Christian mengangkat bahunya acuh, lalu menaruh kakinya di atas sofa.
"Kakak ada masalah apa dengan perempuan itu?" tanya Christian dengan mata yang berbinar.
Zavier berdecih dalam hati, melihat bagaimana kekanak-kanakan adik satunya itu.
Padahal Christian sudah berumur 24 tahun, tetapi sikapnya masih saja sama seperti anak-anak yang berumur 6 tahun.
Kelakuannya itu sangat tidak mencerminkan seorang lelaki yang telah berada di usia matang. Wajah dan badannya saja yang terlihat tua, tidak dengan sikapnya itu.
"Apa pedulimu?" ketus Zavier. Ia mendengus keras lalu membolak-balikan kertas dokumen yang berada di atas mejanya.
Merasa Zavier sudah tidak lagi memarahinya, ia kembali merengek keras. "Oh, ayolah. Aku sangat penasaran." Christian membaringkan tubuhnya sembari memeluk bantal yang berada di sofa dengan nyaman.
Dasar adik kepo.
"Tidak usah ikut campur. Dan, kau lebih baik keluar sekarang sebelum aku yang menendangmu bokongmu dari sini."
Mendengar itu, Christian langsung memayunkan bibirnya ke depan, kesal dengan tingkah sang kakak.
Sikap Zavier dengan adiknya itu memang sangat berbanding terbalik. Kakaknya selalu melakukan sesuatu dengan hati-hati, disiplin, mandiri dan bertanggung jawab. Tidak dengan adiknya yang hanya dipenuhi dengan sikap kekanak-kanakan, terlalu aktif, dan manja.
It's very different.
Belum juga menyerah, Christian kembali mencoba merayu kakaknya. "Ayolah." rengeknya.
"No no no. Sekarang cepat keluar dari ruangan kerjaku. Kau sangat mengganggu pekerjaanku."
Christian memutar kedua bola matanya, lalu mendengus kesal. "Kerja apa emangnya? Dari tadi kau terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Dasar pembohong."
Zavier menggertakan giginya. Tanpa berpikir dua kali, tangannya langsung meraih ponsel yang berada di atas meja, kemudian dilemparkannya ke arah Christian dengan cepat.
Oh, ternyata adiknya sudah memperhatikan kegiatannya sejak tadi.
Tidak bisakah adiknya merubah sikap keponya itu? Sedikit saja juga tidak apa-apa.
Christian mengaduh kesakitan saat benda pipih yang mahal itu mendarat dengan sempurna di kepalanya, kemudian mendarat lagi dengan selamat di atas bantal yang sedang dipeluknya itu.
Beruntungnya benda itu tidak jatuh ke lantai dan hancur menjadi berkeping-keping. Jika iya, maka habislah nyawa Christian karena disuruh untuk menggantikan ponsel Zavier.
Pernah sekali dulu, sewaktu ia ketahuan Zavier karena tanpa sengaja membuang dokumennya yang penting, Christian langsung dilempari dengan ponsel sang kakak. Ia masih ingat kejadian itu. Zavier dengan kejam menuruhnya untuk mencari dokumen itu sampai dapat kembali.
Astaga, kakaknya tidak tahu bagaimana rasanya berlama-lama di tempat pembuangan sampah, hanya demi kertas pembawa sialan. Bukan hanya itu, ia juga disuruh beli kembali ponsel Zavier karena telah rusak.
Oh my godness.
"Sakit. Kakak sangat jahat, jahat, jahat."
Hell yeah.... Ingin rasanya Zavier menghantamkan kepala Christian ke tembok sekarang juga.
"Jangan ribut dan keluar dari ruanganku sekarang." Ia meninggikan nada bicaranya. Diarahkannya jari telunjuk ke arah pintu keluar, menandakan bahwa kekesalannya telah meradang hingga ke puncak.
Tetapi bukannya keluar, Christian malah dengan santainya berdiri dan berjalan ke tempat kakaknya.
What the.......
Zavier bisa merasakan jika sekarang kepalanya sudah semakin berasap, sedangkan matanya terus menatap tajam ke arah adiknya itu.
"Keluar," bentaknya pada akhirnya.
Christian lantas bergidik ngeri dan menatap kakaknya horor. Tapi, di detik selanjutnya ia malah menjulurkan setengah lidahnya keluar dari mulut.
Just take that dude.
"Aku tahu siapa dia." Christian mengatakan kalimat itu di hadapan Zavier.
Holly shit....
Adiknya benar-benar sialan. Dia hanya menganggap bentakannya tadi sebagai angin yang berlalu.
God, adiknya benar-benar cerewet seperti seorang perempuan.
"Aku tidak tanya."
Christian menaik-turunkan kedua alisnya secara bergantian, lalu menarik kursi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri untuk diduduki. "Dia gadis yang waktu itu, kan? Kau tahu, malam kemarin itu."
Zavier menghembuskan napasnya keras. "Jadi kenapa? Itu bukan masalahmu."
Adiknya mengerutkan dahi. "Karena aku yang duluan berbicara dengan perempuan itu, maka aku harus tahu masalah kakak dengannya," ujar Christian, berusaha mengorek informasi sedalam-dalamnya.
Hah?
What?
Zavier meremas-remas pulpennya, berharap benda itu akan patah sekarang juga. "Jangan mengatakan hal itu lagi. Dan, aku masih belum memaafkan kelakuan kemarinmu itu."
Christian memutar bola matanya sebal. Apa Zavier memang harus mengatakan hal itu berulang kali?
"Ya ya ya, aku tahu."
Hanya gara-gara ia pergi ke club bersama teman dan lupa mengatakannya kepada Zavier, ia dihukum tidak boleh keluar rumah tanpa izin.
Keterlaluan...
Two middle finger for you, Zavier.
"Baguslah kalau begitu, kau boleh keluar dari ruanganku sekarang."
Christian menghela napas panjang, lalu melirik sekilas ke arah kakaknya. Ia bangkit dari tempat duduknya dengan tidak semangat dan akhirnya melangkah keluar dari ruangan.
Ah, syukurlah.
30 April 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Afhrrr25
good💙💙aku maw vote tapi akublum Dapat poin😔😔
2020-06-29
1