"Astaga Shella, kenapa kau baru pulang sekarang?" pekik Clara histeris. "Dan kenapa dengan wajahmu itu?"
Clara terkejut ketika mendapati adiknya sedang berdiri di depan rumah dengan penampilan yang berantakan dan wajah sepucat mayat. Hell, apa yang telah dilakukan oleh adiknya ini? Rambutnya juga terlihat sangat kusut dan basah.
"Kak, biarkan aku masuk dulu. Aku sudah sangat kedinginan sekarang," ujar Shella sembari menggosok-gosokkan kedua tangannya. Berharap mendapatkan kehangatan walaupun hanya sedikit.
Clara yang tadinya berdiri di depan pintu spontan bergeser ke kiri, mempersilahkan adiknya masuk.
Shella langsung masuk ke dalam rumah dan duduk di atas sofa, tidak peduli apakah sofa itu akan menjadi basah dibuatnya. Ia menyandarkan kepalanya yang terasa pusing, lalu memejamkan kedua matanya.
Shella berharap setelah ini, dia tidak akan sakit berat akibat terkena air hujan.
"Hei, kenapa kau tidak menjawab teleponku?" tanya Clara yang ternyata sudah duduk di samping Shella. Ia memberikan Shella sebuah handuk untuk membersihkan sisa-sisa air hujan yang melekat pada tubuhnya.
Shella membuka mata, kemudian tangannya meraih handuk yang diberi oleh kakaknya. Perempuan itu bukannya mengeringkan tubuhnya, tetapi malah menutupi tubuhnya seakan-akan itu adalah selimut yang hangat.
"Ponselku ketinggalan di kamar tadi," ujar Shella dengan mata yang kembali terpejam.
Clara mengerutkan dahinya kesal ketika melihat kelakuan adiknya ini. Dengan sengaja, Clara menarik handuk itu kemudian dilemparkannya ke wajah Shella.
"Apaan sih, Kak," sungut Shella kesal. Dia kembali mengambil handuk itu lalu menatap sang kakak dengan tatapan kesal. Apa maksud kakaknya coba?
Clara menjitak dahi Shella dengan keras hingga membuatnya sedikit mengaduh pelan. "Cepat pergi mandi. Kau tahu, tubuhmu ini sangat kotor. Dasar anak nakal."
Shella memberengut kesal. Well, sebenarnya dia sangat malas untuk bergerak dan membersihkan diri.
"Baik, Kakak," ucap Shella dengan nada yang semanis mungkin, padahal hatinya sudah terasa sangat dongkol sekarang.
****
Shella sedang mengeringkan rambutnya yang baru dicuci tadi. Jika saja dia tidak terkena air hujan, maka ia tidak akan repot-repot untuk mencuci rambutnya. Apalagi di tengah malam begini membuatnya sedikit kedinginan walau sudah bermandikan air hangat.
Shella kemudian berjalan menuju ke arah dapur. Dilihatnya Clara sedang duduk di kursi makan dengan mata yang terfokus pada ponselnya. Di meja makan itu terdapat segelas susu coklat hangat yang disediakan untuknya.
Perempuan itu langsung saja duduk di kursi makan dengan tangan yang meraih segelas susu itu. Kemudian, diminumnya dengan cepat hingga gelas itu habis tidak bersisa.
Setelah itu, ia kembali meletakkan gelas itu di atas meja dan berjalan pergi meninggalkan kakaknya yang masih saja serius menatap ponselnya.
"Kak, aku pergi ke kamar dulu. Good night," pekik Shella yang sudah berada di ujung tangga.
"Iya, iya. Good night too," ujar Clara dengan mata yang masih tidak tergeser dari ponselnya sedikit pun.
Shella hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika melihat kelakuan kakaknya. Gosh, sebenarnya apa yang dilihat oleh kakaknya ini? Entah kenapa kakaknya itu tersenyum-senyum sendiri sembari melihat ke arah ponselnya.
It's crazy.
Sesampainya di kamar, Shella menatap dirinya sendiri di depan meja rias miliknya. Astaga, wajahnya memang terlihat sangat menyedihkan. Pantas saja tadi sewaktu dia sampai di rumah, kakaknya itu sangat histeris mendapati dirinya yang berantakan.
Shella memegangi matanya yang membengkak, lalu melihat ke arah hidungnya yang memerah. Ia mendesah berat.
Tangannya meraih hair dryer dari laci untuk mengeringkan rambut basahnya. Dia sendiri sungguh merasa kasihan dengan wajahnya sendiri.
Sembari menghidupkan alat pengering itu, Shella menatap kosong ke cermin, tetapi otaknya telah berkelana menjelajahi ke luar sana.
Well, semua ini sebenarnya berawal dari sahabatnya yang mengirimkan sebuah foto untuknya. Gambar itulah yang membuatnya kacau seperti ini sekarang.
Saat itu, ia sedang berjalan terburu-buru di salah satu pusat mall yang terkenal di kotanya.
Westfield Century City.
Shella ingin membuktikan keaslian foto yang dikirim oleh sahabatnya beberapa waktu yang lalu. Menurut perkataan temannya itu, pacarnya sedang bersama perempuan lain di mall ini.
Shella bisa saja tidak mempercayai perkataannya, tetapi gambar yang dijepret dan dikirimkan untuknya membuat dunianya seakan terbalik saat itu juga.
Hatinya seperti diremas-remas dan dihancurkan dari dalam. Dia sangat berharap apa yang dikatakan dan difoto itu adalah hal yang salah. Mungkin saja temannya itu salah mengenal orang, atau salah melihat. Tapi tidak juga, Shella sangat mengenal orang yang berada di foto itu.
No, just be postive thinking Shella.
Lalu, langkahnya perlahan berhenti ketika ia melihat sesuatu. Apa yang diharapkannya ternyata tidak tercapai. Shella mengepalkan kedua tangannya, sementara air matanya sudah berlomba untuk menyeruak keluar dari dalam.
Sial, dia sangat tidak menyukai apa yang terjadi hari ini, ralat, sangat membencinya.
Shella tertawa pahit, ternyata begini kenyataannya. Ia menggelengkan kepalanya pelan, lalu melihat ke arah pacarnya. Hah, ini memang bukan imajinasinya.
Selain keluarganya yang dipercayai, ia juga sangat mempercayai pacarnya itu. Tetapi sekarang, kepercayaan itu telah menghilang dan terpecah belah.
Melihat pacarnya yang sibuk dengan perempuannya hingga tidak mengetahui keberadaannya, Shella perlahan menjauhi tempat itu. Ia seperti menelan balok pahit di tenggorokannya.
Seperti pengecut, Shella berlari ke taman. Well, mungkin dia bisa tenang saat berada di sana.
"Shella, apa yang sedang kau pikirkan?"
Tiba-tiba, suara kakak kesayangannya menerobos masuk ke dalam pikirannya. Seakan ditarik ke dunia nyata, Shella terkejut setengah mati.
"Apa yang kakak lakukan di sini?" teriak Shella terkejut.
Clara menghela napas, kemudian tangannya mengambil alat pengering yang dipakai oleh adiknya. "Sepertinya kau ingin membuat rambutmu menjadi gosong, ya?"
Shella spontan meraba-raba rambutnya, kemudian tersenyum kecil. Ternyata rambutnya sudah kering sejak tadi.
"Aku sedari tadi memanggilmu, tetapi kenapa kau tidak menjawabnya. Apa kau sedang ada masalah?" tanya Clara sembari menaikkan satu alisnya.
Shella menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Clara. "Tidak kok, Kak. Kenapa?"
Clara menatap adiknya dengan tatapan tidak percaya, seakan-akan Shella berbohong kepadanya. Dia sebenarnya ingin menanyakan beberapa hal lagi, tetapi mengingat jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Clara membatalkan niatnya.
"Baiklah, tetapi kuharap besok kau akan menjelaskan semuanya kepadaku," titah Clara tanpa bisa dibantah.
Shella menghembuskan napasnya, kemudian mengiyakan perintah kakaknya dengan terpaksa.
Menyebalkan sekali.
"Kalau begitu, sebaiknya kau tidur sekarang," titah kakaknya lagi.
"Iya, kakak yang cerewet. Adik kesayanganmu ini akan tidur sekarang."
Clara mendelik tajam mendengar perkataan adiknya, membuat Shella terkekeh geli melihatnya.
"Kalau begitu. Aku akan keluar sekarang."
Setelah kakaknya keluar dari kamar, Shella kembali mengembuskan napasnya dengan berat. Haruskah ia memberi tahu kakaknya tentang hal ini? Pikirannya masih dilanda dengan rasa bingung dan bimbang.
Gadis itu melemparkan dirinya di atas kasur ketika tidak menemukan jalan keluar dari semua ini. Astaga, mungkin besok dia baru akan memikirkannya.
Huh, It's a very tired day.
30 April 2020😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
VIDAYA
suka ceritanya😍
2021-05-11
0
Dha
kemudian diminumnya dengan cepat hingga gelas itu habis tidak tersisa,setelah itu,ia meletakan gelas itu diatas meja....maap nie ya kaka aku pen ngakak astagfirullahh
2020-11-24
10
Aji Saputra Aji Saputra
Lanjut
2020-10-23
3