13

Alexa menghadang langkah Tiara yang tengah berjalan. Dengusan terdengar lolos dari rongga hidung Tiara. Dia merasa hidupnya selalu terlibat masalah sejak bertemu Daniel.

"Bagaimana kau keluar dari sana." Tanya Alexa berbisik.

"Aku keluar begitu saja."

"Bagaimana mungkin? Kuncinya bahkan ku bawa." Alexa memperlihatkan kunci gudang yang ada di tangannya.

"Tanyakan itu pada Kak Daniel." Tiara ingin melewati Alexa. Namun pundaknya di dorong hingga hampir membuatnya jatuh jika Dinda tidak menangkapnya.

"Jadi kau menghubungi Daniel?!!" Tanya Alexa penuh penekanan.

"Kak Daniel mengikuti ku. Tiara tidak menghubunginya." Tukas Dinda membela.

"Lalu bagaimana caranya dia mengeluarkan mu dari sana?!!" Tiara menatap tajam Alexa yang mulai menyulut kekesalannya." Katakan!! Kenapa kau selalu saja membuatku kesal!!" Tunjuknya kasar tepat ke wajah Tiara.

"Bukan aku yang membuatmu kesal. Tapi penolakan Kak Daniel. Lalu kau limpahkan kesalahan itu padaku?" Tiara tersenyum sinis di balik maskernya.

"Ini memang salahmu!!" Alexa mengangkat tangannya dan hendak menampar Tiara. Tapi dengan cepat Tiara menampis kasar tangannya lalu mendorongnya hingga terduduk di tanah.

Seluruh mahasiswa di sekitar melongok, sebab selama ini belum ada seseorang pun yang berani melawan Alexa. Apalagi posisi Tiara yang hanya seorang mahasiswa baru.

Tiara memandangi tangannya seraya tersenyum seolah merasakan sensasi kesenangan yang di dapatkan dari perlawanan itu.

Ternyata menyenangkan. Selama ini aku tidak pernah berurusan dengan seseorang karena tidak ada yang memaksaku melakukannya. Tapi gadis bodoh ini? Tanpa sadar manik Tiara terlihat berkilap dengan aura warna hitam.

"Beraninya kau anak baru!!! Aneh!!! Sialan!!!" Umpat Alexa seraya berdiri. Dia merasa di permalukan mengingat keduanya berada di tengah taman kampus.

"Aku tidak takut Kak. Aku tidak pernah takut pada siapapun." Daniel berhenti ketika melihat perdebatan tersebut. Dia ingin menolong namun suara lantang Tiara membuatnya ingin memantau dahulu." Aku hanya tidak ingin terlibat masalah tapi kau selalu saja menuduhku macam-macam. Kau sebut aku merebut Daniel darimu? Itu hal tidak penting. Aku bahkan malas berdekatan dengannya!!" Daniel terkekeh dalam hati saat mendengar hinaan yang di lontarkan Tiara.

"Sombong sekali kau!! Kau tahu Daniel itu mahasiswa populer di sini!"

"Populer?" Tiara tertawa kecil." Aku bahkan ingin menghindari nya!!" Gumam Tiara seraya menarik pergelangan tangan Dinda dan melanjutkan langkahnya.

"Aku akan membicarakan ini dengan Papa agar kau di keluarkan dari sini!!" Umpat Alexa menjadi jurus penghabisannya.

"Jika dia di keluarkan. Aku juga akan pindah kampus." Alexa menoleh ke arah sumber suara.

"Kamu dengar tadi Daniel? Dia merendahkanmu padahal kau sangat populer di sini."

"Tiara benar. Aku tidak pernah perduli dengan kepopuleran ini. Mereka yang menganggap ku begitu. Sementara aku.. Aku merasa biasa saja. Aku ingin belajar dan mencari pengetahuan soal sastra. Itu kenapa kau harus berhenti mengganggunya. Karena penolakan ku bukan karena dia." Alexa menghela nafas panjang menatap lekat paras Daniel yang sanggup membuat hatinya menjerit.

"Katakan. Apa yang kurang dariku." Pesona Daniel membuat banyak wanita menjadi gila. Mereka tidak memikirkan harga diri hanya agar hati Daniel bisa di miliki.

"Kau cantik tapi aku tidak menyukaimu."

"Itu berarti aku tidak cantik. Aku rela putus dari Ibra hanya untuk mengejar mu seperti sekarang."

"Kembalilah padanya. Pengorbanan mu tidak akan ada gunanya." Daniel berlalu pergi menuju ke kelas yang akan di mulai beberapa menit lagi.

"Ah!! Kenapa dia begitu angkuh!! Tapi.. Dia sangat tampan! Aku tidak boleh menyerah. Aku sudah terlanjur mempertaruhkan harga diriku dan Daniel harus bisa ku dapatkan bagaimanapun caranya."

🌹🌹🌹

"Kamu ternyata pemberani." Puji Dinda menyukai sikap Tiara tadi.

"Takut apa? Aku tidak pernah takut pada sesuatu. Aku berdiam bukan karena takut. Aku hanya tidak ingin terlibat masalah dan sekarang lelaki itu membuatku mendapatkan masalah besar." Tiara masih menganggap jika Daniel adalah poros dari masalah yang menimpanya.

"Kak Daniel?"

"Ya siapa lagi."

"Dia menolong mu di gudang dan di..."

"Itu tidak akan merubah semuanya jika dia belum menjauh." Dinda tersenyum seraya menghembuskan nafas lembut.

