Mark langsung memijat pelipisnya yang rasanya ingin pecah. Belum selesai masalah yang satu. Kini timbul masalah lainnya. Namun kali ini lebih berat Mark rasakan. Sebab ini menyangkut Ve. Adiknya. Satu-satunya keluarga yang dia punya setelah ayah dan ibunya meninggal setahun yang lalu.
Rasa khawatir jelas mendominasi masalah hilangnya Ve. Mark begitu takut kalau hal buruk terjadi pada adiknya. Suara pintu yang dibuka mengalihkan perhatian Mark.
"Ada info apa lagi, Al?" Tanya Mark pada tangan kanannya juga sahabatnya, Albert.
"Saya rasa Tuan Eduardo belum tahu soal hilangnya Ve. Jadi kita bisa bertindak lebih dulu. Agar tidak beredar rumor yang kurang sedap. Meski ya kita tahu. Rumor seperti itu tidak akan bisa kita hindari" Albert menjawab penuh pertimbangan.
Kehadiran Albert benar-benar membantu Mark. Albert, Fao, dan Sebastian. Tiga orang yang akan selalu berada di garda terdepan kala keluarga kerajaan berada dalam masalah. Sejak dulu keluarga mereka sudah terkenal akan loyalitasnya kepada kerajaan. Hingga menurun kepada generasi ketiga.
"Besok aku akan mengadakan presscon. Bisa kau aturkan untukku?" tanya Mark.
"As you wish, Your Majesty," Jawab Albert takzim.
Albert sejenak menatap Mark.
"Cemas?" Albert bertanya penuh selidik.
"Kau tahu aku kan Al. Hanya Ve yang aku punya. Dan sekarang dia menghilang," balas Mark sendu.
Hilang sudah wibawanya sebagai raja di negara M. Berganti dengan wajah cemas yang dimiliki oleh seorang kakak pada adiknya.
"Bagaimana Fao?" Tanya Albert.
"Haissh, jangan sebut namanya. Membuatku kesal saja," maki Mark.
Albert terkekeh.
"Siapa suruh adikmu itu lebih dekat dengan Fao ketimbang dirimu. Ya sudah, apa-apa Ve larinya ke Fao," tutur Albert menyindir Mark.
"Iya-iya aku tahu. Aku salah," Mark mengaku juga akhirnya.
"Temen rasa pacar," gumam Albert mengomentari kedekatan antara Fao dan Ve.
"Aku jadi heran, kenapa Rose sama sekali tidak cemburu pada Ve?" Mark bertanya heran.
"Karena mereka tahu batasannya," sahut Albert santai.
Hening sejenak.
"Ada saran?" Mark bertanya ragu.
"Coba hubungi Lee Joon," saran Albert.
Mark tersenyum.
"Apa kita satu server?" Tanya Mark.
Gantian Albert yang tersenyum. Lantas meraih pesawat telepon di sisi kiri meja Mark. Pesawat telepon dengan jalur yang sudah diamankan lebih dahulu. Hingga tidak ada seorangpun yang bisa menyadap pembicaraan mereka.
"Yes, Crown Prince Mark, can I help you?" Sapa sebuah suara diujung sana to the poin. Tahu jika pria itu tidak akan menghubunginya di jam-jam seperti ini jika tidak ada hal mendesak dan penting.
"Sibukkah?" Mark berusaha basa basi.
"Tidak juga. Ada apa?" tanya Lee Joon.
(Lee Joon dari novel author yang berjudul Cinta Dua Dunia ya guys. Dikepoin juga dong 🤗🤗)
"Ve, menghilang," Info Mark cepat.
"Ha? Bagaimana bisa Nika hilang?" Lee Joon memanggil Ve dengan nama belakangnya.
"Panjang ceritanya. Jadi bisa minta tolong. Bisa kau cari jejaknya?" Pinta Mark.
"Kenapa tidak minta tolong Fao?" Lee Joon merasa aneh akan hal ini.
"Justru karena aku curiga. Fao terlibat dalam hal ini. Kau tahu kan mereka itu teman rasa pacar," gerutu Mark, yang disambut tawa Lee Joon diujung sana.
