Serangan Tak Terduga

“Silahkan duduk mba, Tora.” kata Nara mempersilahkan sambil tersenyum ramah.

“Makasih Ra.” jawab Tora dan Hilda kompak.

“Kalian datang bareng?” tanya Nara basa basi.

“Engga kami kebetulan ketemu di parkiran, terus dia nanya ke gua tentang ruang kerja kamu. Jadi gua pastiin apakah mba Hilda ini orang yang dikirim pak Sudirman atau bukan dan ternyata bener.” jelas Tora dengan berat hati mengingat direktur Sudirman baru saja meniggal pagi tadi.

“Sebelumnya perkenalkan nama saya Hilda, betul kata mas Tora saya diminta pak Sudirman untuk bertemu dengan mba beserta jaksa kepercayaan mba untuk memberikan semua berkas tentang Ocean Blue yang pak Sudirman miliki.” tambah Hilda sambil memberikan sekotak box berisi berkas - berkas.

“Iya makasih mba Hilda, saya turut berduka cita ya atas kepergian direktur Sudirman.” jawab Nara lemah lembut.

“Iya mba, saya juga gak nyangka bahwa aba - aba yang dimaksud pak Sudirman ialah bunuh dirinya beliau.” kata Hilda sedih.

“Aba - aba?” tanya Tora penasaran.

“Iya pak Sudirman berpesan ketika saya mengirimkan semua berkas ini ke mba Nara jangan sampai ketahuan sama pihak Ocean Pharmatical.” jawab Hilda.

“Hoo iya pak Ringgo kemana mas Tora?” tanya Nana yang sejak tadi menyimak pembicaraan mereka.

“Pak Ringgo menyelesaikan pekerjaan Naga kemarin malam yang berhasil menghancurkan segel kutukan lebih dari 100 mayat hidup di salah satu gedung terbengkalai milik Ocean Pharmatical.” jawab Tora sambil melihat ke arah Nana.

“Apakah pelakunya sudah berhasil di tangkap?” tanya Nana penasaran.

“Belum, di gedung itu hanya berisi mayat hidup untuk mengelabui orang - orang seperti Naga dan pak Ringgo. Sosok pelakunya ada di gedung satunya lagi dan malam ini rencananya Naga akan menyelesaikannya.” jawab Tora penuh harap.

“Kalian tahu bagaimana menghentikan sosok mayat hidup?” tanya Hilda penasaran.

“Tidak kami tidak berurusan dengan mereka, hanya Naga yang berurusan dengan mereka termasuk kejadian kemarin malam.” jawab Tora yang langsung melihat ke arah Hilda sambil menggoyangkan tangannya.

“Apa Naga tidak memberitahu kalian? Atau Naga baru tahu caranya saat kemarin malam? Soalnya saat penyerangan direktur Rio beberapa mayat hidup di tembak tapi gak ada satupun dari mereka yang merasakan sakit, tapi ada beberapa dari mereka yang engga bakit lagi. Namun gak ada yang tahu kenapa dan bagaimana untuk menghentikan mereka seperti yang terjadi pada beberapa mayat hidup itu.” tanya Hilda sambil melihat ke arah mereka bertiga secara bergantian.

“Sejauh yang aku ingat waktu mas Naga nolong aku sama teman - temanku, mas Naga matahin pergelangan tangan kiri dan pergelangan kaki kiri dari masing - masing mayat hidup yang menyerang kami.” jawab Nana sambil mengingat kejadian sepulang dari pemakaman Diki.

“Segel kutukan.” jawab Tora penuh percaya diri.

“Maksudnya?” tanya Hilda kebingungan.

“Kata pak Ringgo, Naga berhasil menghancurkan segel kutukan lebih dari 100 mayat hidup. Jadi untuk menghentikan kutukan mayat hidup kita perlu hancurin segel kutukannya. Saat penyerangan direktur Rio mungkin ada beberapa serangan dari pihak kepolisian yang tidak sengaj menghancurkan segel kutukannya makanya beberapa dari mereka berhasil dihentikan, begitupun ketika Naga nolong Nana dan teman - temannya.” jelas Tora penuh semangat.

“Iya masuk akal.” jawab Nara setuju yang diikuti anggukan oleh Nana dan Hilda.

“Jam 2 nanti direktur Adnan akan menyampaikan permintaan maaf seperti yang diinginkan oleh si pelaku di depan gedung Ocean Pharmatical.” kata Hilda setelah membaca pesan masuk ketika handphonennya bergetar.

“Benarkah? Semoga ini akan jadi akhir dari masalah ini.” kata Nana penuh harap.

“Engga, kasus Ocean Blue akan tetap dibuka dan diselidiki kembali untuk mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan yang seharusnya.” jawab Tora dengan tatapan serius.

“Aku juga memiliki firasat buruk tentang hal ini.” tambah Nara cemas.

...

... Pemberitahuan direktur Adnan yang akan menyampaikan permintaan maaf seperti tuntutan si pelaku sudah tersebar luas di kalangan masyarakat. Direktur Adnan juga meminta kerjasamanya dengan para awak media untuk menyiarkan dan memberitakan permohonan maafnya tersebut agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan. Saat Naga mengetahui hal tersebut Naga teringat aura kutukan yang berada di area resepsionis tempat Nara bekerja dan dia langsung bergegas kembali kesana untuk memastikannya. Saat tiba di tempat Nara bekerja Naga tidak merasakan apapun, berbeda dengan saat pagi tadi....

“Mas Naga?” sapa Nana sambil menghampiri Naga.

“Ada perlu apa mas?” tanya Nana ramah.

“Nana apa kamu tahu semua resepsionis yang bekerja disini?” tanya Naga.

“Tau mas, ada apa?” tanya Nana balik.

“Apakah kamu tahu ada resepsionis baru atau resepsionis yang bersikap berbeda dari biasanya?” tanya Naga kembali.

“Hmm ada mahasiswa yang lagi magang jadi resepsionis mas namanya Jessi. Waktu aku sama kakak mau ke air terjun Mata Pito kakak sempet nyapa dan dia memperkenalkan diri mas Naga.” jawab Nana penuh percaya diri.

“Apakah kakak kamu berada di ruang kerjanya?” tanya Naga memastikan.

“Engga kakak sama mas Tora pergi ke Ocean Pharmatical mau melihat permintaan maaf dari direktur Adnan.” jawab Nana mantap.

“Apa mereka pergi bersama resepsionis magang itu?” tanya Naga kembali.

“Kakak pergi cuman berdua sama mas Tora sih, tapi setelah istirahat makan siang tadi aku belum ngeliat Jessi lagi. Ada apa dengan Jessi mas Naga?” jawab Nana penuh percaya diri.

“Dia salah satu kutukan mayat hidup milik si pelaku. Entah rencana awal si pelaku seperti apa, tapi melihat pergerakan resepsionis magang sepertinya rencana dia sudah berubah ketika tahu bahwa direktur Adnan akan meminta maaf.” jawab Naga langsung berjalan pergi.

“Tunggu, mas Naga mau pergi ke Ocean Pharmatical juga?” tanya Nana mengkonfirmasi.

“Tidak, aku akan pergi menemui si pelaku.” jawab Naga mantap.

“Aku ikut mas!” pinta Nana penuh harap.

“Jangan ganggu aku!” pinta Naga dingin.

“Tapi kak Nara dalam bahaya mas!” pinta Nana penuh harap cemas.

“Kalau begitu pastikan kakakmu tidak berada dalam bahaya, bukan membahayakan dirimu juga.” jawab Naga dingin yang langsung pergi.

... Mendengar perkataan Naga, Nana langsung menghubungi Nara yang sudah berada di depan gedung Ocean Pharmatical bersama Tora dan Jessi. Pidato dari direktur Adnan yang sudah mulai membuat Nara tidak menyadari panggilan dari Nana. Ketika panggilan ketiga kalinyalah Nara menyadari handphonenya bergetar dan langsung menerima panggilan dari Nana....

“Ada apa Na?” tanya Nara lemah lembut.

“Kak Nara lagi sama Jessi gak?” tanya Nana cemas.

“Iya, ada apa Na?” tanya Nara kembali.

“Menjauh dari Jessi kak, Jessi salah satu kutukan mayat hidup yang dikirim oleh si pelaku.” kata Nana cemas yang membuat Nara langsung melihat ke arah Jessi sambil terdiam membisu.

“Mba Nara sebagai seseorang yang mempelajari psikologi manusia apakah mba Nara merasa dia benar - benar tulus meminta maaf?” tanya Jessi dengan tatapan dingin.

“Putriku hanya ingin mencari nafkah, dia belajar dan bekerja keras untuk itu. Tetapi orang - orang seperti kalian tidak bisa meminta maaf secara tulus!” teriak Jessi yang membuat semua orang melihat ke arahnya dan tiba - tiba langit menjadi gelap.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!