... Meskipun suasana sempat memanas karena perkataan Maya yang membuat Naga emosi, namun Nara berhasil membuat suasana kembali tenang dan damai khususnya untuk Naga. Mereka saling membantu dalam menyiapkan dan menyajikan makanan untuk malam itu sambil mengobrol santai sedangkan Naga lebih banyak terdiam ketika membantu mereka dan hanya berbicara ketika ditanya sesuatu. Meskipun demikian Naga menjawab setiap hal yang ditanyakan padanya dengan jawaban yang lebih ramah dan membuat Ringgo tersenyum senang melihatnya....
“Naga apa kamu bisa membantu Nara dengan kutukan perkataanmu agar semua daging matang?” tanya Ringgo bercanda.
“Tentu, tapi mungkin hanya akan menyisakan kita berdua.” jawab Naga dingin yang langsung membuat semua orang terkejut dan melihat ke arah Naga.
“Aish rupanya kamu masih belum bisa di ajak bercanda Naga.” keluh Ringgo sambil menggelengkan kepala dan membuat Nara tersenyum.
“Lagipula pak Ringgo ada - ada saja, namanya aja udah kutukan perkataan bagaimana mungkin bisa membantu kita dalam pekerjaan sehari hari.” jawab Nara sambil tersenyum ramah melihat ke arah Ringgo yang membuat Nana kembali melihat ke arah Nara sambil tersenyum menggoda.
“Ada apa?” tanya Nara saat melihat Nana tersenyum ke arahnya dengan kode gerakan bibir yang dijawab gelengan kepala oleh Nana sambil tersenyum.
“Yang kamu katakan benar juga Nara.” jawab Ringgo sambil tertawa kecil.
“Biar aku yang selesaikan sisanya Nara, kamu bisa fokus menikmati acara makan bersama ini.” pinta Naga sambil menghampiri Nara.
“Gak perlu Ga, mau bagaimanapun kamu tamu di rumahku jadi biarkan aku yang selesaikan masakannya.” jawab Nara sambil tersenyum.
“Aku tidak keberatan.” jawab Naga sambil mengambil pencapit lalu memasukan beberapa daging ke dalam panggangan.
“Kalau memang kamu gak keberatan, gimana kalau kita potong - potong daging yang kamu bawa lalu bumbui untuk bisa segera di panggang juga?” tanya Nara antusias sambil tersenyum menatap Naga.
“Tentu.” jawab Naga setuju.
“Ayo ikut aku!” ajak Nara yang langsung berjalan ke dapur diikuti Naga.
“Tolong ambilkan piring, pisau, minyak wijen, dan wadah bumbu yang ada disana! Aku mau nyuci dagingnya dulu, terus kita potong dan bumbui.” pinta Nara sambil menunjuk ke tempat perlengkapan yang diminta.
“Ini Nara.” kata Naga yang membawa semua perlengkapan yang diminta Nara.
“Ok simpen dulu Ga.” jawab Nara yang langsung membagi dagingnya menjadi 2 potongan besar.
“Tolong kamu potong daginnya, ukurannya segini aja!” pinta Nara sambil mencontohkan cara memotong daging beserta ukuran daging yang dimaksud.
“Ok.” jawab Naga yang langsung memotong daging sesuai intruksi Nara.
“Nah sekarang kita kasih minyak wijen dan beberapa bumbu terus kita aduk biar bumbunya merata.” pinta Nara setelah mereka berdua selesai memotong daging dan langsung memasukkannya ke dalam wadah untuk dibumbui.
“Ini udah selesai Ga, kamu bisa langsung panggang dagingnya.” kata Nara setelah selesai membuat dagingnya rata dengan bumbu secara keseluruhan.
“Ok.” jawab Naga yang langsung membawa daging yang telah dibumbui dan langsung memanggangnya, sedangkan Nara langsung mencuci peralatan yang baru saja mereka gunakan.
“Wah aromanya benar - benar enak.” puji Nara yang berjalan menghampiri Naga yang sedang memanggang daging.
“Kakak memang terbaik dalam meracik bumbu makanan.” puji Nana yang tersenyum sambil memberikan acungan jempol kepada Nara, tanpa sadar hal tersebut membuat Naga tersenyum tipis yang disadari oleh Nara.
“Sini biar aku bantu!” pinta Nara yang hendak mengambil beberapa daging.
“Tidak perlu Nara, kamu duduklah dan nikmati makanannya. Ini tinggal sedikit lagi, jadi tidak akan lama.” jawab Naga yang fokus memanggang daging.
“Ok.” jawab Nara sambil tersenyum yang langsung duduk di sebelah Nana.
... Nara langsung mengambil piring kecil lalu menaruh beberapa selada di atasnya. Kemudian Nara mengambil beberapa potong daging yang diletakan di atas selada lengkap dengan beberapa potong bawang putih dan bawang bombay. Nara juga mengambil gelas minum Naga dan mengisinya lalu memberikan piring kecil tersebut kepada Naga beserta minuman yang sudah dia tuangkan....
“Kamu juga manggangnya sambil makan ya!” pinta Nara yang tersenyum manis sambil menatap Naga yang membuat Naga terpana dan Nana tersenyum melihatnya.
...
... Adler, Arkan, dan Adinda kembali berkumpul sekeluarga, namun setelah Adler dan Adinda dikutuk oleh Naga kehidupan keluarga mereka menjadi kacau balau. Arkan yang terkena kutukan mimpi buruk jiwa manusia masih lebih baik dibandingkan keadaan kakak dan ibunya karena masih bisa menjalankan aktivitas seperti biasa, namun sulit untuk tidur. Adinda dan Adler mencoba berbagai cara untuk menyembuhkan kutukan mereka tapi tidak ada satupun usaha mereka yang memberikan hasil....
“Arkan kamu tahu laki - laki yang mengutuk mamah dan Adler kan? Bisakah kamu coba mencarinya dan membujuknya?” pinta Adinda yang putus asa.
“Aku tahu rumahnya mah, tapi aku gak berani datang kesana. Aku takut dia akan memberikan penderitaan yang sama seperti mamah dan kakak karena dia adalah orang pertama yang tahu perbuatan burukku saat pengabdian masyarakat di desanya.” jawab Arkan ketakutan namun juga sedih.
“Kakakmu sekarang sudah seperti orang yang mengalami gangguan jiwa dan mamah juga dengan tangan ini tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Kalau begini terus keluarga kita akan benar - benar hancur Arkan, cuman kamu satu - satunya harapan mamah dan Adler.” kata Adinda sambil meneteskan air mata keputus asaan.
“Ada satu temanku yang cukup kenal dengan mas Naga saat kami pengabdian masyarakat di desa mas Naga, mungkin aku bisa minta bantuannya mah. Besok Arkan akan coba ketemu dan bicarakan hal ini sama dia ya mah.” jawab Arkan yang ikut sedih tapi dia tidak berdaya.
...
“Na boleh ngobrol sebentar?” tanya Arkan penuh harap yang langsung menghampiri Nana setelah selesai kelas.
“Boleh ada apa Arkan?” tanya balik Nana sambil melihat ke arah Arkan.
“Jangan disini Na!" pinta Arkan yang langsung menarik Nana ke samping kelas yang lebih sepi orang lalu lalang.
“Na aku boleh minta tolong kamu untuk ngebujuk mas Naga batalin kutukannya ke mamahku dan kakakku gak?” tanya Arkan penuh harap yang membuat Nana ragu.
“Memang kapan rencananya kamu mau ke desa Sukamanah?” tanya Nana balik.
“Kamu sendirian yang ketemu sama mas Naga Na, aku takut dikasih kutukan yang sama seperti mamahku atau kakakku kalau aku ketemu sama mas Naga. Lihat mamah dan kakakku aja aku ketakutan banget apalagi kalau aku ngerasain sendirina, kamu mau kan?” tanya Arkan lirih penuh harap yang membuat Nana semakin ragu.
“Aku bukannya gak mau bantu Arkan, tapi masalahnya mas Naga itu bukan tipe orang yang bisa dibujuk apalagi berhubungan dengan mamah dan kakak kamu yang bikin mas Naga.” jawab Nana ragu.
“Aku mohon Na, aku janji keluargaku akan bertanggung jawab untuk semua yang pernah keluarga aku lakuin, tapi gak dengan penderitaan seperti ini. Aku gak bisa lihat mamah dan kakakku menderita seperti ini, apalagi aku gak bisa apa - apa untuk ngebantu mereka, aku mohon Na.” kata Arkan sambil meneteskan air mata lirih penuh harap yang membuat Nana bimbang.
“Aku minta izin dulu kakakku ya! Soalnya kakakku tahu akan jadi bahaya kalau ketemu mas Naga untuk membicarakan yang kamu minta.” jawab Nana ragu.
“Kalau gitu aku akan anterin kamu ke desa Sukamanah, aku akan urus semua keperluan kamu untuk kesana, dan aku akan ikut kamu minta izin sama kakak kamu. Selama ada kesempatan untuk aku bisa bantu mamah dan kakakku aku akan lakuin itu Na, boleh ya?” tanya Arkan yang mulai bersemangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments