“Aku akan mencobanya.”
Setelah mengatakan hal itu, Dylan langsung memukul bahu Ethan dan melihat ke arah Ethan dengan pandangan tidak percaya.
“Apa yang baru saja kamu katakan, Ethan? Bagaimana jika gagal dan justru membuat gadis itu akhirnya menolak tawaran kira untuk bergabung dengan Pasukan Perdamaian Dunia?”
Ethan menarik napasnya sembari melihat ke arah gadis bernama Sarayu yang sedang bersama dengan Eighth dan berbincang kecil. Dengan mantap, Ethan kemudian menjawab, “Aku yakin aku bisa melakukannya, Dylan. Jika gadis bernama Sarayu itu memang benar adalah gadis yang muncul dalam penglihatanku, maka seharusnya masa depannya pun mampu aku lihat. Jika memang gadis itu adalah penyelamat dunia ini, maka masa depannya harusnya juga berhubungan dengan perdamaian dunia.”
“Kau yakin mau mencobanya?” Dylan bertanya dengan melembutkan suaranya. “Jika gagal, mungkin kita akan kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan dunia ini dan gadis itu, Ethan.”
“Aku harusnya mencobanya, Dylan. Dengan melihat masa depannya, aku akan tahu gadis itu adalah penyelamat dunia ini atau bukan. Dengan melihat masa depannya, aku mungkin bisa menemukan cara untuk menyelamatkannya, untuk membantu usahanya dalam menyelamatkan dunia.”
Mendengar jawaban dari Ethan yang penuh dengan keyakinan, Dylan kemudian menghela napasnya. “Huft, baiklah. Aku percaya padamu, Ethan.”
Setelah memantapkan niatnya dan melihat sahabatnya-Dylan percaya kepada keputusannya, Ethan kemudian kembali masuk ke dalam ruang perpindahan bersama dengan Dylan yang mengikuti tepat di belakangnya. Begitu masuk ke dalam ruangan, Ethan menerima tatapan dari Sarayu-tatapan ingin tahu akan permintaan yang diajukan Sarayu kepada dirinya.
“Bagaimana, Tuan? Apa Tuan menerima permintaanku?”
Ethan berjalan mendekat ke arah Sarayu sembari mengulurkan tangannya ke arah Sarayu. “Jika kau ingin melihat masa depanmu yang akan aku lihat, kau harus menerima uluran tanganku ini, Miss Sarayu.”
Begitu jarak antara Ethan dan Sarayu hanya berjarak dua langkah, Sarayu kemudian mengulurkan tangannya dan menerima uluran tangan dari Ethan. Melihat kesediaan Sarayu, Ethan kemudian menggunakan kemampuan penglihatan dari matanya untuk melihat masa depan Sarayu.
Selama beberapa menit, baik Ethan maupun Sarayu terdiam begitu saja sembari melihat masa depan yang sedang diperlihatkan oleh kemampuan yang Ethan miliki. Dan selama itu pula, Dylan dan Eighth yang berada di dalam ruangan yang sama hanya bisa diam sembari menunggu.
Tiba-tiba. . . Sarayu menarik tangannya dari genggaman tangan Ethan dan membuat koneksi antara Ethan dan Sarayu terhenti.
“Apa kau melihat masa depanmu, Miss?” tanya Dylan penasaran.
Sarayu menganggukkan kepalanya. “Aku melihatnya.”
“Lalu apa yang kau lihat, Miss? Apa kau melihat dirimu sebagai penyelamat dunia ini?”
Sarayu menganggukkan kepalanya lagi. “Ya, begitulah, Tuan. Bisakah Tuan mengembalikanku ke tempatku semula? Dua hari lagi, aku akan memberikan jawabanku untuk tawaran yang Tuan Dylan dan Tuan Ethan berikan padaku. Apa Tuan keberatan?”
Senyuman cerah muncul di wajah Dylan ketika mendengar jawaban dan permintaan Sarayu. “Tentu saja tidak. Miss mau mempertimbangkannya saja, aku sudah merasa senang.”
Setelah mengatakan kalimatnya, Dylan kemudian meminta Eighth memanggil Sixth dan memberi perintah kepada Sixth untuk mengembalikan Sarayu kembali ke rumah dan negaranya. Sembari menunggu kedatangan Sixth yang sedang bertugas bersama dengan rekannya, Dylan kemudian membawa Sarayu ke tempat istirahat di mana dirinya bisa bersantai dan mendapatkan makanan dan minuman kecil.
Dylan yang merasa senang dengan pertimbangan dari Sarayu, untuk sejenak melupakan keadaan sahabatnya-Ethan yang masih diam membeku di tempatnya berdiri setelah melepas koneksinya dengan Sarayu. Dalam keadaan membeku, Ethan menundukkan kepalanya dan melihat ke arah kakinya berpijak. Tanpa di sadarinya, air mata jatuh dan membasahi wajah Ethan.
*
Dua hari kemudian. . .
Sesuai dengan janji Sarayu dua hari yang lalu, Ethan bersama dengan Sixth kembali datang ke negara Indonesia, Pulau J dan Kota J di mana Sarayu tinggal. Begitu tiba di tempat dan waktu yang dijanjikan, Ethan bersama dengan Sixth langsung melihat sosok Sarayu yang sedang duduk menunggu di salah satu kursi di taman kota.
“Miss Sarayu,” sapa Ethan ketika melihat Sarayu.
Mengenali wajah Ethan dan Sixth, Sarayu segera bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri Ethan dan Sixth. Dengan raut wajah terkejut dan tidak percaya, Sarayu kemudian bertanya kepada Ethan dan Sixth. “Kalian muncul begitu saja? Di tengah kota? Di tengah keramaian seperti ini?”
Ethan yang mendengar pertanyaan dari Sarayu kemudian menolehkan kepalanya melihat ke arah Sixth dan bertanya, “Bagaimana caramu kembali mengantar Sarayu dua hari yang lalu?”
“Miss Sarayu memintaku untuk muncul di jalanan sepi di dekat rumahnya. Sepertinya Miss Sarayu sengaja memilih tempat itu karena tidak ada kamera CCTV di sekitarnya dan juga jarang dilewati oleh banyak orang, Tuan.”
Mendengar jawaban Sixth, Ethan kemudian kembali menolehkan kepalanya dan melihat ke arah Sarayu. Ethan membuat simpul senyuman kecil di wajahnya. “Miss tidak perlu khawatir soal itu. Dalam Pasukan Perdamaian Dunia, ada seseorang yang memiliki kemampuan khusus menyabotase seluruh kamera CCTV dan teknologi di seluruh dunia. Jadi kemunculan kami secara tiba-tiba dan di tengah keramaian ini, tidak akan meninggalkan jejak sedikit pun.”
Mulut Sarayu terbuka lebar dan menganga karena rasa kejutnya. “Benarkah itu?”
“Itu benar, Miss.”
Setelah jawaban Ethan, serentak orang-orang di sekitar Ethan, Sarayu dan Sixth kemudian mengeluhkan ponsel mereka yang sedang mengalami gangguan. Sarayu yang melihat keadaan itu kemudian tersenyum ke arah Ethan.
“Sepertinya memang begitu. Pasukan kalian sepertinya terdiri dari orang-orang hebat, Tuan.”
“Begitulah.” Mata Ethan yang tadinya melihat sekelilingnya dengan sikap waspada, kemudian terhenti di kedua tangan Sarayu yang sedang membawa dua koper. “Apa hanya ini barang yang Miss ingin bawa?”
Sarayu menganggukkan kepalanya. “Ya, hanya ini.”
“Lalu bagaimana cara Miss mendapatkan izin dari orang tua, Miss? Dari informasi yang aku terima, Miss masih tinggal bersama dengan orang tua Miss karena belum menemukan pekerjaan.”
Mendengar ucapan Ethan, Sarayu kemudian menunjukkan jari telunjuknya ke arah Ethan dengan senyuman kecil. “Tuan baru saja menjawab sendiri pertanyaan Tuan.”
“Mungkinkah??”
Sarayu menganggukkan kepalanya lagi, kali ini sedikit lebih mantap dari sebelumnya. “Ya, aku beralasan mendapat pekerjaan di luar kota dan karena itulah aku bisa keluar dengan membawa dua koper besar ini. Lagipula apa yang aku katakan tidak sepenuhnya salah, aku memang mendapat pekerjaan. Hanya saja pekerjaan itu mungkin akan ditolak mentah-mentah oleh ibuku, jika ibuku tahu.”
Ethan menganggukkan kepalanya paham. Ethan yang sudah membaca informasi dari gadis bernama Sarayu, tahu dengan baik bahwa latar belakang Sarayu hanyalah gadis biasa dari keluarga yang biasa meski orang tua mereka telah berpisah. Dengan latar belakang biasa itu, ibu mana pun pasti akan menolak dengan keras jika mendengar putrinya berangkat ke medan perang. “Aku sudah bisa menduga hal itu, Miss. Tapi. . . keputusan Miss ini, apakah Miss tidak terlalu cepat memutuskan? Aku tahu Miss sedang mencari pekerjaan, tapi pekerjaan ini adalah pekerjaan yang berbahaya di setiap langkahnya. Meski bisa melihat masa depan Miss, bukan berarti masa depan yang Miss lihat tidak akan berubah karena pilihan lain yang mungkin Miss ambil dalam perjalanannya. Tidakkah Miss perlu waktu lebih lama untuk memikirkannya?”
Beberapa bulan yang lalu, Ethan mungkin berusaha keras untuk menemukan sosok dalam penglihatannya yang akan membawa perdamaian kembali pada bumi di mana dirinya tinggal. Tapi setelah semua usaha yang dilakukan untuk menemukan sosok itu, melihat sosok gadis itu tepat di depan matanya dan menyadari kenyataan gadis dalam penglihatannya hanyalah gadis biasa yang bahkan tidak pernah ikut wajib militer, untuk sejenak Ethan merasa tidak enak. Gadis di hadapan Ethan saat ini-Sarayu, masih hidup dengan damai. Membuat Sarayu terjun ke dalam medan perang dan merenggut kedamaian yang ada dalam hidup Sarayu, Ethan merasa tindakannya adalah sebuah kesalahan.
“Tuan Ethan, aku tahu apa yang Tuan khawatirkan. Aku tahu tuan merasa bahwa aku yang saat ini hidup dengan kedamaian tidak seharusnya terjun ke dalam perang di mana aku tidak seharusnya terlibat.”
“Miss menebaknya dengan mudah,” ujar Ethan dengan senyum kecil di bibirnya. “Karena Miss sudah menebaknya akan lebih bai-“
Namun sebelum Ethan menyelesaikan ucapannya, Sarayu lebih dulu memotong ucapan Ethan dan berbalik bertanya kepada Ethan sebagai gantinya. “Pernah Tuan bayangkan, apa jadinya aku jika aku tidak menerima tawaran Tuan?”
Ethan menggelengkan kepalanya. “Aku tidak pernah memikirkan hal itu, Miss.”
“Dalam benakku jika aku tidak menerima tawaran Tuan, aku mungkin akan jadi pengangguran dalam waktu yang lama dan menjadi beban dari orang tua dan adikku. Jika telah lama menganggur dan tidak menemukan pekerjaan, aku mungkin akan memilih menikah hanya karena tidak ingin menyusahkan keluargaku. Lalu apa yang terjadi setelah itu? Kehidupan yang membosankan akan datang dalam hidupku. Melahirkan anak, membesarkannya dan kemudian mati. Aku mungkin akan mati dalam kematian yang biasa seperti aku lihat dari kebanyakan kematian selama ini. Tapi jika aku menerima tawaran Tuan, setidaknya aku bisa berguna bagi beberapa orang. Aku mungkin bisa melepaskan status sebagai beban keluarga dan setidaknya membuatku keluargaku bangga. Lalu jika dalam perjalanannya kematian akhirnya menjemputku, setidaknya kematianku akan sedikit terhormat, Tuan.”
Ethan menatap Sarayu dan tidak menyangka gadis biasa dengan latar belakang biasa itu bisa berbicara seperti itu kepadanya dengan mata penuh keyakinan dan tanpa rasa takut sekalipun.
“. . . Bagaimana pun aku memikirkannya, mati seperti itu rasanya lebih baik dari pada kematian pertama yang aku jelaskan pada Tuan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments