“Tawaran?? Tawaran apa yang Tuan maksud?”
“Sebelum aku menjelaskan tawaran itu bisakah aku memastikan sesuatu dan bertanya hal lain kepadamu dulu, Miss ?”
Gadis itu menganggukkan kepalanya dengan sedikit ragu. Namun karena sekarang gadis itu tahu dirinya berada di negara asing dan mungkin sesuatu bisa membahayakan dirinya, maka gadis itu tidak punya pilihan selain menuruti permintaan Ethan.
“Apa yang ingin Tuan tanyakan?”
Ethan kemudian membiarkan Dylan maju dan mulai bertanya kepada gadis itu. “Perkenalkan nama saya Dylan. Saya adalah peneliti dari Aliansi Ingmar sekaligus orang yang membantu Ethan untuk membangun Pasukan Perdamaian Dunia ini. Jika boleh, siapa nama Miss ?”
“Namaku Sarayu.”
“Usia?”
“29 tahun.”
Ethan yang berada di belakang Dylan kemudian mengambil ponsel miliknya dan mengirim pesan kepada Forth yang berada di ruang kerjanya.
Ethan: Forth. Tolong periksa informasi mengenai gadis bernama Sarayu dengan kewarganegaraan Indonesia. Usia 29 tahun. Tinggal di Kota J.
“Sejak kapan Miss memiliki kemampuan untuk menggunakan angin dengan bebas?” Dylan melanjutkan pertanyaannya dan kali ini menanyakan satu dari beberapa pertanyaan inti.
“A-aku tidak ingat sejak kapan. Tahu-tahu aku bisa menggunakan angin dengan bebas menggunakan kedua tanganku.”
Ethan menatap raut wajah gadis itu dan bertanya kepada Eighth yang berdiri di sampingnya. “Bagaimana menurutmu, Eighth? Apakah mungkin gadis itu berbohong kepada kita?”
Eighth menunjuk ke arah kedua tangan gadis itu. “Tuan Ethan lihat, tangan gadis itu berkeringat meski tidak banyak. Dia pasti merasa sedikit takut, dari ekspresinya jelas dia sama sekali tidak berbohong, Tuan.”
“Kalau begitu. . . siapa saja yang mengetahui Miss memiliki kemampuan ini?” Dylan melanjutkan pertanyaannya.
Gadis itu menggerakkan kepalanya dengan sedikit ragu sebelum menjawab. “Kurasa tidak ada. Selama ini aku selalu berhati-hati jika ingin menggunakan kemampuanku ini. Jika tidak dalam keadaan terdesak, sebisa mungkin aku tidak menggunakannya. Punya kemampuan aneh seperti ini, aku rasa akan jadi malapetaka jika orang-orang mengetahuinya.”
“Baiklah kalau begitu.” Dylan kemudian menekan tombol remote lagi dan memutar rekaman lain untuk diperlihatkannya kepada gadis itu. “Mohon lihat ini, Miss!”
Klik. Rekaman kedua kemudian memutar seorang pria yang mampu mengalahkan pasukan dalam jumlah besar hanya dengan satu pukulan yang diarahkannya ke tanah. Rekaman itu memutar keganasan pasukan dari Aliansi Arael dan membuat gadis itu membuka mulutnya lebar dan menganga karena terkejut.
“I-itu. . . bagaimana bisa pria itu membelah tanah hanya dengan satu pukulan dari tangannya?” tanya gadis itu masih menatap ke arah layar.
Dylan melirik ke arah Ethan dan meminta Ethan untuk menggantikan dirinya memberi penjelasan kepada gadis itu. Ethan yang paham kemudian maju satu langkah dan mulai memberi penjelasan kepada gadis itu.
“Pria yang kamu lihat itu adalah anggota dari Aliansi Arael yang beberapa waktu lalu membunuh pasukan dari Aliansi Ingmar yang sedang berjaga. Seperti yang kamu ketahui lebih dari sebagian bumi ini sedang dalam keadaan perang karena invasi dari Aliansi Arael.”
“Aku tahu itu.” Gadis itu menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Ethan.
“Aku adalah satu dari beberapa jenderal yang memimpin perang melawan Aliansi Arael di bawah Aliansi Ingmar. Saat berperang melawan Aliansi Arael, pasukanku yang terus dipikul mundur kemudian berada di ujung tanduk dan aku hampir saja mati hingga sesuatu jatuh dari langit. Sebuah meteor jatuh dan karena terbakar oleh atmosfer bumi, meteor itu kemudian terpecah menjadi banyak bagian sebelum akhirnya menyebar. Satu dari pecahan meteor itu jatuh padaku dan membuatku mampu melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain.”
“Dan apa yang Tuan bisa lihat?”
Ethan dapat dengan jelas melihat raut penasaran di wajah gadis itu ketika mendengar penjelasan darinya.
“Aku bisa melihat masa depan meski tidak secara keseluruhan. Aku juga bisa melihat masa lalu seseorang jika menyentuh tangannya dan membaca pikiran dari orang-orang di sekitarku.”
“Sebelum aku memikirkan tawaran itu, bisakah aku melihat pecahan meteor yang Tuan katakan?”
Ethan kemudian meminta Dylan untuk membawakan pecahan meteornya kepada Sarayu dan begitu Sarayu melihat pecahan meteor itu, raut wajah Sarayu berubah. Ada sedikit rasa terkejut di matanya ketika memandang pecahan meteor milik Ethan.
“Sepertinya saya ingat sesuatu, Tuan,” ucap Sarayu dengan mata yang masih tidak bisa lepas memandang ke arah pecahan meteor milik Ethan.
“Apa itu, Miss Sarayu?”
“Aku bisa mengendalikan angin sejak menyentuh batu yang mirip dengan milik Tuan.”
Dugaan Ethan benar-benar tepat. Sarayu memiliki kemampuan mengendalikan angin karena menyentuh pecahan meteor yang sama seperti milik Ethan.
“. . .Tuan tadi berkata bahwa Tuan membawaku kemari untuk memberikanku sebuah tawaran bukan?”
Ethan tersenyum. “Itu benar, Miss.”
“Dan apakah tawaran itu adalah memintaku untuk bekerja di Pasukan Perdamaian Dunia yang Tuan pimpin?”
“Itu benar.” Ethan tidak lagi menyembunyikan niat dan tujuannya.
“Kalau begitu bisakah Tuan membuatku melihat masa depanku jika aku menerima tawaran itu?” ujar gadis itu. “Aku akan mempertimbangkan tawaran itu jika aku bisa mengetahui masa depanku.”
Ethan menolehkan kepalanya melihat ke arah Dylan untuk mengetahui bagaimana pendapat Dylan tentang tawaran yang diberikan oleh gadis itu. Sama halnya dengan Ethan, Dylan yang mendengar tawaran gadis itu juga langsung menolehkan kepalanya melihat ke arah Ethan. Dylan lebih dulu mengajukan pertanyaan kepada Ethan dan bertanya dengan mengecilkan suaranya.
“Apa kau bisa membaca masa depan seseorang dan membuat orang itu juga bisa melihatnya? Kau belum pernah melakukan itu. Selama ini. . . masa depan yang kau katakan hanya berada dalam penglihatanmu saja. Aku saja belum pernah melihat masa depan yang kau katakan bahkan gambaran gadis yang akan menjadi penyelamat dunia.”
Ethan setuju dengan pertanyaan yang diajukan oleh Dylan kepadanya. Selama ini, Ethan hanya melihat masa lalu seseorang dan bukannya masa depan seseorang. Masa depan yang selalu dilihatnya adalah masa depan dunia bukan masa depan seseorang. Dan juga. . . membuat orang lain melihat hal yang sama dengan dirinya, Ethan juga belum pernah melakukan hal itu sebelumnya. Permintaan gadis itu kepada Ethan rasanya cukup berat bagi Ethan.
Kling.
Tanda notifikasi pesan Ethan berbunyi. Ethan segera mengambil ponsel miliknya dan menunjukkan pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Ethan menarik tangan Dylan dan meminta Eighth untuk menemani gadis bernama Sarayu itu ketika dirinya sedang membuka pesan penting bersama dengan Dylan.
“Pesan apa yang kamu terima dari Forth?” tanya Dylan ketika berada di luar ruangan di mana Sarayu dan Eighth berada.
“Selagi kau berbicara dengan gadis itu, aku meminta Forth untuk mencari informasi gadis itu dan inilah pesan hasil dari permintaanku itu.
Nama: Sarayu.
Lahir: 28 Februari 2003
Pendidikan: Bachelor of Chemical engineering from I university.
Alamat: Jalan xx no xx. Kota J.
Pekerjaan: tidak ada.
Sarayu merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Memiliki satu adik perempuan dan satu adik laki-laki. Selama dua tahun ini, Sarayau menganggur dan masih berusaha mencari pekerjaan.
Meiliki banyak akun pribadi dengan nama Ssarayu dan beberapa akun menggunakan nama Lunatic Bahram yang diduga sebagai nama samaran atau nama pena.
Sarayu berulang kali mengalami kegagalan dalam mencari pekerjaan dikarenakan wajahnya yang jauh dari kata menarik.
Ethan melihat ke arah kaca dan melihat Sarayu yang sedang berdiri bersama dengan Eighth dan berbincang-bincang. Setelah memperhatikan Sarayu, Ethan kemudian melihat kembali ke arah ponselnya dan menarik layar ponselnya untuk melihat informasi selanjutnya dari Forth.
“Aku tidak menyangka jika negara tempatnya tinggal masih mementingkan wajah seseorang untuk menerima pekerjaan,” ujar Dylan ketika melihat foto kedua adik Sarayu yang rupawan dan berbeda jauh dengan Sarayu.
Ethan kemudian kembali menolehkan kepalanya melihat ke arah Sarayu dari balik kaca. Sembari melihat Sarayu, Ethan kemudian teringat permintaan yang sebelumnya diminta oleh Sarayu kepadanya.
“Kalau begitu bisakah Tuan membuatku melihat masa depanku jika aku menerima tawaran itu?” ujar gadis itu. “Aku akan mempertimbangkan tawaran itu jika aku bisa mengetahui masa depanku.”
Mungkinkah gadis itu sedang putus asa?. Ethan bertanya di dalam benaknya sembari melihat ke arah Sarayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments