Pagi menjelang. Lagi, Azlyn harus bersusah payah membangunkan Ve. Padahal saat Lyn pulang. Dilihatnya Ve sudah tidur. Ya, semalam Ve bisa tidur dengan nyenyak. Karena gadis itu membeli busa tambahan agar kasurnya terasa lebih nyaman, untuknya.
Ve kembali tertawa. Melihat pantulan dirinya yang sudah memakai uniform. Entahlah, aneh saja menurut Ve.
"Kak, aku turun dulu," pamit Ve.
Lyn melongo. Namun detik berikutnya gadis cantik itu tersenyum. Ve mulai terbiasa dengan tempat barunya.
"Sarapan, Ve," tawar Suzy.
"Aku beli roti semalam," Ve ikut duduk di meja makan, lantas mulai sarapan.
Pelan, Ve harus mulai mengubah ritme hidupnya. Dia harus sarapan, itu harus. Kalau tidak, bisa dipastikan kalau dirinya akan pingsan. Dengan pekerjaan seperti itu. Apalagi jika melihat semua rekan kerjanya.
"Bawa air putih, Ve," Ratih mengingatkan.
"Ini," Ve menunjukkan sebuah botol besar di bawah kakinya.
"Beeuuhhh, bawa air macam nak pergi camping berhari-hari," celetuk Siti.
(Beeuuhhh, bawa air seperti mau pergi kamping berhari-hari)
Ve hanya nyengir. Semalam dia turun kedapur, memasak air untuk dia bawa ke kilang. Dia juga mulai harus mengakrabkan diri dengan yang namanya dapur. Dia bisa memasak. Karena ada kelas memasak yang dia ikuti setiap dua minggu sekali. Salah satu variasi dari kegiatannya sebagai seorang putri.
"Semalam, banyak product yang kena buang. Ada kesalahan kat finishing. Jadi product dia banyak scratch-nya. Tengok punya Azlyn. Hampir satu pallet dia kena buang," seloroh Ika.
(Kemarin, ada banyak produk yang dibuang. Ada kesalahan di finishing yang mengakibatkan banyak scratch. Lihat punya Azlyn. Hampir satu palet dia buang)
Yang disambut anggukan Azlyn.
"Penat gila! Mana kena cari opening kat mana benda tu kena," timpal Lyn.
(Capek sekali. Dan harus dicari. Dimana produk itu kena)
"Semoga hari dah tak ada. Kalau tak. Guarantee, pingsan aku hari ini."
(Semoga hari ini sudah tidak ada. Kalau tidak. Aku jamin bisa pingsan hari ini)
Semua mengangguk. Ve hanya menyimak obrolan mereka.
"Ve, saya dengar awak ada partner dengan Abang Mas ya?" tanya Siti.
(Ve, saya dengar kamu berpartner dengan Abang Mas ya)
Semua orang langsung menatap Siti.
"Tanya je," jawab gadis cantik dengan wajah bak barbie itu.
Ve mengangguk pelan.
"Memang kenapa, Kak Lyn?" Tanya Ve kepo. Ve punya perasaan yang peka. Dia tahu ada maksud tersembunyi di balik pertanyaan Siti tadi.
"Nanti malam Kakak cerita," balas Lyn.
"Iisshhh, bikin panasaran saja," gerutu Ve.
Gerutuan Ve disambut tawa Lyn, bersamaan dengan bus mereka yang datang. Kembali gadis itu berderap mengikuti Lyn dengan percaya diri masuk ke dalam bus. Lagi-lagi penampilannya membuat semua pria terpana.
"Beuuuhhh, rajin Abang sekarang nak jemput kau orang kalau macam ni," seloroh si supir bus yang memang masih muda.
(Kalau seperti ini, rajin sekarang Abang untuk menjemput kalian)
"Woi, ingat bini kat rumah tau," timpal seorang pria.
(Woi, ingat istri di rumah)
"Bujang lagi lah," balas supir bus itu setengah marah.
(Lajang lagi lah)
Untungnya, hari ini Ve tidak harus duduk dengan Juna atau dengan teman pria lainnya. Dia hari ini duduk dengan seorang gadis manis dengan mata bulat besar. Yang memperkenalkan diri bernama Enny. Ve cukup senang karena Enny agak pendiam. Hingga dia tidak perlu banyak bicara. Bolehlah dia mendengarkan musik favoritnya dari headset bluetoothnya.
Hari kedua dimulai.
Ve kembali masuk ke phase 3. Lagi, harus berpartner dengan Mas. Tapi okelah.
"Semalam, kamu inspek bagus sangat. For beginner, kamu sangat baik. Tidak ada defect yang lepas," puji Mas gamblang.
(Kemarin kamu inspek sangat bagus. Untuk pemula, kamu sangat baik. Tidak ada defect yang terlepas)
Ve tersenyum. Satu sifat yang Ve suka dari Mas. Pria itu begitu terbuka. Tidak suka bertele-tele. Boyfriend material banget. Wajahnya juga lumayan untuk diajak jalan.
"Tapi sayang, tukang jalan sama tunangan orang," maki Ve dalam hati.
Semalam dia sempat mencari info tentang sisi lain dari para temannya. Dan hal itu cukup membuat Ve terkejut. Banyak diantara temannya yang salah bergaul.
Berpacaran tapi kadang melakukan hubungan intim. Bahkan ada yang berkencan dengan suami orang. Jalan dengan tunangan orang. Double girlfriend. Macam-macam perilaku yang Ve tahu, membuat gadis itu geleng-geleng kepala.
"Itulah kenapa aku mengirimmu ke dunia yang berbeda. Baru tahu kan princess. Kehidupan di luar istana juga penuh kejutan. Yang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan kehidupan istana. Penuh intrik dan konflik," kata Fao.
Mungkin dalam satu rumahnya, hanya Kak Lyn-nya yang lempeng menjalani hidup. Karena Ve tidak menemukan sesuatu yang aneh dari kehidupannya.
"Masalah Lyn bukan disini. Tapi di rumahnya. Dia melarikan diri ke situ karena menghindari perjodohan," jelas Fao. Ve sampai melongo mendengarnya.
Hari itu kembali Ve lebih banyak diam. Sembari mendengarkan penjelasan dari Mas, banyak hal soal pekerjaannya.
"Hari ni slow je. Ada latihan kebakaran juga," info Mas sebelum makan siang tiba.
"Biasanya dibuat lepas makan tengah hari (makan siang)," tambah pria itu.
Ve menganggu paham. Terserah pada Maslah. Dia hanya bersenang-senang selama berada disini. Peduli amat dengan target kuantiti dan kualitas yang harus dicapai tiap harinya. Karena gaji tidak penting baginya.
***
Ve meringis di sela-sela usahanya untuk berdiri tegak. Di antara temannya. Mereka sedang mendengarkan penjelasan dari pimpinan squad Bomba (Damkar) tentang cara-cara mengatasi kebakaran.
"Isshh," Ve mendesis lirih.
"Kau kenapa?" tanya Fao diujung sana.
Ve hanya diam. Sama sekali tidak menyimak apa yang pimpinan Damkar itu katakan. Juga bisik-bisik dari teman di kiri kanannya. Yang membicarakan ketampanan CEO mereka yang baru, yang ikut hadir dalam latihan kebakaran itu.
"Handsome gila! (Sangat tampan)," pekik Ira tertahan.
Tanpa semua orang sadar. Perhatian Adrian hanya tertuju pada Ve, yang berdiri di barisan paling belakang. Namun Adrian yang berdiri agak menyamping. Bisa melihat dengan jelas kalau Ve tengah menahan sakit di kakinya.
"Ahhhhhh."
Ve meringis, berusaha menggulung celana panjang uniformnya. Melihat luka di lututnya.
"Ah, ini tidaklah besar tapi kenapa rasanya sakit dan panas sekali," gerutu Ve.
"Itu karena kulitmu beradu dengan aspal dan kain celana panjangmu agak kasar," kata Fao diujung sana.
"Perihnya," keluh Ve.
"Nanti pergilah beli salep di toko obat," perintah Fao.
"Tentu saja. Hari ini aku mau jalan-jalan lagi," Ve membalas penuh semangat.
"Jangan dulu. Lututmu harus diistirahatkan. Kamu juga bekerja sambil berdiri kan. Sembuhkan dulu lukamu. Jangan sampai ada bekasnya. Nanti kakakmu bisa menceramahiku tujuh hari tujuh malam, kalau kau lecet sedikit saja," saran Fao.
"Kawinan kali, tujuh hari tujuh malam," gerutu Ve, yang disambung bibirnya yang cemberut karena Fao melarangnya jalan-jalan.
"Iya, kawinan tujuh hari tujuh malam. Kalau kakakmu bisa menemukan "his missing bride" dalam enam bulan ke depan," seloroh Fao.
"Memang sudah ketemu?" tanya Ve antusias.
"Aku bilang "kalau", Baby. Kalau," Ve kembali manyun.
"Aduh, Fao sakit sekali ini. Habis ini mana masih ada satu pallet lebih lagi," keluh Ve lagi.
Tidak terdengar sahutan Fao dari ujung sana. Mungkin pria itu sudah pergi, mematikan sambungan mereka.
"Pakai ini," kata sebuah suara baritone tiba-tiba.
Ve pelan mengangkat wajah, untuk menatap wajah si pemilik suara, yang terdengar begitu seksi di telinga Ve. Matahari sedikit membuat silau pandangan Ve. Hingga perlahan, dia bisa melihat wajah pria yang tengah berdiri di depannya.
"Dia kan..." Ve sedikit menggelengkan kepalanya. Untuk mengingat siapa pemilik manik mata berwarna hitam ini.
Ve masih diam saja. Hingga kemudian dia menjerit. Ketika sesuatu yang dingin menyentuh kulit lukanya.
"Haishh, pelan-pelan," jerit Ve reflek, menahan tangan pria itu.
Deg,
Desiran aneh langsung mengalir melalui sentuhan kulit tangan mereka. Sesaat dua pasang mata itu bertemu. Ve jelas terkejut ketika pria itu sudah ikut berjongkok di hadapannya.
"Sakit?" tanya suara itu.
Kali ini Ve hanya diam, memperhatikan pria itu mengoleskan krim yang terasa begitu sejuk di lukanya.
"Tampan" satu kata yang terlintas di benak Ve. Menatap wajah pria yang tengah menunduk di hadapannya itu.
"Siapa kau?" Ve bertanya frontal, tanpa basa basi.
Pria itu tersenyum. Ve terpana dengan senyuman si pria. Lelaki tersebut lantas mengambil tisu dari samping Ve tanpa minta izin. Membersihkan tangannya. Lantas mengulurkannya pada Ve.
"Adrian Hanson Lee," ucap pria itu masih menģulurkan tangannya pada Ve, menunggu Ve menyambutnya.
"Adrian Hanson Lee," guman Ve pelan.
"Namamu?" Adrian balik bertanya.
"Ahhh, Veronika. Bisa panggil aku Ve," jawab Ve sambil menerima uluran jabat tangan dari Adrian.
"Sure, Ve," balas Adrian, masih menggenggam tangan Ve. Pria itu merasakan debaran tak biasa pada jantungnya.
"What the hell is going on. Oohh hati, takkan kau jatuh hati pada tuan putri ini," batin Adrian tengil.
***
Kredit Instagram @ jungkook91_m75
Biar melek ni mata...lihat mas Hans pagi-pagi 🤣🤣🤣
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
s Mangat THOORRR 🌹🌹🌹
2024-01-24
0
Dewiajjah
saran tor klu makek bhasa asing d terjemahin dongtor jdi g keder karna hanya sebaginvyg bisa bahasa asing.cman aaran ya tor biar enak klu ada terjemah y ngikutin jalan cerita y.tetep smangat tor👍💪💪💪
2022-06-21
1
nandayue
yang pakai bahasa melayu cuma dikit kok partnya. tapi terima kasih sarannya 🙏
2022-06-20
0