6

Daniel menddesah saat maniknya melihat video viral tentang menghilangnya ratusan gadis desa yang tersebar di seluruh wilayah.

Alasan yang sama di lontarkan para orang tua para gadis itu. Mereka mengatakan jika anaknya di persunting pengusaha kaya namun sampai beberapa tahun berlalu, anak gadisnya tidak kunjung kembali.

"Mungkin saja mereka di perdagangkan?" Gumam Daniel menerka.

"Sebentar." Alan mengambil alih laptopnya dan menunjukkan sesuatu yang mengejutkan." Bukankah ini emas dari bangsa kita." Ucap Alan menunjuk ke layar laptop.

"Apa mungkin raja Alexander?"

"Tidak mungkin. Dia bahkan mengutus beberapa prajurit kerajaan untuk membantu menyelidiki kasus ini." Daniel menoleh cepat, dia baru tahu fakta itu sekarang.

"Sejak kapan? Kenapa aku tidak tahu?"

"Mereka selalu melakukannya tapi rasanya itu tidak berhasil."

"Kenapa kau tidak konfirmasi padaku?" Tentu saja Daniel marah mendengarnya. Selama ini dia melakukan penyidikan kasus secara sembunyi-sembunyi karena menurutnya, Alex kemungkinan terlibat.

"Aku hanya ingin misi ini cepat selesai."

"Bukankah sudah ku katakan untuk jangan meminta tolong pada kerajaan yang bersangkutan. Aku merasa ada campur tangan orang dalam. Tidak perduli selama apa penyelidikan ini. Aku hanya ingin tahu kejelasannya." Alan dan beberapa sekutu Daniel yang tersebar merupakan para sahabat baik Daniel yang di bawa dari Brazil. Dia sengaja tidak meminta bantuan pada pihak kerajaan karena merasa curiga.

"Bukankah kamu tahu jika Raja Stefanus masih memantau Raja Alexander?"

"Itu tidak menjamin Alan, astaga." Daniel mencengkram erat kepalanya." Apa kau sudah menceritakan soal Angelina?" Imbuhnya bertanya.

"Belum."

"Syukurlah. Kita kembali pada rencana awal. Kita lakukan penyelidikan sendiri."

"Mereka akan curiga jika tiba-tiba kita melakukan itu."

"Kenapa otakmu berubah tumpul? Kelabuhi mereka dengan informasi palsu lalu kita bergerak sendiri agar semuanya cepat terkuak." Alan mengangguk tanda mengerti." Aku semakin yakin dalang di balik semuanya adalah orang dalam. Besok kita datang ke lokasi untuk melihat emas tersebut." Alan menutup laptopnya.

"Kenapa tidak sekarang?"

"Aku ada urusan setelah ini." Aku hafal nomer taksi yang mengantarkan Tiara. Aku akan bertanya di mana letak rumahnya.

"Hei." Alan menepuk pundak Daniel sedikit keras.

"Why did you hit me?"

"Aku memanggilmu beberapa kali tapi kamu tidak merespon. Apa yang kamu fikirkan." Daniel tersenyum dengan dessahan lembut.

"Ada mahasiswi baru yang sangat aneh. Dia manusia tapi aku tidak bisa membaca isi hatinya. Ini sedikit membuatku penasaran. Aku ingin mencari tahu letak rumahnya setelah ini." Alan tersenyum lebar menatap Daniel penuh kecurigaan.

"Bukankah kau sudah punya calon Istri? Kenapa kau merasa penasaran dengan gadis lain?"

"Angelina?" Daniel tersenyum tipis.

"Kau yang menyebutnya sendiri."

"Aku hanya penasaran saja."

"Itu tandanya kau tertarik pada gadis itu dan itu berarti kau suka padanya."

"Not Alan. Not like that. Aku hanya ingin tahu dia bangsa kita atau bukan." Daniel kembali tersungging saat terlintas kelucuan yang di hadirkan atas sikap Tiara tadi.

"Senyuman mu menandakan jika kau menyukainya." Seketika Daniel menghentikan senyumannya lalu berdiri.

"Seleraku sangat tinggi. Nona Angelina adalah gadis yang tepat untuk menjadi permaisuri ku."

"Ah.. Kau bahkan belum pernah bertemu dengannya."

"Aku sudah bertemu Ibunya. Aku yakin jika Nona Angelina lebih cantik darinya."

"Silahkan berandai-andai."

"Aku tidak sedang berandai-andai. Dia jodohku. Aku pergi." Alan menatap kepergian Daniel dengan senyuman.

"Semoga saja Angelina itu nyata dan bukan hanya khayalan saja." Hanya itu yang dapat Alan ucapkan sebab sketsa wajah yang di berikan Daniel terlihat luar biasa dan tidak nyata. Itu wajah bidadari, bukan manusia.

🌹🌹🌹

"Jalan rantau raya nomer 47 Nak." Ujar supir taksi langsung menyebutnya tanpa berbelit-belit.

"Bapak yakin?"

"Iya Nak. Sejak tadi pagi penumpang Bapak lelaki semua dan hanya gadis itu saja yang perempuan." Seakan takdir mengarah padanya, Daniel satu langkah lebih dekat dengan Tiara alias Angel." Rumahnya berada di paling ujung." Daniel mengangguk lalu merogoh kantongnya dan mengeluarkan dompet dari sana.

"Upah untuk informasinya."

"Tidak perlu Nak. Bapak ikhlas. Bapak tidak biasa menerima uang secara cuma-cuma."

"Kalau begitu, tolong antarkan saya ke sana."

"Baik. Silahkan masuk." Dengan sangat bersemangat, lelaki tua itu membuka pintu taksi untuk Daniel. Kalau setiap hari bisa lancar seperti ini, mungkin hutangku yang lima juta itu bisa lunas.

Daniel cukup terkesan dengan penolakan yang di lakukan Bapak tua itu padahal dia sedang membutuhkan uang.

"Anak Bapak berapa?" Tanya Daniel ramah.

"Satu Nak. Dia sudah berkerja di perusahaan besar."

Jika sudah bekerja di perusahaan besar? Kenapa Bapak ini punya hutang.

"Kenapa Bapak masih berkerja? Apa gaji anak Bapak tidak cukup untuk hidup?" Sikap dingin pada orang jahat dan lembut pada orang baik, membuatnya selalu merasa iba jika melihat makhluk tua seperti si supir taksi.

"Bapak tidak biasa minta ke anak. Lebih baik berkerja seperti ini." Jangankan untuk memberi uang, pulang saja dia sudah tidak pernah.

Ahh hatiku teriris mendengar kelakuan anak durhaka itu.

"Bapak tinggal dengan Istri?"

"Sudah meninggal." Daniel mengangguk seraya tersenyum." Nah sudah sampai Nak." Lelaki itu berhenti tepat di sebuah rumah berpagar tinggi.

"Bapak punya nomer rekening?" Tanya Daniel sebelum turun.

"Untuk apa Nak?"

"Saya tidak membawa banyak uang cash untuk membayar taksi."

"Bukannya tadi ada."

"Saya lupa kalau harus membayar hutang pada teman saya." Jawab Daniel beralasan.

"Hanya 50 ribu Nak."

"Saya transfer 100 ribu untuk informasinya."

"Ada rekening tapi milik tetangga." Aku menyimpan rekening itu untuk Rio yang katanya akan mentransfer uang.

"Tidak apa. Berapa nomer rekeningnya?" Dengan gerakan lambat, lelaki itu mengambil secarik kertas yang terselip di dompetnya.

"Ini Nak."

"Hm." Daniel mengambil kertas tersebut lalu mengembalikannya setelah mentransfer uang sejumlah 10 juta." Sudah Pak. Terimakasih atas bantuannya." Daniel turun dari mobil dan memperhatikan rumah tua di hadapannya. Aku mencium aroma tubuh Tiara.

Sambil mengedus, Daniel memperhatikan sekitar yang sepi. Rumah milik Alex adalah satu-satunya rumah yang ada di gang itu. Sementara di sekelilingnya hanya ada tanah kosong dan rumah mewah tidak berpenghuni.

Daniel bertengger di salah satu pohon dan memperhatikan keadaan rumah yang terlihat tidak ada pergerakan selain penjaga rumah.

Tidak mungkin jika orang Tua itu berbohong.

Daniel yang merasa tidak sabar, meloncat turun untuk mengambil beberapa kerikil kecil. Dia melemparkan kerikil itu tepat di jendela lantai dua rumah tersebut dengan harapan itu adalah kamar Tiara.

Sementara di dalam kamar, Tiara tengah mengoperasikan ponsel barunya dan berkirim pesan dengan Dinda. Rasanya sangat menyenangkan hingga bibirnya terlihat tersungging karena merasa bahagia.

Tuk!!

Dinda menoleh ke arah jendela namun masih belum beranjak. Dia mengira jika hanya salah dengar.

Tuk!!

Ketukan kedua membuat Tiara beranjak dari tempat duduknya. Dia berdiri menatap jendela dari tempatnya berdiri.

Siapa? Apa hantu? Ini masih siang.

Tuk!!

"Ach! Lagi?" Runtuknya panik. Tangannya dengan cepat membuka laci untuk mengambil masker lalu memakainya walaupun untuk saat ini dia mengenakan gaun rumahan sederhana.

"Tidak mungkin hantu kan." Tiara mulai memikirkan hal buruk tentang rumor gang buntu tempat tinggalnya yang katanya angker." Tidak. Aku sudah di sini sejak kecil." Imbuhnya melangkahkan kakinya pelan menunju ke arah jendela.

Dia berdiri sejenak untuk memeriksa keadaan sekitar sebelum membukanya. Dari tempat persembunyiannya, mata Daniel berkilap memperhatikan bagaimana berkilaunya kulit yang di miliki Tiara.

Kenapa aku jadi berdebar-debar?

Tiara menggeser tubuhnya lalu tangannya beralih pada gagang pintu. Dia membuka pintu teras kamarnya untuk memastikan keadaan di luar sehingga kulit putih bersinar miliknya semakin menyilaukan mata Daniel.

Itu memang kamu Tiara..

"Tidak ada apa-apa." Gumam Tiara yang malah fokus menatap rumah kosong.

"Non."

"Ach!!!" Pekik Tiara saat tiba-tiba Elena menepuk pundaknya." Bibik! Astaga!!" Imbuhnya menatap kesal.

"Sedang apa Non."

"Tadi ada suara dari luar jadi aku periksa."

"Lupa untuk menutup ini." Elena mengenakan jaket untuk menutupi lengan terbuka Tiara.

"Astaga iya Bik. Kalau Daddy tahu dia bisa marah." Tiara cepat-cepat memakai jaket itu seraya menatap ke arah pahanya yang terbuka." Jangan laporkan Daddy." Imbuhnya memohon.

"Beres Non. Makan siang dulu ya. Sudah Bibik siapkan."

"Iya Bik." Tiara berjalan melewati Elena dan masuk ke dalam sementara Elena malah memperhatikan sekitar untuk memastikan keadaan.

"Mungkin hanya angin." Ucapnya melangkah masuk tanpa rasa curiga. Liontin yang ada pada lehernya membuat kekuatan Elena tidak berfungsi. Alex sengaja melakukannya agar Elena tidak berbuat curang padanya.

Daniel sendiri semakin di buat bertanya-tanya dengan kehadiran Elena yang kental dengan aroma darah Vampir.

"Aku yakin wanita itu Vampir." Gumam Daniel menghirup kuat sisa aroma darah Elena." Apa Tiara tahu kalau wanita itu Vampir?" Berbagai pertanyaan bersarang di otaknya. Daniel berharap bisa mengikis rasa penasarannya saat mengetahui letak rumah Tiara. Tapi yang terjadi malah berbanding terbalik. Rasa penasarannya semakin terasa menggebu-gebu seakan daya tarik Tiara alias Angel mulai mengikat hatinya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Cansa°

Cansa°

Semoga cepet kebongkar yaj

2022-06-04

0

kenapa aku jd ikut deg deg an🙄

2022-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!