku," desis Shella. Gadis itu bangkit dari tempat duduknya, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan pria itu sendirian. Ia sudah tidak bisa menahan diri untuk menghajar wajah brengsek itu.
Tidak menyerah, Aron juga ikut bangkit dari tempat duduknya dan mengejar Shella. Kelakuan pacarnya itu membuatnya menjadi bingung. Jika ada masalah, seharusnya Shella mengatakannya, bukan malah membuatnya menjadi bingung seperti ini.
Pria itu berhasil memegangi lengan Shella, kemudian dibalikannya tubuh Shella dengan cepat agar dapat menghadap ke arahnya.
"Kubilang jangan memegangiku." Dalam sekali hentakan kuat, lengan Shella dengan mudahnya terlepas dari tangan Aron.
Shella menatap tajam ke arah pria itu, membuat Aron semakin menatapnya bingung.
"Mulai detik ini, kita putus," ucap Shella lantang. Gadis itu tidak peduli dengan tatapan terkejut dari Aron, ucapannya telah tidak bisa di ubah lagi.
"Kenapa?" Satu pertanyaan itu muncul dari mulut Aron. Ia terkejut, sangat terkejut. Dimana letak kesalahannya?
Tidak mungkin pacar yang dicintai sepenuh hatinya tiba-tiba meminta putus. Setahunya, perasaan Shella terhadap dirinya juga sama besar dengan cintanya. So, It is impossible.
Ia tidak mau semua ini game over. Ini pasti terjadi salah paham di antara mereka berdua.
Ya, pasti.
Namun, tanpa disangka oleh Aron, Shella mengatakan hal yang langsung menghancurkan dirinya menjadi abu saat itu juga.
"Karena aku membenci dirimu."
Kalimat itu simpel, tetapi dapat mengubah seluruh hidup Aron mulai detik ini juga.
Aron tersenyum kecut, mungkin pendengarannya hanya sedikit bermasalah saat ini. Atau mungkin ia sedang berilusi sekarang. "Tidak mungkin. Kau tahu aku mencintaimu, begitu pun dengan dirimu."
Tatapan tajam Shella berubah menjadi tatapan sinis. Ternyata, mantan pacarnya ini sedang berusaha mengelak apa yang diucapkannya tadi.
Gadis itu tidak ingin repot-repot membalas perkataan Aron yang sangat tidak bermutu, walau ucapan itu mampu mempengaruhi hatinya sedikit.
Ya, hanya sedikit.
Saat Shella hendak berjalan meninggalkan Aron, tiba-tiba suara bariton lain masuk ke dalam telinganya. Pemilik suara yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu.
"Hei, Shella," sapa Zavier. Ia sama sekali tidak peduli dengan suasana dingin yang mencengkam di antara Shella dan pria ini.
Zavier dengan langkah wibawanya berjalan mendekati Shella, menghiraukan tatapan permusuhan Aron yang ditujukan padanya.
Ternyata, usaha untuk datang ke tempat ini tidak sia-sia, karena nyatanya Zavier dapat bertemu dengan Shella.
"Siapa dia?" tanya Aron dengan nada yang tiba-tiba menjadi datar. Di lubuk hatinya yang paling dalam, pria itu dapat merasakan rasa cemburu dan benci untuk Zavier.
Dari semua lelaki yang lumayan dekat dengan Shella, Aron tidak pernah bertemu dengan pria ini. Baru pertama kali, ia melihat wajah pria yang penuh misteri itu.
"Ah, dia pacarku. Kenapa?" ujar Shella spontan.
Sejenak, otak Shella tiba-tiba berputar dengan cepat. Ia tidak mampu untuk melarang kata-kata yang keluar dari mulutnya dengan mudah. Itu terjadi secara tidak sengaja, bahkan Shella belum sempat sadar dengan apa yang baru saja diucapkannya.
30 April 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
indah asyifa
maksutnya gimana sih,,,, apa iya sebenarnya mrk salah faham😕klo beneran kasian aron
2022-01-03
0
Ayu Putri
si stela lw ngomong ma zavier nricos gk mau kalah tp ma Aron pacar yg udh km knal mlh sok- sok an..
2020-12-16
0
Nur hikmah
haaaaaaa Xavier dtng tiba2...aneh
2020-10-18
3