... Beberapa menit menjelang jam 2 siang direktur Rio dan direktur Sudirman sudah dikawal ketat oleh pengawal yang disediakan kantor serta didampingi kepala kepolisian dan kapten detektif yang bertugas mengusut kasus mayat hidup. Pihak kepolisian juga mengerahkan beberapa pasukan untuk mengantisipasi ancaman pembunuhan yang di arahkan kepada direktur Rio. Para wartawan juga turut hadir untuk memberikan informasi terkini langsung dari halaman depan gedung Ocean Pharmatical. Saat jam menunjukan pukul 2 tepat 50 mayat hidup muncul di depan gedung Ocean Pharmatical sambil melihat ke arah gedung seolah - olah mereka tahu dimana keberadaan direktur Rio. Beberapa saat kemudian semua mayat hidup langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu masuk dengan tatapan tajam dan langsung berlari untuk menerobos barisan pertahanan....
“Posisi bertahan!” teriak kaptem tim pertahanan di depan pintu masuk yang langsung membuat anak buahnya membentuk barikade dan menggunakan tameng yang mereka bawa masing - masing untuk menahan serangan dari mayat hidup.
... Para mayat hidup berlari dengan cepat dan langsung menabrakan diri mereka kepada pasukan barisan pertahanan dari kepolisian. Tenaga mereka yang sudah di atas manusia normal membuat mereka dengan cepat menerobos dan merobohkan barisan pertahanan yang dibentuk oleh kepolisian. Para mayat hidup hanya berfokus pada direktur Rio sehingga mereka mengabaikan orang disekitarnya selain yang berusaha menghalangi mereka. Hal ini membuat para wartawan dapat memposisikan diri untuk meliput hal yang terjadi disana secara ekslusif....
“Tembak mereka! Bunuh mereka!” teriak Rio ketakutan.
“Pak mereka berhasil menerobos barisan pertahanan, mohon izin untuk menembak!” kata salah satu polisi di lobi.
“Tembak ke arah kaki untuk melumpuhkan mereka semua.” intruksi sang kapten detektif yang membuat semua pasukan yang bertugas menembak ke arah kaki para mayat hidup.
... Beberapa mayat hidup yang tertembak kakinya sempat tersungkur, namun beberapa saat kemudian mereka kembali berdiri dan lanjut berlari menerobos pasukan kepolisian yang membuat beberapa polisi terkena kutukan mayat hidup. Para mayat hidup langsung berlari menaiki tangga guna menuju tempat persembunyian direktur Rio....
“Pak mereka berhasil menerobos masuk, mereka datang melalui tangga darurat!” kata salah satu pasukan sambil menahan rasa sakit di tubuhnya.
“Kita harus segera lakukan evakuasi.” kata sang kapten detektif kepada semuanya sambil melihat ke arah mereka semua secara bergiliran.
... Direktur Rio dan direktur Sudirman didamping oleh kapten detektif beserta para pengawal dari kantor langsung dievakuasi menuju parkiran mobil di basement. Ketika mereka sudah masuk ke dalam lift para mayat hidup sudah tiba di depan lift, namun mereka hanya menatap lift dengan tatapan tajam tanpa ada satupun mayat hidup yang menyerang ke arah lift. Para mayat hidup yang tahu bahwa direktur Rio akan dibawa ke parkiran di basement langsung kembali ke tangga darurat dan menjatuhkan diri mereka agar lebih cepat tiba di basement daripada lift. Setelah tiba dibasement direktur Rio, direktur Sudirman beserta yang lainnya langsung berlari ke arah mobil yang sudah disiapkan dan para mayat hidup juga berlari mengerjar mereka dari arah belakang....
... Direktur Rio, direktur Sudirman, sang kapten detekti beserta 2 pengawal mereka sudah berada di dalam mobil dan langsung tancap gas menuju markas kepolisian. Para mayat hidup yang melihat hal itu langsung berbelok menuju perhentian taksi yang tidak jauh dari gedung Ocean Pharmatical. Para mayat hidup langsung masuk dan merebut semua taksi yang ada dari para sopir taksi resmi dan langsung menancap gas mengejar mobil direktur Rio. Terjadilah aksi kejar - kejaran menggunakan mobil antara mereka hingga membuat mereka masuk ke terowongan menuju markas polisi....
... Di dalam terowongan mobil para mayat hidup berhasil mengejar mobil yang membawa direktur Rio beserta direktur Sudirman. Kemudian mereka memepet mobil tersebut sehingga mobil tersebut di apit oleh seluruh taksi yang dikendarai para mayat hidup. Para mayat hidup mulai keluar dari taksi dengan memecahkan kaca taksi dan langsung menyerang mobil yang membawa direktur Rio. Serangan para mayat hidup membuat kaca mobil yang membawa direktur Rio pecah dan sang detektif langsung menembak mayat hidup tersebut satu persatu hingga pelurunya habis....
... Serangan mayat hidup yang terus berdatangan membuat salah satu pengawal mereka yang duduk di kursi tengah bersama direktur Rio dan direktur Sudirman terkena kutukan hingga kesakitan tidak berdaya. Salah satu mayat hidup langsung menyerang sang supir hingga membuat sang kapten detektif yang memegang kendali atas stir mobil dan berhenti menembak. Serangan mayat hidup pada sang supir membuat sang supir terkena kutukan dan membuat mobil terhenti tepat dipintu masuk terowongan arah lainnya....
... Para mayat hidup yang masih mengejar langsung menyerang mobil yang membawa direktur Rio dan berhasil menyeret direktur Rio keluar dari dalam mobil meninggalkan direktur Sudirman yang terdiam ketakutan. Kedua pengawal beserta kapten detektif yang bersama mereka telah terkena kutukan sehingga mereka tidak mampu menolong direktur Rio yang mulai diserang oleh para mayat hidup. Direktur Rio mati secara mengenaskan setelah diserang oleh para mayat hidup dengan kulit yang seperti melepuh dan membentuk semacam benjolan di setiap bagian tubuhnya. Setelah selesai membunuh direktur Rio para mayat hidup langsung menatap direktur Sudirman seolah - olah berkata ‘kamu berikutnya’ dan langsung terduduk lapuk seperti tanah kering yang tergerus....
... Meskipun para reporter hanya berhasil merekam kejadian penyerangan mayat hidup hingga menerobos masuk ke dalam gedung Ocean Pharmatical saja, hal itu membuktikan bahwa ancaman terhadap Ocean Pharmatical bukan omong kosong belaka. Naga yang melihat rekaman berita tersebut menyadari walaupun target si pelaku kutukan mayat hidup hanya 3 orang tapi metode penyerangan yang dia lakukan dapat melukai orang - orang tidak bersalah sekalipun dan akhirnya Naga langsung berangkat menuju salah satu gedung yang disinyalir tempat sang pelaku bersembunyi sekaligus mengontrol kutukan mayat hidupnya. Malam setelah kejadian itu direktur Sudirman langsung pergi menemui direktur Adnan untuk membahas hal yang baru saja terjadi....
“Sedang apa disana Sudirman? Silahkan duduk!” kata Adnan yang baru masuk ke dalam ruangan dimana Sudirman telah menunggu.
“Anggur ini diberikan sebagai hadiah dari perdana menteri Afrika Selatan.” lanjut Sudirman yang langsung duduk sambil menuangkan anggur yang baru saja dia bawa.
“Ketua, direktur Rio baru saja meninggal.” kata Sudirman yang masih berdiri di hadapan Adnan.
“Aku tahu, aku sudah melihat beritanya.” jawab Adnan santai.
“Ketua penyebab kematian dari para korban serangan mayat hidup disebabkan oleh keracunan kerang paralitik. Ini pasti ada hubungannya dengan proyek Ocean Blue.” kata Sudirman yang langsung duduk penuh penyesalan.
“Kamu harus punya bukti untuk berbicara seperti itu.” jawab Adnan tegas.
“Anda harus minta maaf ketua!” pinta Sudirman penuh hormat dan penuh harap.
“Kepada siapa?” tanya Adnan sombong.
“Tentu saja kepada para korban dari proyek Ocean Blue.” jawab Sudirman kesal.
“Mereka semua sudah mati, apakah aku harus meminta maaf kepada mayat?” tanya Sudirman sambil tersenyum sombong.
“Disituasi seperti ini anda masih mau bersikap keras kepala?” tanya Sudirman ramah.
“Jika aku bersalah maka aku akan minta maaf, tapi aku hanya menjalankan bisnis. Semuanya demi perusahaan Sudirman.” jawab Adnan tegas.
“Kak Adnan!” bentak Sudirman yang terkejut mendengar perkataan Adnan.
“Aku akan berdiskusi terlebih dahulu dengan Adler.” kata Adnan sambil meneguk anggur yang telah dia tuangkan.
“Apa? Kamu butuh izin putrimu untuk meminta maaf?” tanya Sudirman tidak percaya.
“Sudirman, jabatanku akan berakhir dan kita butuh seseorang untuk memimpin perusahaan.” jawab Adnan mantap.
“Saya pamit, ketua.” kata Sudirman yang kecewa dan langsung pergi.
“Sudirman!” panggil Adnan yang diabaikan oleh Sudirman.
“Paman, sudah mau pergi?” tanya Adler yang baru pulang dan bertemu dengan Sudirman di pinta masuk rumahnya.
“Ada apa dengan ekspresimu? Aku jadi sedih, lagipula kenapa paman bersama direktur Rio hari ini?” lanjut Adler ramah.
“Kamu yang memimpin proyek Ocean Blue kan?” tanya Sudirman sambil menatap mata Adler.
“Apa yang paman bicarakan? Bukankah saat itu paman juga sudah mendapat persetujuan dari ayah?” tanya Adler berpura - pura tidak tahu.
“Sampai saat ini kami berhasil menyelamatkan banyak nyawa, tapi kamu melakukan penelitian demi uang kan? Apa kamu tidak merasa bersalah?” tanya Sudirman kesal dan penuh kecewa sambil menatap Adler.
“Paman, aku melakukannya untuk perusahaan, aku mengorbankan hidupku untuk perusahaan. Maka aku akan memberikan yang terbaik untuk perusahaan.” jawab Adler mantap.
“Ini bukan soal ayahmu atau mimpiku, kami melakukan ini ...” kata Sudirman yang dipotong oleh Adler.
“Yang benar saja, kenapa kamu terobsesi untuk memiliki perusahaan?” tanya Adler sambil tersenyum mencibir.
“Apa?” tanya Sudirman kecewa.
“Kata - katamu seperti seorang pengecut, sehingga pesaing kita menganggap remeh kita. Usia memang mencerminkan perilaku.” jawab Adler kesal sambil tersenyum mencibir dan membuang muka.
“Apa orang sepertimu yang akan memimpin perusahaan?” tanya Sudirman penuh kekecewaan sambil menunduk kehilangan harapan.
“Paman, setelah aku menyusun rencana dengan tim strategis ...” kata Adler dan seketika Sudirman langsung pergi meninggalkan Adler.
“Yang benar saja.” kata Adler kesal ditinggalkan Sudirman ketika belum selesai berbicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments