“Saya??” Sarayu bertanya sembari menunjuk dirinya sendiri.
Ethan menganggukkan kepalanya. “Ya, kamu Sarayu.”
“Aku sudah menduga hal ini, Ethan. Melihat Sarayu yang bergabung duduk dalam rapat ini, aku sudah menduga kamu akan menugaskan Sarayu. Tapi kenapa Sarayu? Bukankah kamu sangat ingin segera membawa Sarayu ke medan perang dan menyelesaikan perang ini, Ethan?” Dylan yang masih penasaran dengan alasan Ethan menunjuk Sarayu kemudian mengajukan pertanyaan pada Ethan. Dylan tahu dengan baik di antara semua orang yang ada di dalam ruangan itu, Ethan lah yang paling ingin segera mengakhiri perang yang berlangsung. Namun kali ini, Ethan yang begitu ingin perang berakhir justru mengirim Sarayu dalam tugas kecil: menjaga duta dari kelompok negara netral dan bukannya ke medan perang bersama dengan First.
“Aku bukannya tidak ingin membawa Sarayu ke dalam medan perang dan segera menyelesaikan perang ini. Hanya saja. . . di mataku dan di mata First, Sarayu masih belum siap untuk terjun ke medan perang.” Ethan melihat ke arah Sarayu dan tersenyum pada Sarayu dengan maksud agar tidak menyinggung Sarayu. “Harus kuakui perkembangan Sarayu memang sangat luar biasa selama sebulan ini. Tapi. . . cara berpikir Sarayu masih belum bisa. Perang adalah tempat di mana seseorang harus membuat keputusan dalam waktu singkat demi banyak orang. Tekanan yang ada di sana bukanlah tekanan yang bisa dirasakan dan ditahan oleh sembarang orang. Aku mengirim Sarayu ke dalam tugas ini dengan tujuan untuk membuat Sarayu belajar dan memahami bagaimana kerja sesungguhnya dari pengawal dan pasukan yang akan mementingkan nyawa orang lain di atas nyawa diri sendiri. Apa kalian bisa memahami tujuanku ini?”
Dylan menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Ethan. Sejujurnya meski Dylan sudah bersahabat lama dengan Ethan, Dylan menyadari jika dirinya yang sama sekali tidak pernah terjun ke dalam medan perang dan hanya berada di laboratorium saja, tidak akan pernah bisa memahami bagaimana perasaan Ethan yang berjuang dengan kemungkinan hidup yang kecil. Dylan juga tidak tahu bagaimana perasaan Ethan ketika berjuang untuk menyelamatkan orang lain di atas nyawanya sendiri dan Dylan paham perbedaan itu.
“Baiklah aku setuju dengan itu, Ethan,” balas Dylan.
“Sebelum aku membahas lebih jauh lagi mengenai duta dari kelompok negara netral, aku ingin bertanya kepada Third.” Kali ini Ethan memusatkan pandangannya kepada Third yang duduk di samping Dylan.
“Ya, Tuan. Apa yang bisa saya bantu?”
“Bagaimana kondisi fisik dari Sarayu? Apakah kondisinya baik untuk melakukan tugas pertamanya?” Ethan bertanya dengan harapan tinggi di dalam kepalanya saat ini.
Third menganggukkan kepalanya. “Ya, Tuan. Sarayu berada dalam kondisi yang baik sejauh ini. Pelatihan dari First selama ini memberikan pengaruh yang baik pada ketahanan tubuhnya.”
“Bagus.” Setelah bertanya pada Third, Ethan kemudian mengalihkan pandangannya kepada Ninth-teknisi dari Pasukan Perdamaian Dunia. “Lalu untukmu, Ninth. Aku ingin bertanya bagaimana kelanjutan dari permintaan senjata Sarayu? Kapan benda itu akan selesai?”
“Saya tidak bisa menjanjikan kapan untuk Tuan. Benda ketiga yang diminta oleh Sarayu itu benar-benar rumit. Saya bersama dengan Forth membuat beberapa program yang bisa membuat benda itu bekerja seperti dalam gambaran Sarayu. Hanya saja untuk menguraikan komponen dari setiap benda, benda permintaan Sarayu harus menyimpan seluruh data dari komponen setiap barang dan itu memerlukan waktu yang cukup lama. Tapi saya akan mengusahakan secepatnya untuk itu, Tuan.”
Sarayu yang mendengar bahwa permintaan barangnya cukup sulit bagi Ninth dan Forth, kemudian memasang wajah sedikit bersalah kepada Ninth. “Maaf karena aku meminta barang yang sulit untuk menjadi senjataku, Ninth.”
Ninth tersenyum melihat ke arah Sarayu dan melihat tatapan bersalah dari Sarayu yang ditujukan pada dirinya. “Tidak perlu merasa bersalah. Ini mungkin akan sulit, tapi bagiku dan bagi Forth mendapatkan tantangan sepertinya rasanya sedikit menyenangkan. Apalagi jika benda itu benar-benar tercipta dari tangan kami berdua nantinya, tentu akan menjadi kepuasan tersendiri bagi kami berdua. Kau tidak perlu merasa bersalah, Miss Sarayu.”
“Terima kasih, Ninth,” ujar Sarayu dengan tatapan penuh haru di kedua matanya.
Ethan, Dylan, First dan Third pun juga menatap Ninth dengan tatapan yang sama-tatapan haru, karena melihat rekan mereka yang benar-benar bekerja keras demi rekan lainnya dan juga demi perdamaian di masa depan.
“Baiklah karena kita telah sepakat Sarayu yang akan menjalankan misi ini, maka sekarang First akan menjelaskan mengenai informasi dari duta kelompok negara netral.”
Setelah berbicara panjang lebar, Ethan yang merasa kerongkongannya kering kemudian meminta First untuk menggantikannya dalam menjelaskan mengenai duta dan lambang dari kelompok negara netral yang belum lama ini menerima serangan dari Aliansi Arael.
Monitor di belakang First kemudian menyala dan langsung menampilkan wajah dan data dari duta dan lambang dari kelompok negara netral.
“Duta dan lambang dari kelompok negara netral yang terpilih dua minggu lalu bernama Winner. . .” First menunjuk ke arah foto Winner di layar yang dapat dilihat oleh semua orang.
Semua orang di dalam ruangan itu dalam sekejap memandang takjub ke arah foto Winner yang terlihat begitu tampan. Semua orang memandang takjub kecuali Sarayu-itulah yang Ethan lihat ketika tidak sengaja melirik ke arah Sarayu dan mendapati hanya Sarayu-lah di ruangan itu yang tidak merasa takjub sedikit pun.
“. . . Duta yang terpilih ini merupakan aktor terkenal yang sudah berskala internasional dan beberapa kali bermain film dengan kelas internasional. Winner memiliki kewarganegaraan Indonesia yang sama dengan Miss Sarayu.”
Mendengar penjelasan dari First, Ethan yang tadi merasa heran dengan sikap Sarayu akhirnya memahami kenapa Sarayu tidak merasa takjub ketika melihat ketampanan dari duta kelompok negara netral itu. Mereka berasal dari negara yang sama rupanya. Kukira, Sarayu pasti sudah tahu mengenai duta itu karena berasal dari negara yang sama, pikir Ethan.
“. . .Serangan yang sebelum ini menimpa Winner adalah serangan jarak jauh dari drone yang dilengkapi oleh pistol yang dikendalikan dari jarak yang cukup jauh.” First mengganti gambar dari data mengenai Winner ke gambar yang ditemukan oleh Forth di saat serangan yang menimpa Winner terjadi.
“. . . Seperti yang kita lihat saat ini, serangan ini tidak hanya datang sekali. Tapi sudah ketiga kalinya. Dan pada saat serang terakhir melukai manajer Winner yang berusaha melindungi Winner. Karena itu. . . pihak kelompok negara netral meminta untuk mengirim seseorang yang belum pernah dilihat oleh Aliansi Arael agar Aliansi Arael tidak menyadari jika kelompok negara netral telah meminta bantuan dari Aliansi Ingmar.”
First mengakhiri penjelasan singkatnya dan kembali ke tempat duduknya di samping Ethan.
“Yah, tidak heran jika kau memilih Sarayu,” ujar Dylan menatap ke arah Ethan.
Ethan menganggukkan kepalanya. “Ini adalah alasan lain aku memilih Sarayu, Dylan. Demi menjaga kelompok negara netral terlihat tidak berpihak kepada aliansi mana pun.”
Saat Ethan dan Dylan sedang asyik berdiskusi, Sarayu tiba-tiba mengangkat tangannya sebagai isyarat untuk berbicara.
“Ya, Miss Sarayu. Apa yang ingin Miss tanyakan?” tanya Ethan.
“A-apakah harus aku yang pergi menjalankan misi itu, Tuan Ethan?”
Mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Sarayu, semua orang di dalam ruangan itu kemudian menatap Sarayu dengan tatapan terkejut dan tercengang.
Bukankah kamu tadi sudah setuju? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments