Semua housemate Ve melongo. Ketika sebuah mobil Honda City tiba di depan rumah mereka. Bersamaan dengan Lyn dan yang lainnya akan masuk ke rumah. Iz yang terlebih dulu keluar, langsung bicara pada Lyn.
"Kami mengantar Ve pulang," kata Iz singkat.
"Buka gerbang dan pintunya cepat," pinta Lyn pada temannya. Begitu gerbang dibuka, Adrian dengan cepat menggendong tubuh Ve. Aksinya itu sontak membuat satu rumah berteriak histeris. Melihat ketampanan Adrian juga sikapnya yang dinilai sangat romantis.
Lyn berjalan di depan Adrian. Menunjukkan kamar mereka. Sementara itu Ve masih saja tertidur pulas akibat obat penenang. Gadis itu nampak nyaman berada dalam gendongan Adrian.
Adrian berjalan pelan ketika melewati tangga menuju lantai dua.
"Itu ranjangnya," tunjuk Lyn. Perlahan pria itu merebahkan tubuh Ve di kasur singlenya. Menarik ikat rambut gadis itu. Lantas melepaskan sepatunya. Lyn terpaku, melihat bagaimana perhatiannya Adrian pada Ve.
"Biarkan dia tidur. Dokter memberinya obat penenang," pinta Adrian singkat, lantas keluar dari kamar itu. Berjalan keluar menuju mobilnya, berlalu dari depan rumah Ve.
"Handsome sangat, alamak. Beruntungnya Ve yang kena peluk," pekik Ira dramatis.
(Tampan banget. Beruntungnya Ve yang sudah dipeluk)
"Ck ck ck kat mana nak cari boyfriend handsome macam tu orang," Suzy ikut menimpali.
(Dimana mau cari pacar tampan seperti dia)
Semua orang menyetujui ucapan Suzy. Begitu Adrian pergi dan Ratih mengunci gerbang serta pintu. Mereka bergegas masuk ke kamar Ve ingin melihat keadaan temannya.
"Macam mana dia?" Tanya Ina.
"Tidur. Dokter tu bagi dia obat," Lyn menjelaskan.
"Dia tak apa-apa ke?" Tanya Ratih.
"Yang aku lihat sih dia tidak terluka. Soalnya Mr Lee langsung memeluk Ve sebelum kertas itu jatuh," balas Lyn.
Lagi ucapan Lyn semakin membuat teman satu rumah Ve mengagumi Adrian."Dah handsome. Baik pula tu," imbuh Ira.
(Sudah tampan, baik lagi)
Semua mengangguk setuju. Melihat Ve yang masih tidur. Mereka semua berangsur keluar dari kamar Lyn dan Ve.
***
Weekend tiba. Hari Sabtu, hari yang sangat Ve tunggu. Sebab apa? Karena hari ini ada pasar malam yang akan diadakan di jalanan dekat dengan rumahnya. Hanya beda lorong atau gang. Ve sangat ingin pergi ke tempat semacam itu sejak lama. Namun jika dia di istana jangan harap bisa melakukannya.
Dia sangat menantikan hal itu sejak pagi. Beberapa kali gadis itu nampak mengulas senyumnya, membuat Mas terpana juga heran. Mas akui semakin lama Ve semakin terlihat cantik di matanya. Dia yang memiliki pacar tunangan orang, selalu disindir Ve.
Mas tentu tahu beda Ve dan pacarnya. Ve, polos tapi punya pendirian. Sedang sang pacar jelas bukan gadis baik. Sudah tahu punya tunangan masih juga mau jalan dengan dirinya.
Gosip Ve sendiri semakin panas. Gosip yang mengatakan kalau dia dan Adrian pacaran. Pacaran? Yang benar saja. Hanya karena dia mengantar Ve pulang saat dia pingsan. Semua orang di kilang itu, menyimpulkan kalau mereka berdua pacaran.
Namun Ve mulai bisa membiasakan diri pada keadaan seperti. Hingga tiap kali Mas meledeknya dengan gosip itu. Hanya satu kata yang keluar dari bibir Ve "whatever".
"Senang sangat nampak," goda Mas.
Ve hanya diam. Dia sudah mulai terbiasa dengan sifat Mas yang kadang dewasa, kadang seperti anak kecil. Maklum anak laki-laki sendiri plus bungsu di keluarganya.
"Adalah," jawab Ve kembali mengulum senyumnya.
"Nak pergi dating (kencan) ke hari ini?" Mas bertanya menyelidik.
"Mana ada. Mau pacaran sama siapa coba?"
"Itu sama pak CEO ganteng," Mas menirukan ucapan teman kerja wanitanya.
"Iissshh taklah," Ve menyahut singkat.
"Habis tu. Nampak suka sangat, siap dengan senyum-senyum sendiri," Mas kepo benar kali ini.
"Mau tau aja," jawaban Ve membuat Mas semakin penasaran. Namun Ve diam. Jika Ve tidak mau memberitahu ya dia takkan memberitahu. A ya A . B ya B. Ve begitu konsisten dengan ucapannya.
Melihat Mas yang langsung diam. Ve tahu pria itu kecewa.
"Nak tahu sangat ke?" goda Ve balik.
(Mau tahu banget?)
"Tak nak bagi tahu, sudah," Mas menyahut ketus.
(Tidak mau memberitahu ya sudah)
"Wah, Abang Mas merajuk. Kena panggilkan Kak Siti kat phase 1 ke?" Goda Ve lagi.
(Wah marah. Haruskah memanggil kak Siti di phase 1)
"Ve...." Desis Mas memperingatkan.
"Gurau je. Takkan marah betul," kekeh Ve membuat Mas semakin menekuk wajahnya.
(Bercanda. Masak marah beneran)
Wajah Mas lumayan tampan. Diusianya yang menginjak 34 tahun. Dia belum juga serius untuk berumah tangga. Malah sibuk bermain-main dengan tunangan orang. Padahal dua kakak perempuannya sudah menikah. Dan sang ayah sudah sering mendesakknya untuk menikah.
Ve menarik nafasnya pelan. Kumat deh bocil mode on-nya. Gerutu Ve dalam hati.
"Ve nak pergi pasar malam. Itu yang buat Ve senang," Ve memberitahu Mas pada akhirnya.
Mas jelas melongo mendengar ucapan Ve.
"Aiihh, setakat nak pergi pasar malam je suka sangat nampak," Mas heran.
(Hanya karena mau pergi pasar malam kok senang sekali)
"Pasalnya pasar malam macam ni tak de kat tempat Ve," wajah Ve berubah sumringah.
(Sebab pasar malam seperti itu tidak ada di tempat Ve)
"Kalaupun ada jangan berharap aku akan diizinkan untuk pergi," batin Ve geram.
"Macam anak kecil je. Pergi pasar malam macam dapat mainan yang besar," ledek Mas.
"Biarlah. Yang penting Ve nak balik awal hari ini," sahut Ve.
(Biarlah. Yang penting Ve mau pulang lebih cepat hari ini)
"Iyalah tu," ucap Mas mengiyakan. Mas senang sekali berpartner dengan Ve. Gadis yang tidak terlalu fokus dengan kuantiti. Sering berbuat sesuka hati. Orang lain sibuk cari OT. Dia sibuk mau pulang cepat. Betul-betul Mas banget.
Sepertinya gaji bukan masalah besar buat Ve. Sebab kalau dilihat gadis itu suka sekali keluar jalan-jalan. Saat ditanya mau kemana ketika dia memilih pulang cepat. Ve memang terlihat seperti orang kaya sejak awal dia masuk ke kilang itu.
"Jadi kena pergi pukul berapa?" Tanya
Ve.
(Jadi harus pergi jam berapa)
"Nak yang ramai orang ke nak yang sunyi senyap macam kuburan," Goda Mas balik.
(Mau yang banyak orang atau yang sepi seperti kuburan)
"Aiih ada pula macam tu," protes Ve.
"Adalah. Kalau nak ramai orang pergi lepas pukul enam. Guarantee Ve tak boleh gerak. Kalau nak yang sunyi pergi sebelum pukul 6 atau lepas pukul 8. Ve boleh tolong sapu-sapu kat sana," Mas ngakak melihat ekspresi kesal Ve.
(Kalau mau ramai, berangkat setelah pukul enam. Dijamin Ve tidak akan bisa berjalan. Kalau mau yang sepi berangkat sebelum pukul enam atau setelah pukul 8. Bisa membantu menyapu di sana)
"Ve, nak beli jajan yang banyak bukannya nak tolong sapu," gerutu Ve dengan bibir manyun membuat Mas gemas.
(Ve mau beli makanan yang banyak. Bukannya mau menyapu)
"Nak kena cium ke buat bibir macam tu," celetuk Mas, membuat Ve langsung melipat bibirnya.
(Buat bibir seperti itu mau dicium apa)
Lagi-lagi membuat Mas tertawa.
"Hei suka betullah aku partner dengan anak ini," ucap Mas girang.
(Hei senang sekali aku berpartner dengan anak ini)
Semua orang di phase 2, menatap dua orang itu dengan tatapan heran. Mereka tahu Mas dengan jelas. Pria pecinta bola itu sangat jarang bisa tertawa ataupun bersikap santai. Namun selama berpartner dengan Ve, pria itu terlihat berbeda.
"Kau suka ke dengan partner kau," todong Bacha dan Zai.
"Mana ada," sangkal Mas.
"Kau nampak happy masa dengan dia," Zai memberi pertimbangan.
"Tentulah happy. Aku boleh kacau dia sesuka hati aku. Dia tu masih 22 tahun kecil lagi."
"22 tahun, tapi dia tu seksi, Mas. Cantik pula tu. Kalau tak da gosip soal dia yang ada date dengan Mr Lee. Mungkin masih banyak yang mengejar Ve," seloroh Bacha.
(22 tahun, tapi dia seksi, Mas. Cantik lagi. Kalau tidak ada gosip yang mengatakan kalau dia pacaran dengan Mr Lee. Sudah banyak yang mengejar dia)
"Ve tak macam tu. Dia kata tak suka ya tak suka. Lagipula dia cakap tak da apa-apa dengan Mr Lee," jelas Mas.
(Ve tidak seperti itu. Dia bilang tidak suka ya tidak suka. Lagipula dia bilang tidak punya hubungan apa-apa dengan Mr Lee)
"Tapi semua orang dah terlanjur menganggap Ve ada date dengan Mr Lee," balas Zai.
(Tapi semua orang menganggap Ve pacaran dengan Mr Lee)
"Nah tu terserah mereka. Yang jelas. Ve cakap macam tu kat aku," pungkas Mas.
(Yang itu terserah mereka. Yang jelas, Ve mengatakan seperti itu padaku)
Mengakhiri makan siangnya. Sambil menatap ke arah Ve, yang nampak cantik saat tertawa bersama teman-temannya.
"Aku mungkin ada rasa denganmu Ve. Suka atau cinta aku tak tahu. Tapi yang pasti aku tahu rasa yang aku punya tak akan berbalas darimu. Jadi biarlah rasa ini jadi rahasia buatku. Bisa melihatmu tersenyum cukup buatku," batin Mas lantas memejamkan matanya. Berusaha menghilangkan wajah Ve dari pikirannya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
jro sryani
AQ juga pening......cakap macam tu....
2024-09-18
0
Frianty Frianty
kau nie ape.pusing lah pala nie cakap bahasa malay
2024-09-17
0
Memyr 67
mas, si playboy, naksir tuan putri
2023-08-29
1