10

Dinda menunggu kedatangan Tiara di depan gerbang kampus. Sesuai dengan permintaan, Tiara akan mempertemukan Alex dengan Dinda.

Mobil mewah Alex terparkir. Senyum Dinda mengembang saat dia melihat Tiara keluar dari mobil tersebut.

Itu Daddy nya? Wah! Kenapa masih muda sekali?

"Dia Dinda."

"Dinda Om." Dinda mengulurkan tangannya yang langsung di sambut Alex.

"Bisakah saya meminta tolong?"

"Apa Om katakan."

"Jangan sampai membuka maskernya." Menunjuk ke masker milik Tiara." Dia gampang sakit sehingga suhu tubuhnya harus tetap hangat." Imbuhnya menjelaskan.

"Beres Om siap."

"Tolong tulis kontak mu." Alex menyodorkan ponsel mahalnya." Laporkan saya jika Tiara melanggar apalagi sampai memiliki teman lelaki." Dinda tersenyum aneh dan segera mengetikkan nomernya.

Beruntungnya Tiara memiliki orang tua yang begitu perhatian..

"Siap Om."

"Terimakasih ya. Belajar yang rajin. Daddy pergi." Alex mengusap sebentar puncak kepala Tiara lalu masuk ke dalam mobil dan pergi.

"Daddy mu seumuran kita?" Tiara menoleh seraya menarik nafas panjang.

"Kamu bercanda. Tentu saja tidak." Aku juga tidak tahu berapa umur Daddy. Kenapa dia masih sangat muda.

"Tapi dia sangat muda."

"Lupakan soal itu. Jam kebebasanku di tambah." Dinda menoleh cepat.

"Jam kebebasan?"

"Biasanya sampai pukul 2 tapi Daddy menambahkan hingga pukul 5."

"Itu berarti kita bisa bersenang-senang sepulang kuliah?" Tiara mengangguk sehingga kedua maniknya menyipit." Mau ikut ke kantin? Aku belum sarapan pagi. Kelas di mulai setengah jam lagi." Imbuh Dinda seraya menatap jam tangan yang terpasang di pergelangannya.

"Aku sudah sarapan pagi."

"Hanya menemani saja." Tiara menggelengkan kepalanya pelan. Dinda sedikit kecewa walaupun dia ingin mengerti soal kebiasaan Tiara." Lalu kamu ke kelas langsung?" Tanyanya lagi.

"Aku akan ke perpustakaan dulu. Kamu tahu letaknya?"

"Tidak. Coba kamu lihat denah lokasi di sana." Menunjuk ke papan besar yang ada di samping lapangan.

"Hm oke. Sampai jumpa di kelas. Maaf Dinda."

"Tidak apa. Bye Tiara. Aku sarapan dulu."

"Iya." Tiara menatap kepergian Dinda sejenak kemudian berjalan menuju papan denah." Berarti sebelah sana." Menunjuk ke arah Utara. Tiara membalikkan badan dan terkejut saat melihat Alexa sudah berdiri bersama dua temannya.

"Ikut aku!" Segera saja Tiara di seret paksa ke arah belakang kampus yang terletak tidak jauh dari sana.

Tubuh Tiara di hempaskan ke tembok dan dengan gerakan cepat, tangan Alexa bertumpu pada samping kepalanya.

"Ada apa ini?" Tangan salah satu teman Alexa menarik tudung Tiara dan satu lainnya mengambil masker." Apa yang kalian lakukan! Cepat kembalikan!" Permintaan Tiara tidak di dengar sebab manik Alexa mulai menjelajahi paras tidak biasa milik Tiara.

"Kau tidak punya pori-pori wajah?"

"Pori-pori wajah?" Tangan kanan Alexa mengusap lembut kulit wajah Tiara.

"Cepat katakan. Kau melakukan perawatan di mana."

"Aku tidak pernah..."

"Omong kosong!!"

Bugh!!!

Alexa menghempaskan tubuh Tiara dengan sangat kasar. Dia merasa iri dan ingin memiliki kecantikan seperti Tiara.

"Aku akan membuatmu menderita jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya." Tiara menelan salivanya kasar seraya memperhatikan sekitar yang sepi.

Aku takut ada yang melihat wajahku..

"Tolong maskerku." Tiara mencoba menutupi wajahnya lagi namun Alexa tidak membiarkannya.

"Kau dengar aku anak baru!!"

"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak pernah merawatnya!" Kejujuran yang di katakan Tiara malah membuat Alexa geram.

"Kau tidak bisa membodohi ku!!"

"Aku tidak membodohi siapapun di sini." Alexa memberikan isyarat pada kedua temannya untuk menyeret Tiara masuk ke gudang." Mau di bawa kemana aku!!" Teriak Tiara ingin melawan namun tidak cukup kuat.

"Agar kau merenungi kebodohanmu!!" Alexa mendorong tubuh Tiara masuk gudang hingga terjatuh." Kau tidak akan keluar dari sini kecuali kau katakan yang sejujurnya!" Tidak ada tangis terlihat, sebab sebenarnya Tiara seorang gadis yang pemberani.

"Aku sudah jujur Kak."

"Terus saja begitu!!" Alexa melemparkan masker pada wajah Tiara lalu menutup pintu dan menguncinya.

"Ahh ya Tuhan." Eluh Tiara mengambil masker yang tergeletak lalu memakainya." Ini semua gara-gara Kak Daniel!" Tiara membuka tas dan mengambil ponsel dari sana. Dia berniat menghubungi Dinda yang kini sedang mencarinya di perpustakaan.

Kemana anak itu? Dinda mengedarkan pandangannya ke setiap sudut perpustakaan. Dia sudah terlanjur membungkus makanan. Apa di kelas?

Daniel yang juga ada di sana, mendengarkan suara hati Dinda tanpa melihatnya.

Tiara sudah datang? Daniel berdiri lalu berjalan mengikuti Dinda menuju ke kelasnya.

"Apa kalian melihat Tiara?" Tanya Dinda pada beberapa mahasiswa yang sudah datang.

"Siapa?"

"Em anak yang memakai masker dan duduk di sini." Menunjuk ke bangku milik Tiara.

"Dia belum datang." Cepat-cepat Dinda meletakan makanannya lalu merogoh ponsel yang ada di saku celananya." Tiara. Kamu di mana?" Langsung saja Dinda melontarkan pertanyaan.

"Di gudang mungkin. Gadis kasar itu mengurungku.

"Hah! Serius!!

"Tolong aku.

"Oke aku ke sana.

Dinda memutuskan panggilan. Dia kembali berjalan keluar dan mengabaikan makanannya. Tentu saja Daniel mengikutinya. Dia merasa ikut bertanggung jawab dengan apa yang terjadi pada Tiara. Apalagi setelah semalam. Saat dia tahu bagaimana indahnya paras cantik Tiara. Membuat fikirannya bercabang bahkan mulai merindukannya meski masih berusaha di tolak.

"Kau di dalam!!" Teriak Dinda mengetuk pintu gudang.

"Ya aku di dalam."

"Pintunya terkunci." Dinda menggoyang gagang pintu seraya mendorong tapi pintu tidak bergerak." Jangan takut Tiara. Aku akan mengambil kuncinya." Dinda membalikkan badannya dan melongok saat melihat Daniel berdiri di belakangnya.

"Kau akan terlibat masalah jika membuka pintu itu." Ujar Daniel mengingatkan. Dia tahu bagaimana arogannya sikap Alexa.

"Lalu bagaimana Kak. Tiara ada di dalam." Jawab Dinda panik. Dia membayangkan bagaimana takutnya Tiara sekarang.

"Sebaiknya kamu kembali. Biar aku urus."

"Tapi?"

"Kamu adalah mahasiswa baru. Jangan terlibat masalah dengan Alexa." Ucapan Daniel tidak sepenuhnya salah. Ayah Alexa begitu berpengaruh di kampus itu sehingga siapapun yang terlibat masalah dengannya, akan berakhir di keluarkan dari kampus." Sebaiknya kamu kembali dan biarkan aku yang mengeluarkan dia dari sana." Imbuh Daniel berbisik dengan senyum mengembang.

Dinda kembali berjalan ke arah pintu lalu mengetuknya beberapa kali.

"Kak Daniel akan menolong mu." Teriak Dinda memberitahu.

"Apa? Kak Daniel?! Tidak! Aku tidak ingin dia yang menolong!!" Kenapa harus dia lagi!!

"Tidak ada pilihan lain."

"Jangan bercanda Dinda. Cepat ambil kuncinya dan buka pintu ini."

"Maafkan aku Tiara. Aku tunggu di kelas." Dengan terpaksa Dinda berjalan pergi dan mempercayakan semuanya pada Daniel.

"Tidak! Dinda!! Jangan pergi!! Lebih baik aku terkurung di sini daripada harus meminta bantuan pada.... Ach!! Siapa!!!" Tiara menoleh cepat saat lengannya tersentuh dengan kulit seseorang.

"Daniel." Tiara memundurkan tubuhnya. Mengedarkan pandangannya ke setiap arah. Terlihat pintu masih terkunci dan hanya ada sebuah ventilasi kecil yang terletak di atas.

"Ka kau masuk darimana?" Tiara menunjuk ke arah Daniel dengan raut wajah bertanya-tanya.

Rasanya dia tidak tahu menahu soal bangsaku. Jika mungkin dia tahu pembantunya Vampir. Mungkin dia tidak akan terkejut seperti sekarang.

🌹🌹🌹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!