Ve kembali melongo ketika dia diantar ke tempatnya bekerja.
"Oh my God," pekik Ve dalam hati.
Dilihatnya beberapa rekan kerjanya sedang bekerja melakukan QC pada lembaran PLC. Bahan baku PCB. Sebelum diubah menjadi komponen elektro lantas dirakit kembali menjadi berbagai peralatan elektronik.
Yang menjadi masalah bagi Ve. PLC berbentuk lembaran. Dan sekilas dia melihat ada berbagai ukuran. Dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
"Turun juga," sapa Ratih.
"Eh, kamu di sini?" Tanya Ve masih melongo di pintu masuk phase 3.
"Iya, hari ini kebagian disini. Masuk yuk kenalan sama yang lain," ajak Ratih.
Ve melangkah ragu mengikuti Ratih. Disambut oleh rekan-rekan kerjanya.
"Mas, boleh kau trainning anak baru ini," pinta seorang pria berwajah Melayu dengan nama Azmi di ID Cardnya.
"Tidak masalah," sahut seorang pria dengan wajah maskulin. Wajah tirusnya terlihat macho dengan kumis tipis juga brewok yang terlihat rapi dan terawat yang ia biarkan tumbuh di wajahnya.
"Mas? Aku kira itu nama panggilan orang Indonesia. Ternyata namanya to," batin Ve sambil geleng-geleng kepala.
Pria itu mengkode Ve untuk mengikutinya. Lantas pria itu naik ke pijakan yang terbuat dari besi.
"Kamu sana," perintah pria itu. Menunjuk sisi sebelah dalam. Ve patuh. Lantas ikut berdiri di atas pijakan seperti yang Mas lakukan. Ve berdiri tepat dihadapan Mas. Di tengah mereka dipisahkan oleh meja besi dengan lifter yang bisa dinaikturunkan.
"Nama siapa?" Mas melirik ID card Ve.
"Veronika? Namamu?" Mas mengkonfirmasi.
Ve mengangguk.
"Macam nama orang putih je (seperti nama orang bule saja)," seloroh Mas.
"Panggil saja Ve," sahut Ve singkat.
"Aku Mas," pria itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan. Ve meliriknya sejenak. Lantas menyambutnya. Semua interaksi Ve dan Mas, tak luput dari perhatian semua orang di ruangan itu. Semua menatap penuh arti pada mereka berdua.
"Pakai ini," pinta Mas, memberikan sepasang sarung tangan (glove) berbahan katun cukup tebal.
Ve menatap horor pada glove itu dan kukunya.
"Padahal aku sengaja menicure dan pedicure sebelum terbang kemari," batin Ve setengah menangis memakai glove yang Mas berikan.
"Kuku kena pendek. Sisakan satu agak panjang untuk mengecek scratch (goresan)," Mas menerangkan.
Ve mengerutkan dahi mendengar semua instruksi Mas.
"Rileks saja. Pelan-pelan nanti kamu pasti paham. Naikkan table-nya," perintah Mas. Menunjuk tombol dibelakang tubuh Ve. Pelan Ve menekan tombol itu. Meja di sebelah kirinya turun.
"Sesuaikan dengan tinggimu," ujar Mas lagi.
Pelan pria itu mulai mengajari Ve bagaimana bekerja. Memindahkan lembaran PLC berukuran sedang dari sebelah kiri ke sebelah kanan dengan cara dibalik. Sambil melakukan pemeriksaan apakah ada reject (cacat) pada produk tersebut.
Satu dua kali. Ve benar-benar kesulitan. Maklum, jangankan bekerja. Menyentuh apapun dia dilarang. Beberapa kali mencoba. Akhirnya Ve bisa melakukannya. Mas benar-benar tipe penyabar. Pria itu mengarahkan bagaimana caranya menemukan reject pada product mereka. Reject pada product mereka disebut defect.
"Usahakan perhatikan keseluruhan permukaan product sebelum kamu membaliknya," tambah pria itu lagi.
Dan selama trainning, Ve lebih banyak diam mendengarkan semua arahan dari partner kerjanya itu. Hampir satu jam lebih Ve berdiri sambil memperhatikan berlembar-lembar PLC yang harus dia cek.
Mas mengakui Ve cukup cepat belajar. Hingga setelah meng-inspeks, sebutan untuk pekerjaan mereka. Mas mengajarkan Ve, bagaimana membuat report (laporan) tentang product yang baru saja mereka inspect.
Ve menarik nafasnya dalam. Setelah menyelesaikan satu pallet.
"Rehat sekejap. Tunggu Bacha dan Bina re-inspect kita punya product," ucap Mas. Berlalu dari hadapan Ve yang langsung terduduk lemas.
(Istirahat sebentar. Tunggu Bacha dan Bina mengecek ulang produk kita)
"Fao gila! Bisa mati aku kalau terus-terusan seperti ini," umpat Ve dalam hati.
Baru satu pallet, itupun kuantiti (jumlah) hanya separo. Tubuhnya sudah remuk redam rasanya. Padahal dia biasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan exercise di ruang gym pribadinya. Tapi ini, baru satu jam dia sudah keok.
"Pergi minum dulu," teriak Mas dari tempat Bacha dan Bina me-reinspect product mereka.
"Minum?" Tenggorokannya memang sangat kering. Tapi dia tidak membawa air minum. Hingga Ratih melambai kearahnya. Sepertinya dia juga baru selesai inspect. Ve pelan mendekat ke arah Ratih. Kakinya benar-benar pegal.
"Minumlah. Besok bawa air minum atau bisa beli di kantin," kata Ratih.
"Terima kasih," balas Ve. Setelah menenggak hampir separo air yang Ratih bawa.
"Maaf habis," Ve berkata penuh rasa bersalah.
"Tidak masalah. Aku masih punya yang lain," kata Ratih menuju lokernya.
Mereka duduk di rest room. Tempat yang disediakan untuk beristirahat sambil menunggu product ditukar oleh leader. Dan phase 3 leadernya Azmi.
"Capek?"
Ve mengangguk.
"Nanti juga biasa. Partnermu sabar tapi tukang "ngula"
"Ha? Apa itu?"
"Tukang main-main kalau bekerja. Istilah tempat kerja kita. Jadi sabar saja sama dia," nasehat Ratih.
Diujung sana. Adrian langsung mendelik melihat rekaman CCTV Inspection yang dia lihat. Dia baru saja selesai meeting dengan bagian Marketing.
"Iz, memang mereka bekerja seperti itu?" Adrian bertanya setengah tidak percaya.
"Memang seperti itu cara kerjanya," jawab Iz cepat.
Adrian langsung memijat pelipisnya. Pening seketika menghantam kepalanya.
"Beuuuhhh, bentar lagi gue bisa digantung sama tu putra mahkota di alun-alun," batin Adrian ingin berteriak.
"Memang tidak ada tempat lain buat dia gitu. Bisa dia dipindahkan begitu?" Adrian mengacak rambutnya frustrasi.
Iz langsung menatap heran pada Adrian.
"Are you okay, Bang?" Tanya Iz.
(Abang baik-baik saja)
Iz pikir, kenapa Adrian jadi sangat perhatian pada Ve. Tapi sebabnya apa? Tidak mungkin kan buaya buntung eh darat itu, bisa secepat ini move on dari kebiasaannya yang selalu cuek pada perempuan.
"Maksudmu?" Adrian balik bertanya.
"Abang jadi perhatian sangat dengan anak baru tu," Iz menatap curiga pada Adrian.
"Ha?" Adrian melongo tidak sadar dengan perubahan sikapnya itu.
"Abang jangan khawatir. Partnernya anak laki-laki. Semua pekerjaan berat dihandle oleh partner laki-laki. Awalnya mungkin terasa berat. Tapi lama-lama nanti anak baru tu akan terbiasa," tambah Iz.
Adrian terdiam sejenak. Sekilas dia melihat ke CCTV lagi. Dilihatnya Ve yang sudah keluar dari rest room. Nampak baik-baik saja.
"Apa iya aku jadi perhatian dan khawatir pada putri manja itu," batin Adrian mengusap pelan dagunya.
"Sepertinya aku harus menghubungi kakak Ve secepatnya," guman Adrian pelan.
"Iz, amankan ruanganku," perintah Adrian.
Jam memang sudah menunjukkan jam 3 sore lebih. Sebentar lagi para karyawan di office itu akan segera membubarkan diri. Kecuali yang overtime. Iz sedikit heran dengan perintah Adrian. Namun tak urung dia melakukannya juga.
Perlahan Adrian meraih ponselnya. Mendial nomor yang langsung terhubung dengan secure line. Memastikan nomor Adrian bebas dari alat penyadap maupun perekam.
Setelahnya baru berdering memanggil. Bodo amat disana jam tiga pagi. Adrian harus bicara dengan kakak Ve secepatnya. Tak berapa lama sambungan teleponnya diangkat. Adrian heran, karena yang menyahut suara yang terdengar segar bukan suara orang yang baru bangun tidur.
"Ya, Hans," jawab pria diujung sana.
"Kau tidak tidur, Prince Mark?" Tanya Adrian membuat Iz mendelik.
Tidak menyangka jika yang dihubungi Adrian adalah Prince Mark.
"Aku tidak bisa tidur, Hans," Mark menyahut sendu.
"Did you lost something?" tanya Adrian melirik Iz yang menatapnya kepo.
(Apa kau kehilangan sesuatu)
"Yeah, I thought you've found my diamond," jawab Mark membenarkan.
(Ya, aku pikir kau sudah menemukan berlianku)
"So what next?" tanya Adrian.
(Jadi apa selanjutnya?)
"Aku rasa kita bisa buat kesepakatan yang akan saling menguntungkan," balas Mark penuh makna dari ujung sana.
***
Yang mau visual,
Kredit Instagram @rainbowpurple7
Adrian Hanson Lee, si golden maknae ..
Kredit Instagram.com
Veronika Catarina Emmanuel,
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Frianty Frianty
dari nama nya gw pikir berwajah bule tu si ve
2024-09-16
0
Asngadah Baruharjo
keren thoorrr 👍👍
2024-01-24
1
Memyr 67
siapa itu? yg jadi visualnya? ihhhh menggemaskan. ihik ihik
2023-08-07
1