Mark berdecih mendengar Lee Joon yang malah tertawa.
"Hei jangan menertawakanku. Aku sedang pusing ini," pinta Mark.
"Oke-oke. Sebentar aku akan melihatnya," Lee Joon mengulum bibirnya, cukup bisa membayangkan bagaimana frustrasinya seorang Mark.
Mark dan Albert menunggu. Meski kemampuan Lee Joon satu tingkat di bawah Fao. Tapi kemampuannya bisa diacungi jempol. Hening sejenak. Hanya terdengar suara kertas yang tengah Albert teliti ulang.
"Apa kau sudah melacaknya?" Lee Joon dengan jemari menari di atas keyboardnya.
"Belum. Urusan Ve adalah urusan internal. Aku tidak ingin orang luar tahu yang sebenarnya. Aku ingin tahu dimana dia. Sebelum besok aku akan mengadakan presscon soal ini. Kau tahu kan untuk mencegah gosip dan rumor yang ...you knowlah," jelas Mark panjang kali lebar.
Lee Joon kembali terkekeh. Dia tahu rumitnya urusan istana. Hening lagi.
"Oke...there you are...," ujar Lee Joon hingga membuat wajah Mark semakin serius.
"Kau menemukan sesuatu?" Mark bertanya antusias.
"Dia terbang ke KLIA. Lalu mengambil penerbangan lokal ke Senai International Airport," Jelas Lee Joon.
"Itu ada di...."
"Malaysia. Johor Bahru tepatnya. Ada jejak manifest yang dihapus...aku rasa itu ulah Fao.,.dia menggunakan nama depannya saja," tambah Lee Joon masih fokus menatap layar laptopnya.
"Malaysia? Johor Bahru? Oh God. Apa yang dia lakukan disana?" Mark berucap frustrasi.
"Liburanlah apalagi. Ooh melarikan diri darimu," tambah Lee Joon.
"Sialan kau!" Umpat Mark.
"Eiiitt, Putra Mahkota dilarang mengumpat," ledek Lee Joon.
"Terserah aku dong. Back to topic. Terus ini bagaimana. Aku tidak bisa membiarkan Ve ada disana tanpa pengawalan," keluh Mark.
"Dan kau tidak bisa memaksanya pulang sekarang. Atau Nika akan semakin sulit dikendalikan." Saran Lee Joon. Cukup tahu sifat Ve yang cenderung memberontak jika dia terus dikekang.
"Oh ****!" Umpat Mark sambil menjambak rambutnya frustrasi.
"Eeh, tapi tunggu dulu" Ucap Lee Joon. Menemukan sesuatu yang menarik.
"Ada apa?" Mark bertanya dengan kening berkerut.
"Adrian...Adrian ada disana." Ucap Lee Joon tidak percaya.
"Adrian? Yang tinggal disebelah?" Mark memastikan.
"Iyalah, siapa lagi?" Lee Joon mengkonfirmasi jawabannya.
Bisa dibayangkan bagaimana dua wajah tampan itu tersenyum bersamaan. Seolah memiliki pemikiran yang sama.
"I think you know what I think," Ucap Lee Joon.
(Aku pikir kau tahu apa yang aku pikirkan)
Mark menyeringai penuh makna.
"Of course. Thank's for your help. Hadiah nikahan menyusul," canda Mark.
(Tentu saja. Terima kasih atas bantuanmu)
Dia tahu Lee Joon akan menikah. Dan bisa dipastikan kalau dia tidak akan bisa datang.
"Yang mahal ya," pinta Lee Joon sambil menutup panggilannya.
"Adrian Hanson Lee. Dia memang berada di Johor Bahru sekarang," sahut Albert mengkonfirmasi ucapan Lee Joon.
Mark tersenyum. Sambil mengusap dagunya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Membuat wajahnya terlihat semakin seksi. Wajah yang digilai banyak perempuan di luar sana.
"Aku akan akan menghubunginya dalam beberapa hari ke depan. Adrian Hanson Lee. Bagaimana bisa bocah rimba itu terdampar disana?" Ucap Mark heran. Menyandarkan tubuh lelahnya di kursi kebesarannya.