"Ah.. Repot juga jika kamu menganggap Kak Daniel sebagai gangguan."

Tiba-tiba saja langkah Tiara terhenti tepat di samping sebuah kerumunan yang berada di jalan kompleks perumahan samping kampus.

Terlihat sebuah kecelakaan terjadi di sana. Seorang pekerja terlindas sebuah truk pengangkut sembako hingga membuatnya merenggang nyawa. Darah berceceran, bahkan mengalir di sekitar jasad lelaki tersebut.

Tiara memejamkan matanya seolah merasa ada yang aneh pada dirinya. Dari jarak sekitar 50 meter dia bisa mengedus aroma darah. Mata Tiara terpejam menikmati sensasi yang menurutnya aneh.

Tidak.. Jangan terjadi lagi. Kenapa aku bisa menciumnya. Ah.. Bagaimana rasanya...

Alex menganggap jika Tiara hanyalah manusia pada umumnya. Tiara dapat makan, minum bahkan sanggup hidup tanpa darah.

Padahal yang sebenarnya terjadi. Tiara kerapkali merasakan keanehan seperti sekarang. Tubuhnya seolah meronta ketika dia mencium aroma darah.

Keanehan itu sengaja tidak Tiara ungkapkan sebab dia merasa ganjil dengan sikapnya sendiri.

"Kau kenapa?" Dinda merangkul pundak Tiara erat namun dengan kasar dia menampisnya.

"Jangan menyentuh ku!!" Teriak Tiara merasa terganggu sebab kini dirinya sedang melawan keinginan yang mendorongnya kuat. Ingat Tiara. Mungkin ini salah satu efek dari fobia masa lalu.

Tiara kerapkali mencari tahu tentang keadaannya sekarang di internet jika sedang berada di area sekolah. Terdapat sebuah penjelasan tentang ciri-ciri yang di rasakan sekarang, mungkin pembawaan dari masa lalu yang masih menempel pada otaknya.

Dinda terpaku dengan raut wajah cemas. Melihat Tiara hanya tertunduk seraya mencengkram erat kepalanya di balik tudung.

Aku harus menjauh..

Tiara melangkahkan kakinya yang terasa berat seolah otaknya menginginkan dia untuk tetap tinggal.

"Tiara, kau baik?" Tanya Dinda memastikan.

Bagaimana rasanya? Pasti menyenangkan jika bisa menikmati cairan berwarna merah itu..

Batin Tiara berperang. Dia ingin sadar dari ketidakwarasannya namun bayangan darah memenuhi otaknya.

"Kau Kenapa?" Daniel yang melihat itu tentu merasa khawatir apalagi Dinda mulai terlihat ketakutan." Kenapa dia?" Daniel beralih menatap Dinda.

"Ti tidak tahu Kak."

"Biar aku membawamu ke klinik." Tiara menampis tangan Daniel dengan sangat kasar.

"Jangan menyentuh ku!!"

"Kau terlihat tidak sehat."

"Aku baik-baik saja." Cepat pergi!! Ayo Tiara!!

Tiara berjalan tertatih menjauh dari lokasi kecelakaan yang sebenarnya terletak cukup jauh. Dia sudah terbiasa mengatasi ini sendiri. Kini Tiara sudah berangsur membaik setelah berada tepat di depan kelasnya.

Kepalanya di angkat perlahan lalu menatap Daniel dan Dinda yang berdiri di hadapannya.

Syukurlah... Apa dulu aku pernah mengalami kecelakaan? Kenapa setiap kali ada kecelakaan aku selalu merasa tidak nyaman.

Tiara masih tidak sadar jika apa yang di alami bukanlah perasaan tidak nyaman, melainkan insting darah Vampir yang tidak terkendali.

Tidak adanya latihan, membuat Tiara sulit mengendalikan fikirannya sendiri saat dia mengendus aroma amis darah.

"Kamu baik-baik saja? Jika sakit sebaiknya pulang." Ucap Dinda merasa khawatir sementara Daniel malah curiga pada sikap Tiara yang mirip dengan Vampir saat pertama kali melihat darah.

"Aku baik-baik saja."

Tidak mungkin? Aku mencium aroma manusia pada tubuh Tiara.

"Kamu kenapa tadi?" Tanya Daniel semakin tergelitik hatinya.

"Aku.. Aku hanya takut melihat kecelakaan." Tiara menatap Daniel tajam." Kau tidak perlu sok perduli padaku. Urusi urusanmu sendiri. Tidak perlu mendekat atau ikut campur dengan urusanku hingga aku harus terlibat dengan gadis kasar itu!!" Tiara mendorong pundak Daniel dengan telunjuknya lalu berjalan masuk.

Seharusnya Daniel marah akan kata-kata kasar Tiara. Tapi nyatanya dia malah tersenyum seraya mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Mungkin ketampanan Kak Daniel belum terlihat di mata Tiara. Maafkan temanku Kak Daniel. Dia tidak sopan sekali pada senior." Daniel menggelengkan kepalanya lalu menepuk pundak Dinda lembut.

"Tidak apa. Aku suka." Dinda melongok menatap Daniel yang berjalan masuk ke dalam kelas.

"Mereka pasangan serasi. Kak Daniel sabar dan Tiara sulit di dekati." Gumam Dinda mengikuti langkah Daniel karena kelas akan segera di mulai.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

lanjut lanjuttt

2022-05-31

0

Dewa Ayu Citra

Dewa Ayu Citra

semangat thoorr up yg banyak oke

2022-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!