Zavier merapikan dasinya yang sedikit berantakan seraya mengelus-elus telinganya yang tampak semakin memerah seperti kepiting rebus. Rambutnya terlihat teracak-acak akibat jambakan dari gadis itu beberapa waktu yang lalu.
Damn it!
Kewibawaannya sekarang telah menghilang akibat penampilan yang kusut. Ia melangkahkan kakinya dengan sebal di lorong putih itu bersama dengan beberapa anak buahnya, hingga menimbulkan suara derap langkah kaki yang berirama.
Sialan, perempuan itu benar-benar membuat harga dirinya kembali hancur di depan mata anak buahnya.
Ini tidak bisa dibiarkan...
"Sir, ada apa dengan telinga Anda?" tanya seorang anak buahnya yang sedang berdiri di samping dan mengikuti langkah kakinya. Sepertinya orang itu telah menyadari bagaimana kusutnya wajah Sang Bos sejak keluar dari ruangan.
Zavier menoleh, lalu menghujamkan tatapan tajam ke arah pria itu.
Mengapa anak buahnya sekarang menjadi sangat tidak sopan sekali? Apa tidak cukup harga dirinya tadi telah dijatuhkan?
"Kau ingin mati?" tanyanya dengan nada yang rendah. Zavier berhenti berjalan dan memicing ke arah anak buahnya, membuat pria itu sedikit gelagapan.
"Ti..tidak Sir, maafkan saya."
Mendengar itu, Zavier hanya mendengus kesal. Ia kembali berjalan menuju ke ruangannya yang berada di paling sudut. Beberapa pasien tampak memenuhi setiap sudut lorong, hingga membuatnya harus menelan balok kekesalan karena ia sangat tidak menyukai suasana yang ramai.
Ini membuat moodnya semakin memburuk.
Tidak butuh waktu yang lama, Bodyguard yang berada di depan pintu secara otomatis membuka pintu untuk Zavier ketika melihat bosnya telah kembali. Mereka membungkuk hormat yang hanya dibalas oleh Zavier dengan wajah yang tidak peduli.
"Rambut Anda terlihat berantakan sekali, Tuan," ujar salah seorang pria yang berjaga di depan pintu. Hal itu refleks membuat Zavier berhenti di ambang pintu dan menoleh tajam kembali.
Sepertinya hari ini semua orang terdekatnya menjadi sangat menjengkelkan sekali. Apa mereka semua bekerja sama untuk menghabisi dirinya hari ini?
"Maksudmu apa? Jika kau tidak ingin bekerja lagi, maka katakan padaku sehingga aku akan langsung memecatmu pada detik ini juga," tuturnya dengan nada dingin.
Sesaat, raut bingung terpampang di wajah bawahannya, namun dikesampingkannya dengan cepat. Pria itu lantas menunduk hormat. "Saya tidak bermaksud untuk begitu Tuan. Sa..saya minta maaf."
Zavier hanya mendengus jengkel. Ia kemudian berjalan melewati bawahannya dan melangkah memasuki ruangan. Pria itu duduk di atas sofa dengan mengibaskan tangan kanannya, menyuruh salah satu bawahannya untuk segera mendekat ke arahnya.
"Apa pelaku yang kabur itu sudah ditangkap?" tanyanya meminta informasi.
"Sudah, Tuan. Dan saat ini ia sedang di proses di dalam kantor polisi."
"Baguslah kalau begitu." Zavier menghela napas lega. Namun kelegaannya berhenti sampai di situ, karena perkataan berikut yang dilontarkan oleh bawahannya membuatnya langsung menegakkan tubuh.
"Tapi Tuan, masih ada satu berita buruk lagi yang belum Anda ketahui."
Zavier lantas memicing tajam dan menyatukan kedua alisnya. "Apa?"
"Pria yang kita lepaskan kemarin ternyata sudah di bunuh dan meninggal beberapa jam yang lalu," jelasnya dengan hati-hati.
Zavier mendelik sebentar, kemudian bertanya dengan nada dingin, "bagaimana itu bisa terjadi?"
"Menurut para polisi, sepertinya orang itu meninggal akibat tembakan peluru saat sedang berbelanja di salah satu supermarket. Entah dari mana asal tembakan itu, tetapi yang pasti penembak tersebut telah sangat profesional dalam hal ini melihat betapa akuratnya benda itu menembus tepat ke dalam jantungnya."
Mendengar itu, Zavier tanpa sadar memijit tulang hidungnya dengan frustasi. Otaknya memutar cepat, berusaha menerka-nerka siapa sebenarnya musuhnya kali ini. Ia memejamkan matanya sejenak, mengingat apapun yang mungkin masih bisa diingatnya.
Untuk pertama kalinya, kenapa semua ini terasa menjadi sangat aneh menurutnya?
Dimulai dari pria yang disekapnya kemarin berusaha untuk membakar seluruh pabrik gelapnya, tetapi tidak terjadi karena dicegah oleh para bawahannya yang kebetulan melihat kejadian itu. Lalu ia mengaku sebagai korban yang diancam untuk melakukan hal tersebut dengan terpaksa. Kemudian hari ini, bahkan belum sampai 24 jam, orang itu dinyatakan telah meninggal di dalam tangan orang lain.
"Tuan." Bawahannya kembali bersuara, memecahkan keheningan yang sempat melanda ruangan itu. "Menurut saya, mungkin saja penembak itu adalah seorang sniper."
Zavier sontak mengangkat wajahnya yang sedari tadi ia benamkan di bawah tangan. Ya, betul juga. Kenapa ia tidak berpikir hingga sampai di sana?
"Dan menurut pemikiran saya Tuan, sepertinya pelaku yang membunuh pria itu merupakan orang yang sama dengan yang mengancamnya. Bukankah begitu?" tuturnya, mengeluarkan semua hasil pemikiran yang ia peroleh tadi.
"Bagaimana kau bisa mengatakan seperti itu?"
"Seperti yang kemarin pria itu katakan, keluarganya akan berada dalam bahaya jika ia tidak menjalankan perintahnya bukan? Dan karena kemarin ia telah gagal, mungkin saja orang itu telah menganggapnya tidak berguna sehingga membunuhnya hari ini. Tetapi, saya juga tidak yakin dengan pemikiran saya, Tuan," jelasnya panjang lebar yang membuat Zavier berpikir sejenak.
"Ya, mungkin perkataan kau ada 50% benarnya dan 50% salahnya."
30 April 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Niiena Ismntoha Mamae Mirza
yah emang penembak jitu itu ya Sniper nak
2020-07-23
2