"Al bisa kau beritahu Sebastian. Untuk besok aku tidak ingin ada kekacauan. Juga awasi terus pergerakan Paman Eduardo. Aku rasa setelah rencananya untuk menjodohkan Ve dengan putranya, gagal. Dia akan mencari cara lain untuk bisa masuk istana," titah Mark.
"Yes, Your Highess," jawab Albert tegas.
Tanpa keduanya sadari. Seseorang diujung sana tersenyum. Mendengar semua pembicaraan Mark dan Albert juga Lee Joon.
"Everything seems going well. Enjoy your time Ve. Sebentar lagi akan ada yang puyeng menghadapaimu," Ucap orang itu dengan seringai penuh makna di bibirnya.
(Sepertinya semua berjalan lancar. Nikmati waktumu, Ve)
***
Ve baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Yang ya, jauh dari rutinitasnya. Bayangkan, dia yang biasa berendam di bath up dengan taburan kelopak mawar merah dengan aroma minyak lavender favoritnya.
Seperti di film-film itu. Mimpi yang tiba-tiba berubah jadi realita. Ve mendengus kesal. Bagaimana bisa akhirnya dia mandi dengan air dua ember plus pakai gayung pula.
Gadis itu masih menggerutu kesal sambil menyisir rambutnya.
"Fao akan mengejekku habis-habisan jika tahu aku mandi pakai gayung."
Sesaat menatap dirinya. Di cermin besar yang ada di kamar itu. Mungkin milik roomate-nya kali. Seulas senyum tiba-tiba terbit di bibirnya. Dia sudah lama ingin memakai baju "rumahan" seperti kebanyakan anak muda sekarang.
Seperti saat ini. Kaos oblong yang tidak terlalu ketat dipadu dengan hot pants sepaha. Yang menunjukkan samar body ģoals Ve. Tubuh yang banyak diimpikan banyak gadis di luar sana. Di istana jangan harap Ve bisa memakainya.
Bersamaan dengan itu. Suara ribut terdengar di lantai bawah. Ve menduga jika itu adalah teman satu rumahnya. Dia bergegas turun. Untuk memperkenalkan dirinya. Salah satu hal yang Fao ajarkan padanya. Sebelum mengirimnya ke sini.
Suara celotehan itu terhenti ketika Ve menyapa mereka.
"Selamat malam semua," Sapa Ve berusaha menampilkan senyum terbaiknya.
"Ohh, sudah datang," Seloroh seorang gadis berwajah Melayu.
"Oh no, kenapa semua wajahnya jadi sama begitu," batin Ve dalam hati.
Melihat housematenya yang semuanya memakai penutup kepala yang biasa mereka sebut jilbab atau hijab atau apa. Entahlah Ve tidak terlalu tahu.
Ve tersenyum kikuk menanggapi pertanyaan gadis itu.
"Siapa nama?" Tanya seorang lagi.
"Ha?" Ve langsung cengo. Tidak tanggap. Otaknya mendadak "lalo", lambat loading.
"Nama? Nama kamu siapa?" Tanya satu suara yang terdengar begitu merdu terdengar di telinga Ve.
"Ah itu. Namaku Veronika. Kalian bisa memanggilku Ve," jawab Ve.
"Nama yang cantik. Macam orangnya," sambut yang lain.
Perlahan semuanya langsung mengenalkan nama masing-masing, membuat Ve bingung seketika. Menghafal semua nama orang dalam waktu singkat. Jelas tidak mungkin. Sampai wanita bersuara merdu itu kembali berbicara.
"Tidak usah terburu-buru mengingat nama kami. Pelan-pelan saja," kata wanita yang Ve tahu bernama Azlyn itu. Roomate Ve.
Ve ikut tersenyum. Melihat senyum tulus dari Azlyn dan teman satu rumahnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
As Ngadah
super duper keren 👍👍👍
2024-10-18
1
Asngadah Baruharjo
lanjuttt
2024-01-24
1
Kenzi Kenzi
selamat,...kesan pertama good,
2022-08-31
1