Ve menggerakkan tubuhnya ke kiri dan kanan. Pegal, disuruh duduk juga bosan. Dirinya dan lainnya sudah mengganti pakaiannya dengan uniform kilang itu. Yang membuat Ve sesaat menertawakan dirinya sendiri. Sebuah blus lengan panjang berwarna krem juga celana panjang berwarna hijau.
"Nggak banget deh." Batin Ve tersenyum kecut pada dirinya. Meski uniform itu terasa pas di tubuh langsingnya.
Juga sepasang sepatu safety yang cukup berat bagi Ve. Dia biasa memakai flat shoes dan high heels dengan brand ternama yang terasa sangat ringan dikakinya. Ketiga temannya lagi-lagi terpana dengan penampilan Ve.
Tanpa Ve tahu, diujung sana Adrian hampir tertawa melihat Ve yang memakai uniformnya.
"Kenapa juga dia harus nyungsep ke sini?" Ucap pria itu dengan gaya tengilnya, membuat Iz menatap heran ke bos barunya itu.
"Dia sebenarnya siapa sih Bang? Abang kenal dia? Kat sini dia berasal dari Jakarta, Indonesia. Jauh sangat dengan France juga Korea." Tanya Iz masih dengan mata menatap laptopnya.
"Dan kamu percaya itu?" Tanya Adrian.
"Memang ini tidak benar ya?" Iz balik bertanya.
"Tunggu sampai aku menghubungi seseorang," balas Adrian yang membuat Iz semakin kepo saja.
"Isssh, Abang suka sangat buat orang penasaran." Gerutu Iz.
Adrian tertawa melihat wajah Iz yang manyun.
"Dia mau ditempatkan dimana?" Tanya Adrian.
"Biasanya budak (anak) perempuan masuknya ke QC, Bang," sahut Iz segera.
"Kerjaannya berat tidak?" Adrian menelisik lebih jauh.
"Ya, bolehlah. Tapi biasanya mereka kerja dengan partnernya. Dan biasanya sepasang. Laki-laki dan perempuan," jelas Iz hingga Adrian manggut-manggut mengerti.
"Berikan aku akses ke QC," pinta Adrian.
"Abang tertarik ke dengan budak perempuan tu?" Goda Iz sambil membuka laptopnya.
"Aaiishhh, mana ada. Aku cuma penasaran dengan cara kerja QC," Adrian mengelak.
"Nanti dia digoda pria lain. Abang jealous pula," Iz menggoda lagi.
"Aiihh, sejak kapan juga kamu jadi sok receh begini, Iz," celetuk Adrian dengan mata mulai menatap layar laptopnya.
Iz diam. "Iya ya. Sejak kapan saya jadi ikutan tengil kayak Abang," gumam Iz tanpa sadar.
"Aduh, sakit Bang!" Iz meringis dilempar pulpen oleh Adrian.
"Songong lu!" Maki Adrian.
Iz tersenyum melihat tingkah Adrian. 25 tahun tapi masih seperti bocil. Tapi bolehlah. Daripada Iz harus menghadapi bos dingin super killer. Dia mending menghadapi Adrian yang tengil dan juga somplak. Meski mood Adrian benar-benar seperti roolercoaster. Naik turun sesuka hati dia.
Ve menatap antrian panjang manusia yang ada didepannya. Sedikit merasa gimana gitu. Berada di tengah ramainya para pekerja kilang itu yang mengantri untuk mengambil makan siang mereka.
Ve memakai masker. Ogah jadi tatapan para pekerja pria di kilang itu. Dia berdiri di samping Juna dan Aziz sedang satu lagi teman trainingnya berada di belakangnya. Mereka seperti bodyguard bagi Ve.
Lagi-lagi Ve hanya bisa menggaruk kepalanya saat melihat menu yang ada di kantin kilang mereka. Mau tidak mau dia harus menyantapnya. Lapar sudah mendemo perutnya.
"Semoga perutku baik-baik saja," Doa Ve dalam hati.
Jelas dia tidak terbiasa dengan makanan yang dihidangkan dihadapannya.Tepat ketika dia mulai mengambil makanannya. Lyn menghampiri.
"Kak...." Teriak Ve girang. Entah kenapa Ve seperti anak ayam ketemu induknya kalau melihat Lyn.
"Bisa makan itu?" Tanya Lyn.
Sekilas Lyn tahu. Ve jenis pemilih.
"No choices. And I'm so hungry," Jawab Ve membuat Lyn mengulum senyumnya.
(Tidak ada pilihan. Dan aku sangat lapar)
"Ya sudah dicoba dulu. Nanti duduk dengan Siti dan Suzy disana," ucap Lyn menunjuk ke arah Suzy yang langsung melambaikan tangan ke arah dirinya.
Ve langsung mengembangkan senyumnya. Lantas berjalan menuju meja Suzy. Ve membuka maskernya, dan sontak wajahnya langsung menjadi pusat perhatian. Meski sejak awal dia masuk kantin itu, dirinya sudah jadi pusat perhatian.
"Macam mana trainningnya?" Tanya Siti.
Ve menarik nafasnya. "Boring Kak," bisik Ve.
Yang lain langsung tertawa. Sebab merekapun pernah mengalaminya.
"ID card dah siap?" Ika yang bertanya kali ini.
Ve menunjukkan dada kirinya. Dimana ID cardnya menggantung disana.
"Kejap lagi boleh turunlah tu," seloroh Ina.
(Sebentar lagi bisa turun)
"Benarkah?" Ve bertanya dengan wajah berbinar. Dia benar-benar bosan berada di ruang trainning itu. Pertanyaan Ve mendapat jawaban anggukan kepala dari semua housematenya.
"Eh dengar tak? (dengar tidak) CEO kita yang baru handsome sangat (sangat tampan)." Info Ira.
"Iya kah?" Tanya Ina sang kakak.
"He e. Ve kau tak nampak ke masa duduk kat office tu ( kau tidak melihatnya waktu di kantor tadi)," Suzy ikut kepo.
"Tak tahu yang mana satu," jawab Ve sambil pelan-pelan menyuapkan makanan ke mulutnya. Testing dulu. Beberapa saat kemudian dia mencoba nasi dan ayam yang dia pilih sebagai makan siangnya.
"Bolehlah," batin Ve.
"Boleh makan?" Tanya Lyn. Dan Ve mengangguk sambil tersenyum.
"Cantiknya budak baru tu. Bolehlah kau ambil Mas (cantiknya anak baru itu. Bolehlah kau pacari Mas)," celetuk satu suara di sebuah meja.
"Dia masuk Inspection ke?" Tanya seorang dari mereka.
"Nak masuk mana lagi?" Sambar yang lain.
"Manalah tahu orang office nak kan dia ( mana tahu dia akan ditempatkan di kantor)," timpal yang lain lagi.
"Aahh, kejap lagi kilang ni tak lagi buat kita boring. Aku dengar CEO kita yang baru handsome gila. Macam pelakon dari Korea," kata seorang pria.
(Sebentar lagi kita tidak akan bosan di pabrik ini. Aku dengar CEO yang baru sangat tampan. Seperti aktor dari Korea)
"Mana kau tahu?"
"Aku jumpa Cik Syafeei tadi. Dia cakap macam tu."
(Aku bertemu Pak Syafeei tadi. Dia mengatakan seperti itu)
"Jadi, Cik Yassin betul dah bersara?"
(Jadi Pak Yassin benar-benar sudah pensiun)
Semua mengangguk menjawab pertanyaan orang itu.
"Eehh lawa betullah budak tu," seloroh satu suara lagi.
(Cantik sekali anak itu)
Semua kembali mengangguk setuju.
***
"Apa Princess?" tanya Fao dengan mata masih terpejam. Ya iyalah. Tengah malam waktu negara M dan tengah hari waktu Malaysia.
"Don't call me Princess!" Desis Ve.
(Jangan panggil aku Putri)
Fao terkekeh dengan mata terpejam.
"So ...what now?" Tanya Fao to the point
"Why? Kenapa kau mengirimku ke sini?" Sambar Ve cepat.
"Untuk membuatmu mendapat suasana baru Ve. Kamu perlu sesuatu yang lain daripada yang lain. Antimainstream gitu," jawab Fao santai.
"Tapi tidak nyuruh gue jadi kuli juga kali!" Pekik Ve protes.
Dan pekikan itu membuat Adrian yang berada di balkon ruang kerjanya tersenyum. Dia sedikit tahu frustrasinya Ve.
"Yahh setidaknya aku punya hiburan di sini. Masih parahan dia. Tuan puteri jadi kuli. What the hell is going on," batin Adrian terus saja tersenyum.
Melihat Ve terus saja berteriak dengan ponsel menempel di telinganya.
"Abang tidak mulai gila kan?" Tanya Iz yang melihat Adrian sejak tadi senyum-senyum sendiri.
"Enak saja. Tu lihat orang lagi frustrasi," kata Adrian menunjuk ke arah Ve yang sejak tadi berteriak-teriak tidak jelas.
Iz mengerutkan dahinya. Melihat tingkah Ve.
"Dia kenapa Bang?" Tanya Iz bingung.
"Frustrasi," balas Adrian singkat. Lantas masuk ke ruang kerjanya.
"Dia turun kapan?" Adrian sudah duduk di kursinya. Mulai bekerja.
"Siang ini. Tu Abang kena sign kat situ (Abang harus tanda tangan di situ)," pinta Iz menunjuk satu dokumen.
"Borang ...apa benda ni?" Adrian menarik satu lembar dokumen.
"Alah.. surat persetujuan masuk line Inspection dan Impregnation," jelas Iz.
"Inspection?" Dahi Adrian berkerut mendengar kata inspection.
"QC kita namanya Inspection," tambah Iz.
Adrian ber-ooo ria. Melihat ada empat nama yang akan mulai bekerja hari ini.
"Arjuna, Ali Syarif, Muhammad Aziz. Veronika Catarina Emmanuel," guman Adrian menyebutkan nama lengkap Ve tanpa Iz sadari.
"Oke selesai. Turunkan mereka. Aku akan lihat dia bekerja," Adrian berucap setelah memberikan tanda tangannya di berkas itu.
"Ve, bisa minta nomor ponselnya," tanya Juna sesaat sebelum mereka turun ke line masing-masing.
"Aku belum beli nomor sini," jawab Ve dingin.
"Ooo," Juna sepertinya paham Ve baru datang kemarin jadi tidak heran jika dia belum mengganti nomor ponselnya.
"Masuk phase berapa?" Juna bertanya lagi.
"Tidak tahu," Ve memang belum tahu cara kerja di kilang ini.
"Biasanya anak baru masuk ke phase 3 dekat dengan line-ku," info Juna mengkode Ve bahwa mereka akan dekat.
Tapi sepertinya Ve tidak paham. Bersamaan dengan itu pintu ruang kerja Cik Turin terbuka seiring dengan Iz dan Adrian yang keluar dari dalam sana. Karena posisi mereka tepat di depan pintu. Membuat Adrian dan Iz mau tak mau berhenti sebentar di depan pintu.
Jika Juna, Ali dan Aziz langsung menundukkan wajahnya. Tahu siapa yang ada dihadapannya. Berbeda dengan Ve, dia menatap langsung Adrian tanpa takut. Sama dengan Adrian. Seolah tahu kedudukan sebenarnya kedua orang itu.
Netra hitam Adrian beradu dengan manik coklat Ve. Ada rasa aneh menelusup di hati keduanya kala pandangan mereka bertemu.
"Nice to meet you, Princess Veronika Catarina Emmanuel," batin Adrian tersenyum tipis menatap Ve.
(Senang bertemu denganmu, Putri Veronika Catarina Emmanuel)
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
kejar terus Adrian 😀😀😀
2024-01-24
0
Kenzi Kenzi
weihhhhhh.....meet with calon suami dancalon kakak ipar
2022-08-31
1