Ethan menatap heran ke arah Dylan karena tidak mengerti dengan ucapan yang keluar dari mulut Dylan. Kemampuan khusus, tangan yang berbeda, pecahan meteor yang tidak sengaja menyelamatkannya dan diberinya nama God’s Blessing. Ethan benar-benar tidak paham dengan banyak keanehan yang datang kepadanya di saat bersamaan.
“A-aku masih tidak mengerti, Dylan. A-apa maksudnya dengan kemam-“ Ethan dengan cepat menghentikan ucapannya ketika sebuah ingatan muncul di dalam benaknya. Ingatannya yang memutar kembali kejadian tiga hari yang lalu di mana Ethan melihat bayangan seorang wanita yang kelak akan menjadi penyelamat dunia muncul di dalam benaknya.
“E-Ethan???” tanya Dylan khawatir. “A-apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi? Apa kau melihat sesuatu lagi, Ethan?”
Dylan yang panik melihat Ethan terdiam dan memegang kepalanya segera menghampiri sahabatnya. Sementara itu. . . Ethan yang mengingat kembali penglihatan yang dilihatnya sebelum akhirnya jatuh tertidur selama beberapa hari melihat kembali bayangan seorang gadis dengan tongkat merah di tangan kirinya. Ethan melihat sosok gadis itu berdiri dengan mengangkat tangan kanannya ke depan, berusaha membuat pelindung untuk gelombang tsunami yang datang akibat ledakan nuklir yang terjatuh di tengah samudra.
“. . . Ethan!” Dylan berteriak memanggil nama Ethan untuk kesekian kalinya setelah berulang kali tidak mendapat respon dari sahabatnya. Dylan yang sudah berada di dekat tubuh Ethan kemudian terpaksa mengguncang tubuh Ethan untuk mendapatkan respon darinya.
Namun. . . guncangan yang diberikan oleh Dylan itu tidak berhasil membuat Ethan berhenti melihat pemandangan mengerikan dari seorang gadis yang berdiri dengan penuh keyakinan sembari membuat pelindung untuk melindungi banyak orang di belakangnya. Ethan dapat dengan jelas melihat banyak orang di belakang gadis itu berhamburan berlarian ke sana kemari untuk berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri. Ethan hanya bisa menganga melihat pemandangan mengerikan itu lagi.
Larilah, Savior!
Ethan berteriak memberikan peringatan kepada gadis itu. Namun teriakan yang keluar dari dalam mulutnya tidak bersuara seolah suara miliknya ditelan oleh kehampaan.
Selamatkan dirimu, Savior!
Ethan yang masih tidak menyerah berusaha lagi berteriak memberikan peringatan kepada gadis itu. Namun sekali lagi, teriakan yang keluar dari dalam mulutnya tidak bersuara.
“Ethan, berapa jarak gelombang itu dengan daratan??”
Dari tempatnya berdiri, Ethan yang melihat punggung gadis itu kemudian mendengar sosok gadis itu memanggil namanya dari alat transmisi yang terpasang di telinga kanannya.
“Meski berulang kali kau mengatakan padaku untuk pergi menyelamatkan diri, aku tidak akan pergi, Ethan. Ini tugasku. Ini pilihanku. Aku ada di sini karena aku memilih untuk menjadi penyelamat dunia ini. Sekarang. . . gelombang tsunami tiba-tiba muncul di samudra Hindia karena bom nuklir yang tidak sengaja jatuh. Jika air laut yang membawa radiasi bom nuklir itu mencapai daratan apa yang terjadi dengan orang-orang di belakangku? Mereka semua pasti akan mati, Ethan.”
Ethan mengerutkan alisnya karena merasa tidak berbicara dengan sosok gadis di hadapannya saat ini. Di tengah kebingungan Ethan yang tidak bisa memahami pemandangan di hadapannya saat ini, sosok gadis itu masih terus berbicara kepada Ethan yang lain.
“Aku tahu kau meragukanku, Ethan. Aku tahu kau ragu karena lebih dari siapapun kau berharap aku selamat. Tapi keselamatan banyak orang lebih penting dari pada keselamatan aku seorang, Ethan. Jadi. . . jika ingin membantuku sekarang, kau bisa lakukan satu hal, Ethan. Kau tahu dengan baik, aku benar-benar bodoh soal perhitungan. Jadi katakan padaku berapa ketinggian gelombang itu dan berapa ketinggian pelindung angin yang harus aku buat? Berapa ketebalan pelindung angin yang harus aku buat agar bisa menahan gelombang air laut sebesar itu, Ethan? Kumohon.”
Buk.
Sebuah pukulan mendarat di punggung Ethan dan membuat Ethan kembali ke tempat di mana dirinya seharusnya berada: di depan Dylan.
“Apa yang kau lihat, Ethan??” tanya Dylan khawatir. “Kau terdiam selama beberapa menit dan membuatku takut karena mungkin kau akan kehilangan kesadaran lagi.”
Ethan mengangkat kepalanya dan memandang Dylan dengan tatapan ketakutan. Air matanya perlahan mengalir membasahi matanya karena pemandangan yang baru saja dilihatnya.
“. . . Ethan? Itu air matamu, kenapa tiba-tiba terjatuh??”
Ethan mengangkat tangannya sendiri dan menyentuhkannya ke wajahnya sendiri. Sebuah cairan hangat terasa di tangan Ethan dan membuat Ethan tersadar. “Di mana orang-orang yang kamu temukan itu, Dylan?”
Dylan yang merasa khawatir dengan Ethan-sahabatnya, hanya bisa terdiam melihat perubahan ekspresi Ethan dalam waktu singkat. “Sebenarnya apa yang baru saja kamu lihat, Ethan? Apa kamu melihat sosok gadis itu lagi?”
Ethan menganggukkan kepalanya. “Ya, aku melihatnya meski tidak jelas, Dylan.”
“Lalu kenapa tiba-tiba kamu meneteskan air matamu, Ethan? Apa sesuatu yang buruk menimpa gadis itu dalam penglihatanmu?”
Ethan menganggukkan kepalanya lagi untuk kedua kalinya. “Ya, gadis itu mengalami bahaya di saat aku meragukan dirinya. Aku yang berada di masa depan yang berharap gadis itu selamat kemudian meragukan pilihannya dan memberikan perintah padanya untuk lari meski itu artinya akan banyak orang yang akan mati sebagai gantinya.” Ethan mengangkat kedua tangannya dan kemudian memegang kedua bahu Dylan dengan kuat. “Dengarkan aku dengan baik! Sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi di masa depan dan untuk itu, aku harus segera menemukan gadis itu lebih dulu.”
“Apa yang akan kau lakukan jika menemukan gadis itu, Ethan?” tanya Dylan. “Kau tahu gambaran masa depannya yang mungkin akan menjadi mimpi buruk baginya dan kau masih ingin menemukannya?”
Ethan menggenggam erat kedua bahu Dylan. “Justru karena itu, aku harus menemukannya, Dylan. Takdirnya tetap tidak akan berubah dan untuk melindunginya, satu-satunya jalan adalah melatihnya. Gadis itu mampu membuat pelindung dari angin dengan ukuran yang besar yang mungkin mampu menahan gelombang besar tsunami dan mungkin ledakan nuklir, Dylan. Gadis itu mampu mengendalikan angin, Dylan. Apa kau tidak ingat temuan kita beberapa tahun yang lalu?”
*
Lima tahun yang lalu. . .
Ethan yang sedang mengawal peneliti termasuk Dylan-sahabatnya, kini tiba di sebuah situs kuno yang baru saja ditemukan karena guncangan gempa bumi yang cukup kencang. Dengan peralatan lengkap serta sikap waspada dan hati-hati, Ethan bersama dengan pasukannya mengawal sekelompok peneliti termasuk Dylan untuk masuk ke dalam situs kuno itu.
“Ethan!” bisik Dylan.
Ethan yang berada tidak jauh dari Dylan kemudian menghentikan langkahnya dan menunggu Dylan untuk menyusulnya.
“Kenapa kau berbisik, Dylan?”
“Lihatlah kemari, Ethan!” Dylan kemudian menunjuk ke sebuah ukiran di mana seorang gadis sedang berdiri di depan sebuah gelombang air laut yang datang mendekat. “Tidakkah kau merasa gambaran gelombang ini adalah gambaran gelombang tsunami?”
Etha mengerutkan alisnya. “Benarkah itu? Aku bukan peneliti, Dylan. Jadi aku tidak tahu dengan baik arti dari ukiran-ukiran itu.”
“Aku yakin gambaran gelombang ini adalah gambaran gelombang tsunami yang mungkin datang dan pernah menghancurkan kaum ini. Tapi. . . bukankah hebat ada seorang wanita yang pemberani yang datang dan menghadang gelombang tsunami itu?”
“Apa kau yakin wanita itu menghadang gelombang itu dan bukannya menjadi persembahan seperti kebanyakan kisah-kisah bangsa di masa lalu yang percaya bahwa bencana akan terhenti ketika diberikan sebuah nyawa??” ejek Ethan.
“Tangan wanita itu, lihatlah, Ethan!”
Ethan menyipitkan kedua matanya guna melihat tangan wanita dalam ukiran itu lebih jelas. Setelah memperhatikan dengan cukup saksama, Ethan akhirnya setuju dengan pendapat Dylan. “Kau benar, Dylan. Tangan wanita itu menghadap ke arah gelombang air yang datang dan memberikan isyarat untuk berhenti kepada gelombang yang akan datang.”
Tidak butuh waktu yang lama bagi Dylan dan Ethan untuk menemukan kebenaran dari ukiran yang dilihatnya. Dalam salah satu makam kuno ditemukan gulungan perkamen yang menceritakan tentang satu-satunya wanita dalam suku itu yang mampu mengendalikan angin. Ketika sebuah gelombang laut yang besar datang dan hendak menghancurkan peradaban suku itu, wanita itu maju dengan penuh keberanian ke depan gelombang itu. Dengan kemampuannya mengendalikan angin, wanita itu kemudian membuat pelindung dari angin dan menghadang gelombang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments