Semua orang melongo. Melihat Ve dengan santainya menyantap berbagai macam kue yang ada di atas meja.
"Ayolah bantu aku menghabiskannya," rengek Ve seperti anak kecil.
"Yang suruh kau beli banyak sangat kue ni siapa?" Tanya Ina. Duduk disamping Ve ikut memakan kue. Padahal dia dan yang lainnya baru saja pulang. OT sampai jam 10 malam.
"Tadi ada diskon," jawab Ve enteng.
"Kau beli kat mana?" Tanya Suzy.
(Kamu beli dimana?)
"Di toko sanaaaaa tak tahu namanya," kilah Ve. Padahal dia membelinya di Masai.
Kredit Instagram @ la_bonbonnier2
Adrian memaksa mengantar pulang. Menarik paksa Ve yang hampir masuk ke dalam taksi. Menyeretnya masuk ke mobilnya. Adrian pikir dia bisa gila jika tidak mengantarkan tuan putri tukang makan itu pulang ke rumahnya dengan selamat. Mengingat sudah hampir jam sembilan malam.
Dan julukan tuan putri tukang makan itu sepertinya cocok untuk Ve. Karena ketika mereka melintas di depan sebuah toko roti. Gadis itu minta berhenti. Langsung menghambur masuk. Dan membeli kue yang lumayan banyak.
"Kamu bisa menghabiskannya?" Tanya Adrian sambil mengerutkan dahinya.
"Kan teman-teman sudah pulang. Bisa bantuin ngabisin." Jawab Ve polos. Adrian melirik jamnya. Jam sembilan, seharusnya memang mereka sudah pulang.
"Kamu tidak takut mereka bertanya soal siapa yang mengantarmu?" Tanya Adrian.
"Bilang saja diantar taksi," jawab Ve sambil memainkan ponselnya.
"Mana ada sopir taksi seganteng aku," balas Jayden narsis.
"Ha?" Ve melongo. Langsung menatap Adrian.
"Kak Hans merasa ganteng?" Tanya Ve.
"Lah kan memang aku ganteng."
"Nggak sih kalau menurut Ve."
"Ha?" gantian Adrian yang melongo.
"Haisshh susah ngomong sama kamu!" Gerutu Adrian.
Hening,
Adrian fokus pada kemudinya. Mengemudi mengikuti GPS pada mobilnya. Karena Adrian memang belum hafal jalan.
"Ve, berikan nomor ponselmu?" Pinta Adrian.
"Tidak boleh." Tolak Ve.
Adrian menatap Ve. Sungguh tidak percaya pada penolakan Ve.
"Kenapa tidak boleh?" Tanya Adrian.
"Kita belum sedekat itu untuk bisa berbagi nomor ponsel." Balas Ve enteng.
"Astaga, Ve," Adrian langsung memijat pelan pelipisnya.
"Kenapa? Kak Hans pusing" Tanya Ve.
"Puyenglah. Siapa juga yang tidak puyeng ngadepin kamu." Batin Adrian kesal.
Dan sampai Ve masuk ke rumah. Gadis itu sama sekali tidak memberikan nomor ponselnya.
"Masak iya, aku harus tanya kakaknya. Dia pasti pakai nomor internasional." Batin Adrian.
Memutar balik Honda City yang dipakainya. Sejenak mengamati lingkungan tempat tinggal Ve. Cukup mengkhawatirkan di malam hari. Lebih-lebih untuk Ve dan kawan-kawannya. Ve bisa menjaga dirinya. Tapi yang lain.
"Pergi kemana tadi?" Tanya Lyn.
"Masai. Makan sate."
"Dengan siapa?"
"Teman."
"Siapa?"
"Kak Hans"
"Hans? Siapa dia? Ve punya teman di luar kilang?"
"Tidak. Hanya Kak Hans teman Ve."
"Mungkin dia kakaknya Ve." Batin Lyn berlalu masuk ke kamar mandi. Meninggalkan Ve yang sudah bersiap mau tidur. Memeluk boneka Doraemon besarnya.
***
Quality Assurance (QA) section mendadak heboh. Berita tentang Adrian yang akan berkunjung ke section mereka membuat divisi itu berubah menjadi tegang.
Bahkan kepala QA sendiri, Mr Ang yang menyambutnya. Pukul 8.30. Adrian dengan Iz dan cik Turin serta Syafee masuk ke QA section. Tanpa basa basi. Adrian memberikan sebuah map. Map berisi standar produk yang Kai minta.
"Ini...." Mr Ang terlihat ragu.
"Standar produk untuk A&A Technology."
"Itu kilang milik...."
"Eric Liu. Dia akan membangun kilangnya yang baru di Guangzhou. Perluasan dari kilangnya yang ada di Singapura."
Semua orang jelas tidak tahu siapa Eric Liu. Tapi bagi Mr Ang yang berkebangsaan Cina, dia tahu benar Liu Corp.
"Waktunya dua minggu. Katakan padaku apa masalah yang kalian hadapi. Proyek ini aku sendiri yang akan menjadi penanggung jawabnya. Dana, kalian tidak perlu khawatir." Ucap Adrian tegas.
Pria itu benar-benar berkharisma saat berbicara. Semua orang seolah terhipnotis oleh ucapan Adrian. Mereka langsung mengangguk menyanggupi perintah Adrian. Tanpa tahu betapa sulitnya itu.
Mr Ang beberapa kali menarik nafasnya. Membaca map itu berulangkali.
"Aku tahu itu sulit Mr. Ang. Tapi aku yakin kau dan timmu bisa mewujudkannya. Feel free to talk to me. Katakan apa kesulitannya jika kalian sudah mulai mengerjakannya." Pinta Adrian ramah namun penuh penekanan.
"Kami akan mulai bekerja hari ini." Jawaban Mr Ang, membuat senyum Adrian mengembang seketika.
Menepuk pelan bahu Mr Ang. Lantas berlalu keluar dari QA Section. QA atau lebih kerennya laboratorium. Tempat riset dan penemuan terbaru tentang sebuah produk dilakukan. Boleh dikatakan QA-lah tempat lahirnya produk terbaru dari kilang milik kakek Adrian.
"Jika proyek ini berhasil. Aku akan merasa tenang jika kebebasanku datang tiga bulan lagi." Batin Adrian, yang lagi-lagi memakai kemeja putih bergaris hitam hari itu.
Kredit Instagram @ jk3t5
Membuatnya terlihat santai namun tetap profesional.
"Bisa kita berkeliling sebentar?" Tanya Adrian.
"Tentu saja, Mr Lee," jawab cik Turin.
Adrian tampak masuk ke Raw Material. Melihat-lihat bahan baku kilang mereka. Masuk ke Reaction tempat bahan baku direaksikan dengan bahan kimia. Lalu masuk ke tahap Impregnation. Dimana bahan baku mulai dibentuk atau dicetak.
Lantas tahap Finishing. Dimana ada proses Cutting dan Trimming di sana. Baru masuk Inspection aka QC. Terakhir masuk Packing.
Semua Adrian perhatikan dengan teliti. Tidak ada satupun yang luput dari pengamatan seorang Adrian. Di Inspection, Adrian masuk ke phase 1 karena terakhir dia ingin melihat produk single sided dipotong. Dan phase 1-lah tempatnya.
Kebetulan juga hari itu, Ve rotasi ke sana. Suasana langsung berubah heboh. Ketika Adrian masuk. Sesaat mata Ve dan Adrian bersirobok. Namun Ve dengan cepat mengalihkan pandangannya. Adrian mengabaikan bisik-bisik pekerja wanita yang ada di sana.
"Jangan nak kacau orang buat kerja, Bang," desis Iz.
(Jangan mengganggu orang yang bekerja, Bang)
"Saje nak kacau dia," balas Adrian pelan.
(Iseng, ingin mengganggunya)
"Alamak, pening kepala aku," batin Iz sambil menghela nafasnya.
Adrian tampak berkeliling. Terlihat memperhatikan cara kerja mereka. Sedikit bertanya pada leader phase 1. Ve dan yang lainnya biasa memanggil Pak Cik pada leader mereka.
"Ada masalah?" Tanya Adrian ketika tiba di table Ve.
Ve mengerutkan dahinya. Masalah? Masalahnya ya kamu. Gangguin orang kerja. Kesal Ve.
"Setakat ini tak de," sahut Mas.
(Sejauh ini tidak ada)
"Apa sulit berpartner dengan dia. Diakan anak baru itu?" Tanya Adrian lagi.
Mas sedikit heran dengan pertanyaan Adrian. Dia pikir apa kedua orang ini saling kenal.
"Tak de. Dia cukup pandai menyesuaikan diri," Mas membalas cepat.
"Baguslah. Bicara saja jika ada yang menyulitkanmu," Adrian berujar santai, berlalu meninggalkan Ve yang mendengus geram.
"Kenal dia?" Tanya Mas.
Ve mengeleng. "Dia CEO yang baru. Apa kamu tahu?" Tanya Mas lagi.
"Tidak. Ve tidak tahu dia," sangkal gadis itu.
"Bikin emosi saja pagi-pagi," gerutu Ve dalam hatinya.
Sedang Mas menatap tajam ke arah Ve. Sebagai orang yang sudah berpengalaman dalam banyak hubungan. Meski gagal semua...🤣🤣
Mas cukup tahu arti tatapan Adrian pada Ve. Ada perhatian lebih di sana. Parahnya Ve mempertegas dugaan Mas itu. Sikap Ve justru menunjukkan kalau dia jelas mengenal Adrian. Alih-alih mengabaikannya. Ve justru menanggapi pertanyaan Mas. Pria itu tahu tentu paham bahasa wanita. Yang iya berarti tidak. Yang tidak berarti iya.
"Pantas saja banyak anak laki-laki yang mengejarnya, tapi Ve tak pernah ambil perhatian. Lah dia ada hubungan dengan CEO mereka. Jelas saja semua kalah," batin Mas. Sambil terus memperhatikan ekspresi kesal Ve.
Namun itu baru dugaan Mas saja. Diapun tidak berani mengambil kesimpulan. Biarlah waktu yang bicara.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
KEREENNNNN
2024-01-24
0