11

Kakinya menapak! Berarti dia bukan siluman yang menyamar sebagai Daniel.

Tiara memperhatikan Daniel dari atas ke bawah berulang ulang. Dia ingin memastikan jika sosok di depannya benar-benar Daniel.

"Apa kamu Daniel? Bagaimana kamu bisa masuk?" Tanya Tiara terbata.

"Kelas akan di mulai 10 menit lagi. Jika ingin keluar dari sini, pegang tanganku." Pinta Daniel mengulurkan tangannya membuat kening Tiara berkerut.

"Kamu benar-benar Kak Daniel?" Tentu saja Tiara mempertanyakan keanehan itu apalagi Daniel hanya tersenyum menjawabnya. Bagaimana mungkin. Dia masuk lewat mana.

"Terlalu lama. Ini malah akan membuang waktu." Daniel meraih pergelangan tangan Tiara dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya menyentuh kedua kelopak mata Tiara agar tertutup.

Bugh!!

Tubuh Daniel terdorong hingga terduduk saat keduanya sudah berada di luar gudang. Tiara semakin terheran-heran kenapa dia bisa berada di luar gudang sekarang.

"Bukankah seharusnya kamu berterimakasih. Kenapa malah mendorongku?" Eluh Daniel seraya berdiri.

"Bagaimana kamu melakukan itu?!" Mata Tiara membulat menatap Daniel.

"Yang terpenting kamu sudah bebas dari sana." Tiara masih saja memasang raut wajah kebingungan." Bukankah aku berjasa bagimu?" Daniel mulai membayangkan bagaimana lucunya wajah di balik masker tersebut.

Jika dia hantu? Sangat tidak mungkin. Dia seperti manusia bahkan berada di tempat terang ini. Ah entahlah.. Yang penting aku bisa keluar dan tidak harus membolos.

Tiara kembali memperlihatkan sikap acuhnya. Dia membuka tas miliknya dan mengambil minyak wangi dari sana.

Tiara menyemprotkan minyak wangi pada tangan juga seluruh tubuhnya.

"Aku suka aromanya." Daniel masih tidak menyerah dengan sikap acuh Tiara.

"Aku tidak seberapa suka."

"Lalu? Untuk apa memakainya jika tidak suka."

"Untuk menghilangkan jejak aroma tubuhmu. Bukankah kau menyentuhku tadi." Tiara mengucapkannya dengan ketus sementara Daniel terkekeh saat menyadari fungsi dari minyak wangi tersebut.

"Kamu patuh sekali pada Ayah mu."

"Ayah?"

"Maksudku Daddy mu." Raut wajah Tiara seketika berubah.

"Sudah seharusnya." Dia bukan Ayahku.

Tiara melewati Daniel begitu saja. Dia tidak berucap terimakasih walaupun hanya sekedar basa-basi.

Daniel sendiri merasa ada yang janggal dari mimik wajah yang di perlihatkan Tiara. Seolah gadis yang berjalan jauh di depannya menyembunyikan kekhawatiran, rasa jenuh dan keinginan yang tertahan.

Fokus ku teralihkan sejak semalam. Walaupun Ayahnya berniat menjaganya. Tapi tidak seharusnya dia menyuruh anaknya memakai baju seperti itu. Tapi.. Itu bagus. Hanya aku yang boleh tahu wajah aslinya.

Setibanya di kelas, Alexa di buat terheran-heran saat melihat Tiara masuk. Dia langsung memeriksa saku bajunya yang masih terdapat kunci gudang di sana.

Bagaimana dia bisa keluar? Kunci itu masih ku bawa. Apa penjaga kampus punya serepnya?

Selang beberapa waktu, Daniel masuk sehingga memicu kecurigaan jika Daniel yang sudah membebaskan Tiara.

Aku yakin Daniel mendobrak pintu itu. Aku akan memeriksanya nanti.

Daniel tersenyum, lalu menoleh sebentar ke arah Tiara yang tengah mengeluarkan buku dan alat tulisnya.

"Kenapa kau bisa ke gudang? Bukankah kamu bilang akan ke perpustakaan?" Bisik Dinda masih duduk di antara Daniel dan Tiara.

"Gadis kasar itu menyeret ku saat aku melihat denah kampus." Sesekali Tiara melirik ke arah Daniel yang seolah tidak mendengarkan obrolan mereka. Seharusnya aku berterimakasih.

"Astaga. Terus dia mengurung mu?" Tiara mengangguk.

"Rasanya aku tidak akan bisa kuliah dengan tenang."

"Aku akan bertanggung jawab." Sahut Daniel yang ternyata mendengar obrolan keduanya.

"Tidak. Ini terakhir kali kau menolongku." Jawab Tiara berbisik. Dia tidak ingin lagi terlibat masalah dengan Alexa." Menjauh lah agar aku bisa belajar dengan tenang." Walaupun ada ketertarikan. Namun Tiara benar-benar ingin Daniel menjauh agar para gadis yang menyukai nya tidak mengusik ketenangannya.

"Aku lebih baik bertanggung jawab daripada menjauh." Dinda menutup bibirnya dengan kedua tangannya untuk menutupi gelak tawa yang hampir pecah.

"Tidak lucu. Kenapa kamu ingin tertawa."

"Apa salahnya menerima keadaan. Ini sudah terlanjur Tiara. Kenapa harus berdebat. Aku takut nantinya kalian akan menjadi partner yang tidak terpisahkan." Tiara mendengus sementara Daniel tersenyum.

"Itu perkerjaan yang sia-sia. Aku tidak butuh partner apalagi seorang lelaki."

"Aku curiga kau sudah di jodohkan dengan anak dari teman Ayahmu."

"Hm aku juga curiga." Sahut Daniel kembali menimpali sehingga membuat Tiara semakin kesal.

Ini lebih buruk dari perjodohan..

"Jika kamu diam berarti semuanya benar." Tiara masih tidak bergeming. Daniel menoleh dan membaca kekhawatiran semakin menyelimuti mimik wajah Tiara.

Ahhh sakitnya? Kenapa aku tidak rela jika dia di jodohkan? Aku merasa itulah jawabannya. Dia bersikap dingin dan ketus sebab dia sudah di jodohkan oleh Ayahnya.

"Berarti benar?" Tanya Dinda sangat ingin tahu." Hei, Tiara." Dinda menyenggol pundak Tiara dengan pundaknya.

"Apa sih?"

"Itu benar? Katakan? Katanya kita teman?"

"Untuk apa membahas hal seperti itu." Dinda memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Tiara.

"Di jodohkan itu tidak menyenangkan." Tiara kembali diam. Dia tidak ingin mengungkapkan kekhawatirannya dan membuat Alex marah padanya.

Walaupun Alex begitu baik di matanya. Namun tentu saja Tiara masih tidak sanggup menerima kenyataan jika suatu saat dia akan menikah dengan Alex, seorang lelaki yang dekat namun terasa jauh.

Meski sudah puluhan tahun bersama, tapi nyatanya hingga sekarang Tiara masih belum mengenal bagaimana watak asli Alex.

Hal itu membuat perasaan Tiara mengambang. Dia tidak masalah jika harus menikah dengan Alex.

Cinta bisa datang perlahan...

Tapi bagaimana bisa cinta itu hadir jika Alex sendiri enggan memberikan perhatian juga kenyamanan yang Tiara butuhkan.

Aku tidak suka menikah dengan orang asing. Menikah hanya satu kali seumur hidup. Jika dia saja tidak bisa membuat ku nyaman. Aku tidak bisa menghabiskan sisa hidupku dengannya..

Banyaknya novel romantis yang di baca. Membuat Tiara sangat memahami tentang apa yang di sebut pernikahan.

Pernikahan tidak akan bisa berjalan baik jika hanya satu tiang penyangga yang berdiri sementara satu lainnya entah berada di mana..

Itu kenapa Tiara selalu meminta waktu pada Alex. Dia ingin kekhawatirannya musnah sehingga nantinya langkahnya akan terasa tenang ketika pernikahan terjadi.

"Hei Tiara." Dinda menepuk-nepuk pipi Tiara dan membuatnya sadar dari lamunannya." Apa lelaki itu jelek hingga membuat mu linglung?" Daniel menddesah lembut. Ada perasaan tidak sabar yang mendorongnya kuat. Ingin rasanya dia jujur akan ketertarikannya namun ucapan Noa mengikatnya.

Aku sudah menerima tugas itu dan tidak menolak imbalannya. Jika sekarang aku mengurusi hidup Tiara? Aku takut dia merasa di permainkan. Aku harus sadar diri jika aku seorang pangeran, calon raja yang harus mendapatkan wanita yang sederajat denganku. Aku tidak ingin mengecewakan Ayah jika aku sampai jatuh cinta pada manusia biasa sepertinya. Meski parasnya memang sangat luar biasa..

Daniel menghembuskan nafas berat lagi dan lagi. Bayangan soal paras cantik Tiara semalam masih menempel di otaknya.

Cantik sekali. Ini pertama kalinya aku mengakui kecantikan seorang manusia.

Maniknya kembali melirik Tiara yang sudah fokus pada Dosen pengajar.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Daniel masak kamu tidak sadar kalo Tiara adalah Angel cba kamu liat gambar nya

2022-05-31

0

Pspta_24

Pspta_24

Curiga yok😂

2022-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!