... Video sesosok mayat hidup yang menyatakan tuntutannya terhadap Ocean Pharmatical juga langsung dibahas dalam rapat para direktur dari perusahaan tersebut....
“Apakah Pak Adnan sudah mengetahui hal ini nona Adler?” tanya Rio panik.
“Seperti yang kita ketahui ayah saat ini sedang dalam masa pemulihan dan kejadian ini nampaknya bukan masalah serius, sehingga tidak perlu dilaporkan kepada ayah.” jawab Adler tenang.
“Tidak serius katamu direktur Adler?” bentak Rio kesal.
“Seperti kata orang gila itu, jika pak Adnan tidak meminta maaf maka aku akan mati. Nyawamu tidak terancam jadi kamu bisa dengan mudahnya berkata hal ini tidak penting.” lanjut Rio kesal.
“Direktur Sudirman katakanlah sesuatu! Anda juga pasti khawatir sama seperti aku bukan?” tambah Rio penuh sopan santun.
“Tenanglah direktur Rio, saat ini kita sedang ada project kerja sama dengan beberapa perusahaan asing kita bisa rugi besar hanya karena masalah ini anda tahu betul tentang hal itu.” kata Adler sambil tersenyum palsu.
“Apakah kamu tahu orang itu pernah bekerja dalam proyek penelitian kita!” protes Rio kesal dan panik.
“Kumohon tenanglah direktur Rio!” bentak Adler kesal.
“Para dewan perusahaan ingin tahu apa yang sedang terjadi, sehingga membuat keributan sejak tadi pagi. Untuk sementara kita sudah menghapus video yang sudah tersebar.” lanjut Adler sambil menatap Rio dengan sangat risih dan merendahkan.
“Polisi sedang menyelidiki kasus ini dan kita harus tenang dalam situasi ini agar kita bisa menyelesaikan masalah dengan tepat. Selain itu, perusahaan akan mengirim pengawalan untukmu direktur Rio. Jadi mari kita sudahi dulu hari ini.” kata Sudirman menutup rapat.
... Setelah selesai rapat Sudirman dan Adler bertemu pihak kepolisian yang sedang menyelidiki kasus ini guna membantu memberikan informasi. Tanpa sepengetahuan Adler, Sudirman menyiapkan semua berkas tentang project Ocean Blue karena dia sadar bahwa semua kejadian ini berhubungan dengan project Ocean Blue. Setelah selesai menyiapkan berkas Sudirman langsung pergi untuk menemui Nara di tempat kerja prakteknya....
“Permisi mba Nara.” sapa Sudirman yang baru sajak masuk ke dalam ruang kerja Nara sambil menutup pintunya.
“Selamat siang pak Sudirman, bukankah hari ini bapak tidak ada jadwal konsultasi?” tanya Nara mengkonfirmasi.
“Betul mba Nara, ada beberapa hal yang saya ingin bicarakan. Apakah boleh mba Nara?” tanya Sudirman meminta izin.
“Tentu pak, silahkan duduk.” jawab Nara sambil tersenyum ramah.
“Salah satu alasan saya mulai berkonsultasi dengan mba Nara lebih dari 1 bulan terakhir ini karena mba Nara juga merupakan psikiater yang bekerja untuk kejaksaan, apakah mba Nara memiliki kenalan seorang jaksa yang dapat dipercaya dan bersih?” tanya Sudirman tanpa basa basi.
“Betul pak, saya memiliki kolega di kejaksaan yang bisa saya percayai dan saya andalkan pak.” jawab Nara ramah.
“Sepertinya mba Nara juga sudah menonton video tuntutan dari sesosok mayat hidup terhadap Ocean Pharmatical dan pihak berwenang saat ini juga sedang menyelidiki kasus ini. Jika mba Nara bersedia saya ingin memberikan informasi ke kejaksaan tanpa diketahui oleh pihak Ocean Pharmatical mba.” pinta Sudirman penuh harap.
“Saya mengerti pak, saya akan segera menghubungi kolega saya dan akan memintanya untuk bertemu dengan bapak untuk informasi tersebut.” jawab Nara paham ada sesuatu kebenaran yang tertutupi oleh kekuasaan dan uang.
“Apakah boleh jika bertemu disini saja mba Nara?” tanya Sudirman penuh harap.
“Tentu bisa pak, akan saya fasilitasi.” jawab Nara ramah.
“Terima kasih mba Nara, saya izin pamit dulu.” kata Sudirman pamit yang langsung pergi meninggalkan ruang kerja Nara.
“Halo Tora!” panggil Nara yang langsung menghubungi Tora.
“Iya ada apa Ra?” tanya Tora.
“Sepertinya kasus mayat hidup ini merupakan skandal hukum yang ditutupi kekuasaan dan uang, direktur Sudirman ingin memberikan informasi tanpa diketahui oleh pihak Ocean Pharmatical. Apakah kamu bisa bertemu dengannya?” tanya Nara.
“Benarkah? Aku juga sekarang bergabung dengan tim pak Ringgo untuk mengatasi kasus ini dan sedang melakukan penyelidikan. Aku bisa bertemu dengan direktur Sudirman kapanpun dia bisa, tapi karena kamu sudah terlibat maukah kamu juga ikut bertemu dengan pak Ringgo besok membahas tentang hal ini? Mungkin kamu juga bisa menjelaskan tentang direktur Rio kepada pak Ringgo Ra.” tanya balik Tora.
“Tentu aku juga beberapa kali pernah bekerja sama dengan pak Ringgo, kapan dan dimana pertemuannya Tora?” tanya Nara.
“Besok di air terjun Mata Pito, apakah kamu tahu?” tanya balik Tora.
“Ya, aku tahu tempatnya Tora.” jawab Nara mantap.
“Ok, sampai ketemu besok Nara dan terima kasih atas informasinya.” kata Tora yang langsung mengakhiri panggilan diantara mereka.
... Tora menerima telepon dari Nara ketika dia sudah tiba di depan penjara Duri Timur untuk bertemu dengan Hiro. Setelah selesai berbicara dengan Nara, Tora langsung masuk ke dalam penjara untuk bertemu dan berbicara dengan Hiro....
“Siapa kamu?” tanya Hiro ramah kebingungan.
“Perkenalkan saya Tora dari kejaksaan.” jawab Tora sambil menunjukan kartu identitasnya.
“Ada hal yang ingin saya tanyakan kepada anda Hiro.” tambah Tora sambil memberikan sebungkus rokok dan gasolin.
“Apa yang ingin anda tahu?” tanya Hiro sambil mengisap rokok yang diberikan setelah melihat petugas pengawas mereka berpura - pura tidak melihatnya.
“Kamu pasti melihat atau mendengar apa yang sedang terjadi pada Ocean Pharmatical, tapi pelaku pembunuhannya dinyatakan sudah mati lebih dari dua bulan yang lalu. Aku menemukan bahwa para pelaku ada hubungannya dengan project Ocean Blue dimana kamu ditangkap atas perdagangan manusia dan penyelundupan. Apa yang sebenarnya terjadi dengan proyek tersebut?” tanya Tora.
“Suatu hari pihak Ocean Pharmatical menemuiku untuk bekerja sama mencarikan orang - orang secara ilegal untuk project penelitian mereka. Aku dijanjikan 30% keuntungan dari keberhasilan project tersebut, namun suatu hari terjadi sesuatu yang membuat orang - orang tersebut tewas termasuk pihak Ocean Pharmatical yang menghubungiku. Apa hubungannya dengan kasus ini hingga diungkit kembali?” tanya balik Hiro penasaran.
“Berapa orang yang kamu kirimkan sampai akhirnya kamu tertangkap?” tanya Tora penasaran setelah menyimak jawaban dari Hiro.
“1 ... 2 ... 3 ... 4 ... 5 ... 6 ... 7 ... 8 ... 9 ... 10.” kata Hiro sambil mengingat - ngingat.
“Sepuluh orang?” tanya Tora memastikan.
“Bukan, sepuluh orang tiap kelompok dan total ada 10 kelompok yang aku kirimkan jadi total 100 orang.” jawab Hiro sambil menatap Tora.
“100 orang?” tanya Tora terkejut tidak percaya.
“Ya, setelah pengiriman kelompok terakhir sekitar satu bulan kemudian ada seseorang yang datang menemuiku. Dia bertanya tentang putrinya yang bekerja disekitar tempatku dan dia juga membawa bukti pengiriman uang yang dikirim oleh putrinya dari sekitar tempatku, tapi putrinya tidak bisa dihubungi sama sekali.” kata Hiro.
“Siapa nama putrinya?” tanya Tora penasaran.
“Aku tidak tahu, siapa mayat hidup yang berbicara kemarin secara live?” tanya balik Hiro penasaran.
“Julian.” jawab Tora mantap.
“Ya aku memberikan kontak Julian kepadanya. Aku menyuruhnya untuk menghubungi karena mungkin dia ikut dalam proyek Ocean Blue.” jawab Hiro.
“Apakah kamu ingat bagaimana penampilan orang itu?” tanya Tora penasaran.
“Pakaiannya seperti pakaian orang beragama untuk beribadah yang belum pernah aku lihat sehingga cukup aneh.” jawab Hiro mantap.
...
“Permisi pak Sudirman, bapak mencari saya?” tanya Hilda mengkonfirmasi penuh sopan santu dan ramah.
“Benar Hilda silahkan duduk.” jawab Sudirman ramah.
“Kamu tahu tentang Nara psikiater tempatku berkonsultasi 2 bulan terakhir ini kan?” tanya Sudirman mengkonfirmasi.
“Tahu pak.” jawab Hilda ramah.
“Tolong kirimkan semua berkas itu kepadanya saat aku memberi aba - aba dan pastikan berkas tersebut tidak diketahui oleh orang lain terutama pihak Ocean Pharmatical.” pinta Sudirman sambil menunjuk sebuah dus yang berisi berkas dipojok ruangannya yang membuat Hilda sedikit terkejut.
“Baik pak, aba - aba nya seperti apa ya pak?” tanya Hilda kebingungan.
“Nanti kamu akan tahu pada waktunya Hilda.” jawab pak Sudirman sambil tersenyum.
“Baik pak.” jawab Hilda mantap sambil membalas senyuman Sudirman ramah.
“Satu lagi Hilda, saran saya sebaiknya kamu pindah dari perusahaan ini. Setelah kejadi beberapa waktu terakhir kamu juga bisa dalam bahaya jika tetap bekerja disini dan perusahaan ini tidak sebaik yang kamu pikirkan.” kata Sudirman ramah dengan tatap serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments