Ruyi-tongkat merah tiruan Ruyi Jingu Bang kemudian melepaskan dirinya dari genggaman Sarayu dan mulai bergerak dengan cara berputar-putar seolah diputar oleh tangan Sarayu.
Swing. . . swing. . .
Setelah berputar-putar, Ruyi kemudian mulai memanjang tubuhnya di titik yang ditunjukkan oleh Sarayu padanya. Tepat ketika Ruyi bergerak memanjang, Sarayu dengan menggunakan sepatu rodanya mulai naik ke atas melintasi tubuh Ruyi seolah tongkat merah itu adalah lintasan sepatu roda.
“Uwaaaahhhhhhhh.” Seventh berteriak dengan mulut terbuka lebar ketika melihat apa yang baru saja di lakukan oleh Sarayu di depan matanya. “I-ini. . . luar biasa sekali.”
Pada saat yang sama, Second, Ninth, Ethan dan Dylan yang melihat pemandangan itu, membuat ekspresi yang sama ketika melihat apa yang baru saja dilakukan Sarayu: terkejut, terpana, kagum dan tidak percaya.
“Apa yang baru saja dilakukannya? Bukankah Sarayu baru saja mempelajari sepatu roda itu dan membuat Ruyi mematuhi perintahnya?” teriak Second tidak percaya.
Belum selesai dengan pemandangan mengejutkan yang dibuat oleh Sarayu, pemandangan yang lebih mengejutkan dibuat oleh Sarayu untuk kedua kalinya.
Sarayu yang terus bergerak ke atas memanjat tubuh Ruyi, kemudian memberikan perintah baru kepada Ruyi. “Berhenti, Ruyi! Kembali ke tanganku!”
Menerima perintah baru, Ruyi kembali mengubah ukuran tubuhnya menjadi tongkat dengan panjang 2 meter dan bergerak ke dalam genggaman Sarayu.
Swing. . . swing. .
Ruyi berputar-putar di udara dan dalam sekejap kembali ke dalam genggaman tangan Sarayu.
“Tidak!!” Seventh yang melihat Sarayu melayang bebas tanpa tongkatnya yang semula menjadi lintasannya untuk bergerak kemudian histeris membayangkan Sarayu yang bisa kapan jatuh bebas.
Second dan Ninth yang melihat hal yang sama, mengepalkan tangan mereka karena terkejut dan tidak percaya Sarayu memberikan perintah yang berbahaya untuk dirinya sendiri.
“Second!” teriak Seventh panik. “Lambatkan waktu jatuhnya! Aku akan menangkap tubuh Sarayu!”
Seventh yang panik karena membayangkan tubuh Sarayu yang akan mendarat dengan keras ke permukaan lantai, sudah mengambil langkah kaki yan besar untuk berlari menuju ke titik di mana Sarayu akan jatuh. Namun tubuh Seventh tiba-tiba berhenti bergerak ketika melihat senyuman Sarayu yang masih berada di atas menunggu tubuhnya tertarik oleh gaya gravitas bumi.
“Ruyi, memanjang!”
Seventh, Second dan Ninth mendengar kembali perintah Sarayu. Untuk sejenak Seventh, Second dan Ninth yang tadi sempat merasa panik, kemudian membaku ketika melihat tongkat merah-Ruyi di tangan Sarayu mulai memanjang hingga ke permukaan lantai di ruang pelatihan.
Wushh. . . .
Ruyi memanjang dengan cepat menuju ke titik permukaan lantai. Sarayu yang masih menggenggam Ruyi di tangannya dan melihat Ruyi telah memanjangkan tubuhnya dengan cepat menggerakkan tubuhnya dengan bantuan angin dari tangan lainnya yang bebas. Sarayu memutar tubuhnya dan membuat kedua kakinya yang terpasang sepatu roda mendarat ppada tubuh Ruyi yang memanjang. Dengan gerakan memutar, tubuh yang ditekuk hingga berjongkok dan satu tangannya menggenggam tubuh Ruyi, Sarayu membuat tubuhnya menuruni tongkat merah-Ruyi seolah lintasan.
Hup.
Dalam hitungan lima belas detik, Sarayu akhirnya mendarat tepat di depan Seventh, Second dan Ninth dengan senyuman kecil di wajahnya.
“Ruyi, kembali!” Masih memegang tongkat merah-Ruyi, Sarayu kemudian memberikan perintah pada Ruyi. Setelah tongkatnya kembali ke ukuran semula, Sarayu menatap ke arah Seventh, Second, dan Ninth. “Bagaimana menurut kalian? Apakah itu pertunjukan yang bagus?”
Melihat senyuman di wajah Sarayu yang seolah menemukan kebahagiaan kecilnya, Seventh dan Second yang sempat panik untuk beberapa detik tadi langsung terduduk lemas di tempatnya berdiri.
“Ya, Tuhan!!! Apa kalian baik-baik saja? Second? Seventh?” tanya Sarayu terkejut dan langsung mendekati Second dan Seventh.
Ninth yang sempat terkejut juga dengan cepat membuat dirinya kembali tenang dan segera menghampiri Sarayu. Ninth menepuk pelan bahu Sarayu untuk menenangkannya. “Mereka baik-baik saja, Miss Sarayu. Mereka hanya terkejut dengan apa yang baru saja kamu lakukan.”
“Benarkah itu?”
Ninth menganggukkan kepalanya. “Ya, Miss. Tenang saja, mereka baik-baik saja.” Setelah mengatakan hal itu, Ninth memutar tubuhnya melihat ke arah kamera sejenak sebelum melihat ke kaca yang menghubungkan ruang pelatihan dan ruang di mana Ethan dan Dylan memperhatikan Sarayu.
Ninth membuat gerakan kecil di depan kamera dengan harapan Forth yang melihatnya dapat melihat ucapan Ninth. “Bagaimana menurutmu, Forth?”
Sementara itu di ruang sebelah.
Sama seperti Seventh dan Second yang sempat merasa panik karena mengira Sarayu akan jatuh tertarik gravitasi bumi, Ethan dan Dylan segera mengembuskan napasnya yang panjang sebagai pertanda bahwa mereka berdua sudah merasa lega.
“Bisakah aku menyebutnya dengan gadis gila, Ethan?” Dylan memandang ke arah Sarayu yang tersenyum ke arah Seventh dan Second dan berusaha untuk menenangkan dua orang yang terkejut itu.
Sama seperti Dylan, Ethan yang melihat ke arah Sarayu kemudian menganggukkan kepalanya setuju. “Aku juga memikirkan hal yang sama, Dylan. Dia gadis gila! Bagaimana bisa dia mencoba melakukan hal berbahaya di hari percobaan pertamanya? Aku sebagai jenderal perang Aliansi Ingmar benar-benar terkejut ketika melihatnya tadi.”
“Hahahahaha. . . “
Dylan tertawa kecil dan tawanya itu berhasil membuat Ethan yang baru saja merasa lega kemudian berubah dengan cepat menjadi merasa heran. “Apa yang kau tertawakan, Dylan?”
Dylan kemudian menutup mulutnya dan berusaha untuk menghentikan tawanya sebelum menjawab pertanyaan dari Ethan-sahabatnya. “Tidakkah kau merasa bahwa inilah alasannya penglihatanmu membuatmu melihat masa depan?”
Alis Ethan mengerut karena tidak mengerti. “Apa yang kamu maksud, Dylan?”
“Di tengah dunia yang sudah gila ini dan musuh gila yang kita hadapi, bukankah ini alasannya kenapa gadis itu akhirnya yang akan membawa perdamaian yang kita impikan? Gadis itu juga sama gilanya dengan dunia ini dan musuh kita.”
Mendengar jawaban dari Dylan yang masih merasa terkejut dan tidak percaya, Ethan mengalihkan pandangannya dari Dylan ke arah Sarayu. Dari balik kaca ruangannya, Ethan menatap Sarayu lekat-lekat. Sarayu-gadis yang dianggap sebagai gadis biasa dan wanita biasa itu, menunjukkan bakat yang luar biasa sebagai satu dari beberapa pemilik kemampuan khusus dari pecahan meteor God’s Blessing. Caranya beradaptasi, caranya berpikir, caranya menerima dan caranya mengatasi keadaan, sudah bukan lagi cara gadis biasa yang selama ini hidup dalam kedamaian berkat negaranya yang memilih untuk menjadi kelompok negara netral.
Bagi Ethan saat ini Sarayu yang menunjukkan perkembangan yang luar biasa hanya dalam hitungan hari, dianggap sebagai ketidaknormalan yang ada. Ditambah lagi dengan kemampuan miliknya yang mampu menguasai kemampuan lain dalam waktu yang cukup singkat.
“Pasti ada alasan lain, kenapa harus dia orangnya dari triliunan manusia di bumi ini? Itu pasti,” gumam Ethan melihat ke arah Sarayu.
\*
Rapat Kelompok Negara Netral.
“Kita tidak biasa terus berada dalam posisi netral? Apa kalian tidak lihat perbuatan Aliansi Arael yang baru saja membahayakan negara-negara di sekitar kita?” Setelah mengatakan pendapatnya mengenai ledakan dari Aliansi Arael yang jatuh di samudra Hindia, Duta perwakilan Malaysia melirik ke arah Duta perwakilan Indonesia.
“Lalu apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita membubarkan kelompok ini dan memihak salah satu aliansi?” Duta perwakilan India mengungkapkan pendapatnya sembari melirik ke arah Duta perwakilan Indonesia seperti Duta perwakilan Malaysia.
“Apa kalian merasa tidak aman?” Duta perwakilan Indonesia yang merasakan banyak mata yang mengarah padanya saat ini, akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara. Di antara beberapa anggota kelompok negara netral, Indonesia-lah yang memiliki jabatan dan kekuatan yang lebih tinggi karena Indonesia-lah pencetus sekaligus pendiri dari kelompok netral ini. Selain itu, berkat hubungan baiknya dengan beberapa negara baik itu dari Aliansi Ingmar dan Aliansi Arael, membuat beberapa negara dari dua aliansi itu begitu menghormati Indonesia yang memilih untuk bersikap netral dan tidak memihak, karena jumlah rakyatnya yang cukup banyak. “Jika kalian merasa tidak aman, kalian bisa keluar dari kelompok kecil ini dan memihak salah satu aliansi.”
Duta perwakilan Malaysia dan India langsung menundukkan kepala mereka begitu mendengar ucapan santai dari Duta perwakilan Indonesia.
Melihat situasi tegang, Duta perwakilan Mesir memberanikan diri untuk membuka mulutnya dan memberikan pendapatnya. “Aku punya saran. Apakah tuan-tuan bersedia mendengarkannya?”
“Tidak salahnya, Tuan. Mungkin saran yang Tuan berikan bisa memperbaiki ketegangan yang ada dalam rapat saat ini,” ujar Duta perwakilan Kuba.
“Jika semua ini terjadi karena ulah Aliansi Arael yang membuat banyak negara merasa ketakutan, bagaimana jika kita menunjuk satu orang untuk berdiri sebagai lambang netral kita?” ujar Duta perwakilan Mesir.
“Bagaimana cara kita memilih orang itu, Tuan?” tanya Duta perwakilan Malaysia yang mulai merasa tertarik.
“Orang itu haruslah punya nama yang baik, ketenaran yang luas dan serta dikagumi oleh banyak orang. Jika bisa, orang itu punya hubungan baik antara dua aliansi yang membuat dua aliansi yang saling berseteru berpikir dua kali untuk menyerang negara dalam kelompok netral,” jelas Duta perwakilan Mesir.
“Apa ada orang seperti itu, Tuan?” tanya Duta perwakilan India.
Duta perwakilan Mesir kemudian melihat ke arah Duta perwakilan Indonesia dengan senyuman kecilnya. “Kurasa orang seperti itu ada di Indonesia, tuan-tuan. Apa kalian mengenal Winner-aktor yang terkenal hingga ke kelas internasional itu?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments