Kutukan Mayat Hidup

... Para roh gunung mengikuti sisa - sisa aura dari batu berwarna untuk menemukan Arkan dan mengambil batu berwarna kembali. Disisi lain ada sebuah kutukan dalam bentuk manusia yang juga mengincar Arkan dan beberapa temannya. Ketika Diki sedang berjalan di lorong kampus menuju parkiran motor sosok kutukan tersebut menghadang Diki....

“Siapa kamu?” tanya Diki terkejut ketakutan.

... Sosok kutukan tersebut menatap Diki tajam dan langsung berlari dengan cepat untuk mencekik Diki. Diki dicekik oleh kutukan tersebut dan diangkat hingga melebihi tinggi sosok kutukan tersebut hanya dengan satu tangan saja. Diki yang kesakitan dan semakin kehabisan napas mencoba melepaskan diri dengan cara memukul dan menendang sosok kutukan yang mencekiknya. Namun upayanya sia - sia dan Diki tewas di tempat. Tidak lama setelah Diki tergelatak tak bernyawa sosok kutukan tersebut langsung terduduk dan lapuk selayaknya tanah kering yang hancur....

...

... Naga sedang dalam perjalanan untuk berjumpa dengan adik angkatnya, tapi saat di kereta Naga merasakan 2 sosok kutukan yang berkamuflase di tengah - tengah manusia. Sadar akan hal tersebut Naga memutuskan turun di stasiun yang sama dengan aura dari 2 sosok kutukan yang dia rasakan dan mengikuti aura kutukan tersebut. Tampaknya dua sosok kutukan tersebut sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat karena aura keberadaannya terus bergerak tanpa henti....

...

...Keesokan harinya jenazah Diki dimakamkan dengan iringan duka dan tangis kesedihan dari keluarga beserta teman - temannya. Sosok mayat hidup yang membunuh Diki mengundang banyak sekali pertanyaan dari berbagai pihak. Setelah selesai mengantarkan jasad Diki ke tempat peristirahatan terakhirnya Alvi dan Sinta langsung menghampiri Arkan dan Yawar yang hendak pulang....

“Arkan, apa yang telah kamu lakukan sampai Diki kehilangan nyawanya? Harusnya aku curiga sama kamu saat mas Naga malam itu nanya ke kamu tentang sesuatu yang kamu bawa pulang dari bukit sakral.” tanya Alvi kesal dengan mata berkaca - kaca.

“Ini gak ada hubungannya sama aku Vi.” jawab Arkan mengelak lemah lembut.

“Pembohong, mana mungkin ada mayat hidup yang bisa membunuh orang yang masih hidup. Terlebih Diki ikut bersama kita saat ke bukit sakral, pasti ini ada hubungannya dengan yang kamu lakukan Arkan. Kamu harus jujur dan menyelesaikan semua masalah ini, apa kamu pingin kita semua mati dulu baru kamu sadar akan kesalahan kamu?” tanya Alvi kesal sambil meneteskan air mata ketakutan.

“Apa maksudnya Vi?” tanya Nana yang langsung menghampiri Alvi, Sinta, Arkan dan Yawar ketika mendengar pembicaraan Alvi.

“Arkan yang harusnya jawab Na.” jawab Alvi sambil menghapus air matanya.

“Ok aku salah udah bawa salah satu batu berwarna dari bukit sakral, akhir pekan ini aku akan pergi ke desa Sukamanah untuk balikin batu itu.” jawab Arkan ketus.

“Gak bisa Arkan, batu itu harus segera dibalikin kalau perlu sekarang kita semua pergi kesana agar tidak ada lagi korban seperti Diki.” protes Alvi kesal.

“Jadi kamu beneran bawa salah satu batu berwarna dari bukit sakral? Sekarang batunya lagi kamu bawa?” tanya Nana mengkonfirmasi.

“Iya, aku selalu bawa batu itu karena aku pikir batu itu bisa bawa keberuntungan.” jawab Arkan sambil menunjukan batu berwarna yang dia curi.

“Lu bener - bener keterlaluan Arkan.” kata Sinta sambil menggeleng -gelengkan kepala terkejut melihat batu berwarna di tangan Arkan.

“Sepertinya bukan hanya Arkan yang harus pergi, setidaknya kita berempat harus pergi karena saat di bukit sakral kita berlima ada disana. Siapapun pemilik batu ini mungkin mengira kita berlima lah yang telah mencuri batu ini.” usul Yawar sambil melihat ke arah Alvi dan Sinta bergantian.

“Aku juga ikut, mungkin aku bisa bantu kalian.” kata Nana sambil melihat keempat temannya secara bergantian.

“Makasih ya Na.” kata Alvi dan Sinta kompak.

“Kita harus pergi ke desa Sukamah sekarang juga Arkan!” ajak Alvi kesal sambil melihat ke arah Arkan.

“Ok, gua bawa mobil jadi kita bisa langsung pergi sekarang juga.” jawab Arkan ketus.

Saat mereka berlima berjalan menuju mobil Arkan tanpa mereka sadari semua orang yang ikut mengantarkan jenazah Diki telah pergi dan hanya menyisakan mereka berlima. Ketika mereka sudah dekat dengan mobil Arkan tiba - tiba muncul 2 sosok mayat hidup yang hampir sama dengan sosok mayat hidup yang membunuh Diki dan membuat mereka berlima terkejut. Kedua sosok mayat hidup tersebut langsung berlari ke arah mereka berlima dan dengan sigap roh penjaga yang bersemayam dalam tubuh Nana keluar sambil menyerang terlebih dahulu ke arah 2 sosok mayat hidup tersebut.

“Ayah!” panggil Nana terbata - bata terkejut melihat sosok ayahnya yang sudah meninggal berdiri dihadapannya.

“Mereka sama seperti sosok yang membunuh Diki.” kata Sinta ketakutan melihat kedua sosok mayat hidup di hadapannya.

“Apakah lelaki satunya itu ayahmu Nana?” tanya Alvi mengkonfirmasi.

“Iya benar.” jawab Nana sedikit ragu.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Yawar kebingungan panik.

... Kedua sosok mayat hidup tersebut kembali berlari menyerang roh ayah Nana dan terjadilah pertarungan diantara mereka. Ditengah pertarungan mereka, kelima roh penjaga gunung juga telah tiba di area pemakamam Diki dan melihat ke arah Arkan begitu pula dengan Naga yang mengikuti aura 2 sosok kutukan sejak di kereta. Naga dan kelima roh gunung langsung berlari ke arah mereka berlima....

“Mas Naga!” sapa Alvi, Nana dan Sinta kompak.

“Bukankah sudah kubilang kalian cukup mengincar pelakunya saja tanpa harus melibatkan orang lain.” kata Naga sambil melihat ke arah para roh gunung yang membuat Nana dan teman - temannya juga bisa melihat sosok 5 roh gunung di hadapan mereka.

“Mereka berdua bukan bagian dari kami tuan Naga, tapi kami bisa merasakan mereka berdua juga mengincar Arkan.” jawab Furion dengan penuh hormat.

“Kamu benar - benar suka mencari masalah rupanya.” kata Naga sambil melihat ke arah Arkan dengan tatapan dingin nan tajam.

“Furion lakukan apa yang kalian inginkan dan jangan ganggu mereka yang tidak terlibat dengan batu berwarna, aku akan mengurus mereka berdua!” pinta Naga.

“Baik tuan Naga.” jawab Furion yang langsung memerintahkan roh gunung lainnya untuk mengambil kembali batu berwarna beserta Arkan yang akan mereka beri pelajaran dan hukuman.

“Apa yang hendak kalian lakukan, tolong, tolong!” teriak Arkan yang diseret dengan cara kedua tangannya dipegang oleh roh gunung.

“Mas Naga apa tidak ada cara untuk membantu Arkan?” tanya Nana cemas.

“Dia harus bertanggung jawab dan menerima konsenkuensi dari apa yang dia perbuat. Aku sudah memperingatkannya dan aku bukan tipe orang yang memberikan kesempatan kedua, jadi sebaiknya kalian juga tidak ikut campur.” jawab Naga dingin.

“Na kamu kenapa?” tanya Alvi yang menahan Nana ketika Nana hendak terjatuh.

“Engga tahu kenapa Vi, aku tiba - tiba merasa berat dan lemas.” jawab Nana sambil terduduk lemas.

“Hei roh penjaga, berhentilah dan serahkan padaku. Anda tahu bukan bahwa anda tidak bisa terlalu lama bertarung dengan wujud seperti itu? Terlebih mereka adalah kutukan dalam bentuk manusia, jika anda terus melawan mereka mungkin Nana yang akan dalam bahaya karena anda sendiri.” kata Naga sambil melihat ke arah 2 sosok kutukan dengan tatap dingin nan tajam.

“Kemana ayahku?” tanya Nana ketika melihat sosok ayahnya tiba - tiba menghilang.

“Dia kembali menjadi roh penjaga dalam dirimu. Diamlah biar aku singkirkan mereka berdua terlebih dahulu!” pinta Naga sambil berjalan maju.

“Jiwa Iblis - kutukan wabah!” kata Naga sambil memegang sosok kepala iblis yang berada di sisi kiri atas kepalanya dan membuat tangan dan kaki Naga diselimuti oleh semacam pelindung dengan energi kutukan.

... Kedua sosok kutukan dan Naga langsung berlari untuk saling menyerang satu sama lain. Mereka saling bertukar pukulan, tendangan, dan tangkisan satu sama lain. Meskipun kekuatan dan kecepatan Naga di atas mereka, tapi setiap pukulan mematikan Naga yang menghancurkan bagian tubuh mereka kembali pulih seperti semula. Sadar akan hal tersebut Naga mengubah gaya bertarungnya dengan menggunakan telapak kutukan wabah sambil mencari segel kutukan yang membuat mayat hidup itu bergerak kembali....

... Ketika Naga berhasil menemukan segel kutukan dari kedua mayat hidup tersebut, mereka langsung kembali menyerang Naga dengan sepenuh kekuatan. Naga menghindari tinju tangan kiri dari salah satu mayat hidup dan membalasnya dengan serangan telapak tangan kutukan wabah ke arah pergelangan tangan kirinya hingga terputus dan membuat segel kutukannya hancur. Seketika mayat hidup tersebut langsung tersungkur dan lapuk selayaknya tanah kering yang hancur....

... Selanjutnya Naga berlari menuju mayat hidup yang tersisa, meluncur ke arah celah diantara dua kaki mayat hidup. Lalu menyerang mata kaki kiri sang mayat hidup dengan telapak tangan kutukan wabah miliknya hingga terputus. Setelah itu sang mayat hidup langsung terduduk dan lapuk seperti mayat hidup yang pertama Naga kalahkan....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!